Rasanya menjadi prioritas utama bagi seseorang adalah suatu keberuntungan. Canda tawa dan bahagia selalu membersamai mereka dalam hubungan yang sehat ini, hingga membuat keduanya tidak berhenti bersyukur.
Hari demi hari kita lalui dengan berbagai cerita. Saat itu, semua masih terasa baik-baik saja. Hingga tanpa kita sadari, satu persatu masalah mulai menghiasi hubungan ini.
Awalnya kita mampu bertahan di tengah badai yang sangat kuat. Tetapi nyatanya semakin kita kuat, badai itu semakin menggila. Kiranya kita akan bisa bertahan, ternyata kita salah.
Hubungan yang sudah kita jalin dengan baik dan banyak cerita bahagia di dalamnya, dengan sangat terpaksa kita akhiri. Badai itu benar-benar sangat dahsyat! Kita tidak mampu, kita menyerah sebab lelah.
Dan syukurlah tuhan tidak tidur, kebahagiaan yang di renggut paksa oleh seseorang kini telah di kembalikan. Kisah kita kembali terukir hingga menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya dalam ikatan pernikahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Early Zee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3
"Yakin kedekatan lo cuma sebatas kating dan antar jemput kuliah aja atau ada kisah lain?" Tatapan Fey yang setajam silet itu seperti tengah menginterogasi Naureen yang baru saja menjelaskan tentang kedekatannya dengan Jeno.
"Jangan tutupi apa pun Nauu. Mending lo jujur aja." Seru Sean yang saat ini ada di pihak Fey.
"Maksud lo tadi gue ngarang gitu? Gue sama Jeno emang dekat dari jaman kuliah, terus masalahnya dimana? Lo berdua juga pasti pernah kan dekat sama teman semasa kuliah dulu?" Gerutu Naureen.
"Kok lo berdua kayak enggak percaya gitu sama gue?" Tanya Naureen sedikit meninggikan suaranya.
"Gimana mau percaya, secara kalian itu orang dewasa yang katanya pernah dekat banget. Bohong banget sih kalau enggak melibatkan perasaan apa pun." Tutur Sean.
"Yap! Kali ini gue setuju sama lo, Sen!" Seru Fey
Naureen menarik nafas panjang, lalu ia menatap tajam mata Sean yang tengah asyik menginterogasinya.
"Lo mau balik ke meja kerja lo dan selesain berkas ini sendiri?" Kata Naureen sambil memberikan lembaran kertas kepada Sean.
"Eh enggak enggak. Gue enggak bermak... Eh, maafin gue ya Nauu."
"Naureen kan baik hati dan tidak sombong. Maaf ya." Ucap Sean cengengesan sebab takut dengan ancaman Naureen.
"Jadi, bisa diam dan fokus kerja lagi?" Tegas Naureen dengan senyum jahilnya dan Sean hanya mengangguk.
"Alah, jangan coba-coba mengalih..."
"Lo enggak balik ke meja lo buat kerja?" Naureen dengan cepat memotong perkataan Fey sambil mengetuk jam tangan dengan jarinya.
Naureen tersenyum jahil kepada Fey dan Sean yang memang selalu bertingkah konyol dan mengganggunya, mereka berdua sangat kekanak-kanakan. Sepertinya memang hanya Naureen yang sedikit lebih dewasa dari mereka, tak heran jika Naureen selalu menjadi penengah jika keduanya berseteru.
Tetapi se-sengit apa pun perseteruan mereka, pada akhirnya mereka tetap akur dan tidak pernah menganggap kesalah pahaman mereka sebagai masalah yang serius.
___
Siang harinya di jam istirahat kerja, Naureen Sean dan Fey sudah berada di rooftop. Seperti biasa saat mereka malas untuk makan siang, ketiganya hanya akan menikmati kopi dan bersantai dengan obrolan ringan.
"Departemen sebelah lagi heboh-hebohnya nih setelah dapat kepala tim baru." Ucap Fey mengawali pembicaraan. Fey ini memang paling update jika menyangkut gosip atau berita-berita hangat lainnya tentang perusahaan.
"Se-ganteng apa sih kepala departemen mereka? Gue penasaran deh. Kenapa sampai se-heboh itu?" Ujar Sean selagi memandangi langit yang cukup terik saat itu.
"Lo tanya aja sama yang paling tahu tentang si Pak Jeno itu." Sahut Fey, ia menunjuk Naureen dengan memanyunkan bibirnya.
"Gue?" Naureen terkejut.
"Lebih ganteng gue atau pak Jeno?" Tanya Sean tanpa basa-basi.
"Astaga. Jelas lebih ganteng Jeno lah, dia itu manis. Enggak kayak lo, kecut!" Sahut Naureen sambil tertawa.
"Ehem. Jadi menurut lo pak Jeno manis?" Tanya Fey bersiap untuk meledeki Naureen.
"Ah salah jawab gue." Kata Naureen sambil membuang pandangannya ke arah lain. Lalu...
"Oh!" Ucap Naureen terkejut lalu tersenyum.
Sean dan Fey kebingungan setelah melihat Naureen yang tiba-tiba tersenyum.
"Halo." Sapa seseorang yang tiba-tiba menghampiri mereka.
"Ha... Halo. Siang." Sahut Fey sedikit ragu untuk menjawab sapaannya.
"Siapa?" Tanya Sean berbisik kepada Fey.
"Enggak tahu." Bisik Fey.
"Ish!" Sean bersiap untuk mengetuk kening Fey dengan tangannya. Namun tidak enak jika ada orang lain yang melihatnya. Sean pun mengurungkan niatnya.
Sementara Fey dan Sean yang terus bertanya-tanya tentang kedatangan orang yang sangat asing bagi mereka. Naureen terlihat tersenyum menyambutnya dan memepersilahkan orang itu duduk di sampingnya.
"Nauu." Panggil Sean dengan suara yang hampir tidak terdengar.
Naureen menoleh tetapi Sean hanya diam, lalu ia pun peka dan mengangguk.
"Ini Jeno."
"Eh, maaf. Pak Jeno maksudnya." Kata Naureen memperkenalkan seseorang yang ternyata adalah Jeno.
"Oh..." Seru Fey dan Sean bersamaan.
"Halo pak, saya Sean. Saya teman baiknya Naureen. Baik banget pokoknya, sampai Naureen enggak pernah bosan main sama saya." Tutur Sean, tingkah konyolnya tidak ketinggalan.
Jeno tertawa, begitu juga dengan Naureen dan Fey.
"Maaf ya pak, orang ini memang agak aneh." Kata Fey sambil menepuk-nepuk punggung Sean.
"Kalau saya, Fey." Sambungnya.
Jeno mengangguk.
"Saya Jeno. Salam kenal ya." Kata Jeno masih dengan senyumnya.
Setelah mengakhiri sesi perkenalannya, Jeno menoleh ke arah Naureen. Lelaki itu terus tersenyum dan menatap Naureen dalam-dalam. Tatapannya teduh, tidak heran jika Naureen sampai salah tingkah.
"Kamu udah makan siang?" Tanya Jeno.
"Eh... Kita lagi malas makan siang, jadi cuma ngopi-ngopi aja." Sahut Naureen tersenyum.
"Malas makan? Eh, gimana kalau kita makan bareng? Biar saya yang traktir." Ucap Jeno kepada Fey dan Sean yang masih melongo mengetahui keberadaan Jeno.
"Wah, tawaran yang bagus tuh pak." Celetuk Sean sambil cengengesan.
"Enggak tahu malu lo ya!" Ucap Fey setelah menyenggol lengan Sean.
"Sean mana tahu malu sih Fey. Apalagi soal traktiran, enggak mungkin dia nolak. Mustahil." Kata Naureen.
"Maafin temanku ya. Yang satu ini memang agak..." Kata Naureen tanpa melanjutkan perkataannya, lalu tertawa. Fey pun ikut serta.
"Enggak apa-apa. Ayo, kalian mau makan dimana. Biar saya juga bisa lebih mengenal lingkungan disini." Jelas Jeno yang sangat ramah.
"Kita bukan anak buah pak Jeno, tapi kenapa kita yang di traktir? Nanti anak-anaknya marah loh." Ucap Naureen khawatir terjadi kesalah pahaman dengan departemen sebelah.
"Mereka udah aku traktir kopi dan makanan lain. Udah yuk, kamu juga belum makan siang kan? Kamu harus makan meskipun cuma sedikit. Jangan sampai kamu sakit karena kebiasaan kecil kayak gini." Kata-kata Jeno seperti memiliki arti tertentu.
Saat Jeno tengah menatap Naureen, Sean dan Fey tak melepaskan pandangannya kepada mereka berdua. Tatapan Jeno yang sangat dalam dan penuh perhatian juga Naureen yang terlihat sangat nyaman berbincang dengan Jeno, menjadi fokus utama bagi mereka untuk memecahkan teka-teki ini. Mereka berdua memang suka sekali dengan hal-hal random seperti itu.
"Udah yuk, kita makan dimana?" Ucap Jeno masih berusaha mengajak Naureen dan kawan-kawan untuk makan siang bersama.
"Kalian gimana?" Tanya Nauren kepada kedua temannya.
"Boleh, kita juga bisa sambil kenalan. Iya kan pak?" Sahut Sean, wajahnya sumringah.
"Beneran enggak apa-apa pak?" Tanya Fey.
"Enggak apa-apa. Yuk!" Sahut Jeno yang kemudian bangkit dari duduknya dan bersiap untuk mengikuti mereka.
Sejak dulu Jeno memang tidak pernah memfilter pertemanannya, ia mudah berbaur dengan siapa pun. Jeno juga memiliki kepribadian yang baik dan sangat ramah dengan semua orang. Itu lah alasan Naureen sangat dekat dengan Jeno sejak dulu.
"Lo lihat kan tadi tatapan Pak Jeno kayak ada sesuatu." Ucap Fey berbisik kepada Sean, sedangkan mereka tengah berjalan tepat di belakang Jeno dan Naureen.
"Sebagai cowok, gue bisa ngerasain sih tatapannya tulus banget." Seru Sean.
"Ada something kah?" Fey berpikir.
"Kayaknya sih..."
Naureen menoleh ke belakang di saat Sean belum menuntaskan perkataannya. Sontak saja Sean dan Fey terkejut, tetapi Fey tertawa setelahnya sedangkan Sean ia terlihat kikuk setelah terpergok membicarakan Naureen.
Naureen tertawa lalu kembali fokus berjalan.
Selama dalam perjalanan menuju rumah makan terdekat, Naureen menjadi pusat perhatian orang-orang yang berpapasan dengannya. Apa lagi kalau bukan karena dia berjalan beriringan dengan Jeno, si kepala departemen baru yang tinggi dan tampan serta tubuhnya yang cukup kekar.
Merasa menjadi pusat perhatian, Naureen pun menjadi sedikit tidak nyaman. Ia hanya beriringan dengan teman lamanya, apa salahnya. Namun setiap orang memiliki pandangan yang berbeda dan mereka pun tidak tahu tentang kedekatannya dengan Jeno, jadi wajar saja jika mereka beranggapan lain.
Sesampainya di rumah makan.
"Tadi orang-orang kok kaya aneh ya lihat kita jalan beriringan gitu?" Kata Naureen kepada Jeno.
"Mungkin karena ini hari pertama pak Jeno dan kalian kelihatan cukup dekat. Lo tahu sendiri kan cewek-cewek di kantor kita tuh gimana." Jelas Fey.
"Ini memang hari pertamanya, tapi mereka tahu apa." Kata Naureen sambil memanyunkan bibirnya.
Tawa kecil Jeno terlihat, ia kembali menoleh ke arah Naureen yang duduk tepat di sampingnya. Lagi-lagi tatapan itu amat mematikan, Naureen yang melihat tatapan itu menjadi salah tingkah dan berusaha dengan keras untuk bersikap biasa saja.
...***...