Season 2 Pengganti Mommy
Pernikahan Vijendra dan Sirta sudah berusia lima tahun lamanya, namun mereka belum dikaruniai momongan. Bukan karena salah satunya ada yang mandul, itu semua karena Sirta belum siap untuk hamil. Sirta ingin bebas dari anak, karena tidak mau tubuhnya rusak ketika ia hamil dan melahirkan.
Vi bertemu Ardini saat kekalutan melanda rumah tangganya. Ardini OB di kantor Vi. Kejadian panas itu bermula saat Vi meminum kopi yang Ardini buatkan hingga akhirnya Vi merenggut kesucian Ardini, dan Ardini hamil anak Vi.
Vi bertanggung jawab dengan menikahi Ardini, namun saat kandungan Ardini besar, Ardini pergi karena sebab tertentu. Lima tahun lamanya, mereka berpisah, dan akhirnya mereka dipertemukan kembali.
“Di mana anakku!”
“Tuan, maaf jangan mengganggu pekerjaanku!”
Akankah Vi bisa bertemu dengan anaknya? Dan, apakah Sirta yang menyebabkan Ardini menghilang tanpa pamit selama itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33
Erga curiga dengan anak laki-lakinya yang jarang ke kantor. Lagi-lagi ingin menemui Vi, Vi sedang tidak ada di kantor. Kata Alex Vi keluar kota tapi sampai lama dan tidak memberi kabar dirinya sama sekali. Biasanya kalau ada pekerjaan luar kota, Vi selalu memberitahukan Daddy nya atau Opanya. Ini sama sekali tidak, Sirta pun ditanya Erga malah jawabannya membuat Erga geleng-geleng kepala.
“Vi ini anah, Sayang!” ucap Erga.
“Aneh kenapa, Daddy?” jawab Maya.
“Anakmu itu keluar kota, sampai sekarang, ini itu sudah mau sepuluh hari, masa masih di sana? Bandung aman kok kantor, gak ada kendala, tapi kata Sirta dia sedang urus pekerjaan di Bandung,” jelas Vi.
“Terus Sirta gimana?”
“Ya dia biasa saja, dia malah sedang pergi gak tahu di mana sama teman-temannya, kelayaban terus tuh menantu kamu! Bagaimana mau kasih cucu, sukanya kelayaban!”
“Mungkin Vi Cuma alasan saja ke Bandung? Mungkin dia sedang cari istri lagi, perempuan yang mau kasih dia keturunan?” ucap Maya sesantai itu, padahal Maya perempuan, tapi peduli dengan Sirta yang sesama perempuan, malah mendukung Vi menikah lagi.
Maya sudah lelah memberikan masukan pada Sirta, memberi pengertian baik-baik ke Sirta. Menanyakan kenapa sampai tidak mau hamil, malah dirinya yang dimusuhi menantunya itu. Padahal Maya bicara baik-baik, tapi Sirta tetap pada pendiriaannya, dia tidak mau hamil. Bukan minta didoakan supaya cepat hamil, tapi Sirta menolak dengan keras untuk tidak hamil.
“Mommy kok gitu? Kasihan Sirta kalau Vi sampai menikah lagi?”
“Loh Sirtanya saja tidak mau hamil. Tidak mau konsultasi dengan Dokter, tidak mau usaha, dan dia tetap pada pendiriannya kalau dia tidak mau hamil? Dia terang-terangan bukan kalau dia bilang gak mau hamil? Ya sudah mending Mommy punya menantu baru lagi yang bisa ngasih Mommy cucu, ngasih Mami Nungki cicit juga?” ucap Maya.
“Itu yang membuat Daddy heran sama menantumu, aneh tahu!”
“Menantu Daddy juga tuh! Padahal Mommy awalnya gak setuju Vi sama dia, Dad!”
“Sama, Mom! Sudah orang tuanya begitu! Belagu, sama kayak anaknya!” ucap Erga.
“Sudah tunggu Vi pulang saja, nanti bicara baik-baik, toh istrinya saja sesantai itu kok ditinggal suaminya ke luar kota? Kalau mommy mana betah ditinggal Daddy lama-lama keluar kota? Mommy kintilin malah kalau Daddy mau keluar kota. Takut digondol cewek bahenol!” ucap Maya.
“Idih ... mommy itu masih aja cemburuan?”
“Daddy sendiri saja kalau Panggih ke sini masih cemburu?”
“Karena Daddy cinta banget sama Mommy, udah ah kok malah bahas lainnya? Ini Vi itu aneh banget?”
Maya menghela napasnya dengan berat. Maya tahu suaminya itu khawatir Vi melakukan hal yang tidak-tidak, apalagi sampai menikah diam-diam. Maya mengerti kekhawatiran suaminya itu, suaminya menjunjung tinggi kesetiaan selama ini, ia tidak pernah mengajarkan anak-anaknya untuk tidak setia pada pasangannya, bahkan Vi yang istrinya jelas-jelas seperti itu saja, Erga masih terus memberikan support untuk Vi supaya menyelesaikannya dengan baik-baik. Supaya Vi juga tidak terpancing omongan Oma Nungki dan Mommy nya yang menyuruh Vi menikah lagi.
“Vi itu sangat mencintai Sirta. Tidak mungkin Vi menikah lagi, Dad? Lihat saja Sirta keterlaluan begitu saja Vi masih setia, masih saja menuruti apa yang Sirta mau?” ucap Maya.
Erga mengangguk-anggukkan kepalanya saja. Tetap saja dalam hatinya was-was anaknya itu berbuat tidak baik di luar sana. Erga tidak pernah mengajari anakya menyakiti pasangannya, ia takut kalau Vi melakukan itu pada Sirta, meskipun Sirta keterlaluan sekali sikapnya.
^^^
Sirta masih bersama kedua temannya, Ralin dan Kayla. Mereka sedang menghabiskan waktunya di tempat spa untuk perawatan. Apalagi hari ini Vi katanya pulang, jadi Sirta harus menyambutnya dengan baik. Ia melakukan perawatan tubuh yang sempurna, dari atas hingga bawah, supaya nanti Vi pulang bisa mencumbunya dengan senang karena tubuhnya harum dan lembut.
“Yakin Vi pulang hari ini?” tanya Ralin.
“Ya katanya begitu sih?” jawab Sirta.
“Kalau diam-diam Vi pergi ke luar kota nikah lagi gimana, Ta?” tanya Kayla.
“Kau jangan membuat pikiranku makin gak karuan ya, Key! Gak mungkin Vi begitu! Aku percaya dia sedang ada pekerjaan!” ucap Sirta, tapi dalam hatinya ia berpikir keras dengan ucapan Kayla tadi.
“Ya kali saja, kan kemarin Vi ngancam kamu mau menikah lagi kalau kamu gak mau ngasih dia keturunan?” ucap Kayla.
“Key ... udah deh, jangan bicara begitu, Vi gak mungkin begitulah!” ucap Ralin menengahi Kayla dan Sirta, karena Ralin melihat Sirta yang sudah tidak baik-baik saja raut wajahnya.
“Ya kali saja, Lin? Kan kemarin Vi bilang ....”
“Udah ih, Key!” Ralin memoton ucapan Kayla dan mengisyaratkan pada Kayla kalau Sirta sedang bengong, mungkin memikirkan ucapan Kayla tadi.
“Lo kudu percaya, Vi gak gitu, Ta. Aku hanya bercanda bilang begitu, Vi pasti setia lah sama kamu,” ucap Kayla dengan menggenggam tangan Sirta.
“Ya aku khawatir saja, Vi terpengaruh ucapan mertuaku sama omanya dia?” ucap Sirta.
“Ya namanya mertua, pasti begitu, Ta!” ucap Ralin, yang memang tak pernah akur dengan mertua, sama halnya dengan Sirta, karena Ralin gak mau memiliki anak, tapi suaminya mendukung, karena dia juga tidak ingin memiliki anak.
^^^
Malam ini Vi akan pulang ke rumahnya, tentunya rumahnya dengan Sirta. Sebetulnya Vi tidak mau jauh-jauh dari Ardini, tapi dia sudah janji dengan Sirta mau pulang malam ini, apalagi Ardini pun menyuruh Vi untuk pulang, karena dia tidak mau Vi berpihak pada salah satu istrinya saja.
“Jangan begitu, Mas? Aku sudah ada Bi Siti. Mas gak usah khawatir. Mas juga harus pulang ke rumah Mbak Sirta. Jangan sampai Mbak Sirta curiga, Mas,” ucap Ardini memberikan pengertian.
“Adin, aku tidak jadi pulang saja deh,” putus Vi.
“Mas .... jangan begitu?”
“Aku gak bisa ninggalin kamu, Sayang?”
“Besok kan bisa ke sini lagi? Ayolah ... jangan berpihak disalah satu istri mas? Jangan gini,” bujuk Ardini.
“Oke, besok siang aku ke sini, kita makan siang bersama.”
“Iya, Mas ... besok aku masakin sayur asem, terus ikan pecak kencur, sama tahu tempe goreng, pokoknye spesial buat mas,” ucap Ardini.
“Oke, kalau begitu mas pulang, ya? Jaga diri kamu.”
Vi mencium kening, pipi, dan bibir Ardini. Ia berat sekali akan meninggalkan Ardini pulang. Rasanya tidak mau lama-lama pisah dengan Ardini, apalagi dia suka dengan perut Ardini yang sudah terlihat menyembul.
“Jaga diri baik-baik, ya? Ponselmu standby, aku gak mau kamu telat balas pesan dariku. Pokoknya harus dibalas saat aku kirim pesan, harus diangkat langsung kalau aku telefon,” ucap Vi.
“Iya, Sayang ....”
“Good ... gitu dong? Aku sangat mencintaimu, Adin,” ucap Vi.
“Love you too ... sudah sana pulanglah dengan hati-hati, kabari kalau sudah sampai,” ucap Ardini.
“Siap, sayangku ....” Kembali Vi mencium kening, pipi, dan bibir Ardini.
“Bi, jagain istriku ya? Aku pamit ya, Bi?” ucap Vi pada Bi Siti.
“Siap, Tuan! Hati-hati di jalan, biar Nyonya Ardini bibi yang jagain,” ucap Bi Siti.
Vi segera pulang, karena Sirta pasti sudah menunggu di rumahnya. Ia tidak mau ribut dengan Sirta, yang nantinya pasti akan membuat dirinya susah untuk bertemu dengn Ardini lagi setiap hari. Jadi ia harus bisa membuat hati Sirta bahagia. Tentunya dengan dia kasih uang dan uang.
“Itu mau kamu kan, Ta? Jangan salahkan aku, aku jadi laki-laki brengsek yang bisa jatuh cinta lagi pada perempuan lain. Aku jatuh cinta lagi, Ta. Dengan Ardini, perempuan yang bisa memberikan aku keturunan. Maafkan aku, aku jadi sebrengsek ini, kamu yang mulai, Ta,” batin Vi.