NovelToon NovelToon
Tumbal Musuh

Tumbal Musuh

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Dendam Kesumat / Roh Supernatural
Popularitas:27.6k
Nilai: 5
Nama Author: Siti H

kisah seseorang yang berjuang untuk lepas dari perjanjian tumbal yang ditujukan kepadanya karena sebuah kedengkian. Ikuti kisahnya selanjutnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode-33

"Aaaaarrrggh.....,"

Ira berteriak kesakitan. Suaranya terdengar oleh Amdan yang masih berada tak jauh dari rumahnya. Pria itu merasakan tidak enak pada perasaannya dan memilih kembali kerumah sang bibi.

Setibanya didalam rumah. Ia bergegas masuk dan memeriksa wanita yang sedang kesakitan didalam kamarnya.

"Bibi!" teriaknya saat melihat sang bibi mengangkat tangannya yang masih terpasang kain kasa diujung jemarinya.

Ia tersentak kaget melihat jemari sang bibi mengeluarkan belatung yang sangat banyak.

"Astaghfirullah," ucapnya dengan sangat keras. "Na'uzubillahiminassyaithannirajim..." ucapnya, lalu membacakan ayat Qursi karena meeasakan hawa negatif yang sangat kuat berada didalam kamar bibinya.

Braaaaaaak....

Cermin yang tergantung didinding kamar jatuh terburai dilantai dengan tiba-tiba saat Amdan menyelesaikan doanya.

Ia tersentak kaget saat menyadari hal itu semua. Perlahan belatung itu berhenti keluar dari ujung jemari sang bibi, dan sisanya berserakan dilantai.

Ira tak kalah terkejutnya dari Amdan, sebab tidak menyangka jika sang keponakan yang ingin ia binasakan, justru kembali padanya.

"Pergi, pergi kamu! Aku membencimu!" usirnya dengan sangat kasar.

Amdan terdiam. Tetapi ia tak memperdulikan semua ocehan sang bibi, lalu mengambil sapu yang terbuat dari ijuk, dan tiba-tiba saja belatung itu menghilang secara cepat saat bersentuhan dengan sapu ijuk tersebut, tak lupa ia membersihkan sisa pecahan cermin yang berhamburan dilantai, ia tak ingin nantinya sang bibi terluka.

"Astaghfirullah," Amdan kembali beristighfar saat melihat keanehan tersebut dengan perasaan yang begitu miris. Ia kembali teringat akan sang ibu yang mengalami stroke saat sebelum meninggal dan kini bibinya mengalami hal.yang sama, tentu saja sangat membuatnya bersedih hati, karena keluarganya terus ditimpa musibah.

"Pulang kamu! Aku tidak ingin melihatmu!" Ira kembali mengusir sang ponakannya.

Amdan meletakkan sapu disudut kamar, lalu menghampiri sang bibi meskipun sudah berulangkali mengusirnya.

"Bi, kamu itu adik ibuku. Kamu mahramku, dan aku juga punya andil padamu. Meskipun seribu kali kamu membenciku, namun itu semua tidak dapat mengubah tali hubungan kita," jawab Amdan dengan selembut mungkin.

Ira tersentak kaget mendengar ucapan sang ponakan. Ia menoleh ke arah pria bertubuh tinggi sekejap, lalu memalingkan kembali.

"Pergilah, jangan memperdulikanku, aku baik-baik saja," sahutnya dengan merendahkan volume nada bicaranya.

Amdan menatapnya. "Mengapa bibi membenciku? Apa salahku? Agar aku dapat memperbaiki diriku, dan satu hal harus bibi ingat, bibi itu pengganti ibuku, maka aku punya tanggungjawab pada bibi," sahut Amdan dengan selembut mungkin.

Ucapan Amdan ternyata menyentuh hati wanita yang penuh kebencian itu. Ia tak ingin berlama dekat dengan pria tersebut, dan ia kembali mengusirnya.

"Pulanglah," ucapnya lagi dengan nada lirih. Sisa-sisa kesombongannya mulai runtuh.

"Baiklah, jika bibi membutuhkan sesuatu, maka hubungi aku. Nomor ponselku tidak pernah berubah sejak dulu, begitu juga dengan kasih sayangku padamu, meskipun bibi mencoba membenciku setinggi gunung, tetapi cintaku seluas samudera tak bertepi.

Amdan beranjak dari kamar sang bibi, lalu meninggalkan rumah itu setelah memastika jika tak ada lagi sesuatu yang mencurigakan.

Setelah Amdan pergi. Ia merasa semakin benci dengan pria itu. Ia tela menghancurkan hidup keponakannya, tetapi mengapa Amdan berbalik mengasihaninya?

Ia menangis sesenggukan setelah peristiwa sehari ini. Ia ingin mundur dari persekutuannya dengan Ki Pahing. Ia akan mengutarakan niatnya hari ini juga, sudah terlalu jauh ia melangkah dalam kesesatan.

Ia meraih ponselnya. Lalu mencari nomor dukun hitam tersebut untuk menyampaikan niatnya pada pria sesat tersebut.

Ia menekan nomor atas nama 'Dukun Sakti' itu dan panggilan tersambung.

"Hallo, Ki," ucapnya lirih. Nafasnya masih tersengal karena baru saja melewati rasa sakit yang sangat menyiksanya.

"Ya, ada apa," jawab seseorang diseberang telepon dengan nada ketus.

"Aku ingin menyudahi semua ini. Aku ingin memutuskan perjanjian dengan iblis itu," ucap Ira meyakinkan hatinya.

"Ciiiih...,tidak semudah itu, Mbak! Kamu sudah terikat dengannya, maka terima saja resikonya! Amdan harus mati, dan ini sudah sesuai dengan permintaanmu, maka tidak dapat ditawar lagi!" jawab Ki Pahing menegaskan, lalu menutup panggilan teleponnya.

"Hah! Seketika Ira tersentak kaget mendengar jawaban dari pria sekutunya itu. Sesaat ia menyesali perbuatannya dan ingin menyudahinya, tetapi kondisinya sangat tidak memungkinkan, bahkan Fahri sang anak tidak juga menjenguknya setelah berhasil mengamankan semua harta miliknya.

Ia menangis sesenggukkan. Tetapi semuanya sudah terlanjur basah, dan ia harus menerima resiko yang diperbuatnya.

Amdan tiba dirumahnya. Ia merasakan jika punggung bagian belakangnya menebal, seolah ada makhluk tak kasat mata yang sedang mengikutinya sejak ia berada dirumah sang bibi.

"Am...," panggil Pak Udin dari depan rumahnya.

Amdan menoleh ke arah pria tersebut, lalu mengulas senyum ramah. "Ada apa, Pak?" tanyanya.

Tampak Pak Udin memperhatikannya dengan begitu tajam, ia memandang belakang punggungnya. "Tidak apa-apa, kamu jangan lupa senantiasa berdoa memohon perlindungan pada Rabb-Mu, karena saat ini ada seseorang yang merasa tidak senang pada karirmu," pesan Pak Udin, lalu menuju warung milik Amdan untuk membeli sebungkus rokok.

Amdan tercengang mendengar penuturan sang tetangga. Akan tetapi, ia merasakan hawa negatif itu tiba-tiba menghilang dari dirinya.

"Ro--kok satu bungkus," ucap Pak Udin dengan cepat.

Amdan memasuki warung, lalu mengambil sebungkus rokok yang diminta oleh pria itu, dan melakukan transaksi jual beli.

"Siapa yang membenciku, Pak? Aku merasa tidak memiliki musuh," jawabnya dengan lirih.

"Yang terpenting kamu jangan lupa berdoa. Sebab tidak ada kekuatan didunia ini yang dapat mengalahkan kekuatan Tuhan," jawabnya, lalu beranjak pergi meninggalkan warung setelah memberikan petuahnya kepada Amdan.

Meskipun hatinya merasa condong pada sang bibi, tetapi ia tak ingin mencurigainya, sebab ia takut menjadi fitnah, karena tidak memiliki bukti.

Ia memandang warungnya. Sudah hampir dua bilan ini sangat sepi, dan pembeli sangat jarang datang, bahkan para remaja yang biasanya sering kongkow diwarungnya sudah tak terlihat lagi.

Ia baru saja teringat, jika ada tugas yang harus diembannya sebagai ketua PPS yang akan melantik dua anggota PPS yang menjadi temannya untuk melaksanakan tugas negara beberapa bulan kedepan.

Ia mengambil ponselnya. Lalu mulai memeriksa data-data yang masuk melalui microsoft word dan ia harus dapat merampungkannya secepatnya.

Saat ia sedang sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba sekelebat bayangan tinggi besar memasuki rumahnya. Ia menuju pada bayi perempuan yang saat ini masih tertidur pulas diatas ranjang. Sedangkan sang ibu masih sibuk didapur untuk memasak dan mencuci pakaian dimesin cuci.

"Howeeeek....howeeeeek...," bayi itu menangis dengan kencang dan mengagetkan Amdan yang saat ini sedang fokus memeriksa data.

"Astaghfirullah," ucapnya spontan, dan berlari masuk untuk melihat apa yang terjadi. Anehnya Wardah tak mendengar suara tangisan sang anak, seolah telinganya tuli dan tak mendengarnya.

1
Krisna Adhi
ini jadinya kalau ke orang bodoh ,tambah pulak bodohnya ,,,/Skull/
V3
Novel nya Bagus Ceritanya , banyak Pelajaran dan Pengetahuan yg dapat kita ambil
V3
aku setuju dg kata-kata Bijak kak Siti ,,, Terimakasih kak Krn membaca novel mu sedikit banyak Pengetahuan Ku Dapat.
Sukses trs tuk semua Novel-novel nya. sllu Sehat Wal'afiat untuk Mu Beserta Keluarga 🤲 Aamiin 🤲
Terakhir di akhir Novel ni sdh aku beri Like + Hadiah Bunga + Vote yaa Akak Cantik 😘
V3
si Dog ngendus daging panggang / bakar nya si Danang , dan berhasil donk makan jari-jari kaki nya 🤣🤣🤣
V3
Fahri akhirnya metong jg 🤣👏
V3
ketiga nya mati bersamaan 🤦 tggl nggu si Fahri yg mati tersedak botol minuman nya 🤣🤣🤣
V3
si Wardah otak nya LG lempeng tuh ,,, bisa nolongin Amdan dr Ular Hitam dan membunuh ular itu 🤣🤣🤣
akhirnya Bu Ira meninggoi 🤦🤦🤦
V3
smg Amdan sllu di Lindungi dr Kejahatan Ki Pahing dan Antek-anteknya
V3
smg ja Ira selamat dan bisa sembuh. biar Tobat tuh orang 🤣
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
kannn mati bersamaan kan
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
nah kan mati juga toooo
mkne jgn kyk gtu
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
aduhh Fahri kenapa jadi begitu
hadehh klo nanti mati juga lama2
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
ohh bik Ira JD insaf ini dan membantu amdan
V3
hiiiiiiii ... apakah itu suara hantu 🤣🤣
V3
Good Job Santi ,, lelaki spt Fahri mah mending di buang ja ke lubang buaya 😡😡
Heri Wibowo
thor buat kelanjutan cerita anak anaknya mirna dong
❤Lembayung Jingga❤: ntat, ya. dicari idenya dulu
total 1 replies
V3
Bu Ira mau di buat mati sama iblis sekutu nya 🤣🤭
Ali B.U
dan akirnya "TAMAT" semoga pada bisa ngambil hikmahnya
Aris Setyawan
dah tamat ??
N Wage
aku sangat setuju sekali dg 4 poin terakhir yg disampaikan k othor.
Novel bagus,ada makna di dalamnya yg bisa jadi pelajaran buat kita.
Selalu bersyukur dg hidup kita,jangan iri dg hidup orang lain.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!