NovelToon NovelToon
Gadis Bayaran Tuan Duren (Duda Keren)

Gadis Bayaran Tuan Duren (Duda Keren)

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / Tamat / Duda / Romansa-Tata susila
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kopii Hitam

Aina Cecilia
Seorang gadis yatim piatu yang terpaksa menjual keperawanannya untuk membiayai pengobatan sang nenek yang tengah terbaring di rumah sakit. Tidak ada pilihan lain, hanya itu satu-satunya jalan yang bisa dia tempuh saat ini. Gajinya sebagai penyanyi kafe tidak akan cukup meskipun mengumpulkannya selama bertahun-tahun.

Arhan Airlangga
Duda keren yang ditinggal istrinya karena sebuah penghianatan. Hal itu membuatnya kecanduan bermain perempuan untuk membalaskan sakit hatinya.

Apakah yang terjadi setelahnya.
Jangan lupa mampir ya.

Mohon dukungannya untuk novel receh ini.
Harap maklum jika ada yang salah karena ini novel pertama bagi author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GBTD BAB 35.

Hampir satu jam Arhan di dalam kamar mandi, hal itu membuat Aina cemas. Takut suaminya melakukan hal-hal aneh di dalam sana.

Aina meletakkan Aksa di atas kasur, kemudian berjalan menuju kamar mandi. Saat hendak mengetuk pintu, tiba-tiba suara kecohan pintu terdengar. Pintu itu terbuka, Arhan berdiri dengan ekspresi wajah tak biasa.

"Kenapa Abang lama sekali? Abang baik-baik saja kan?" tanya Aina khawatir.

"Menurut Aina bagaimana? Abang baik atau tidak?" jawab Arhan datar.

"Loh, kenapa Abang jadi dingin begini? Abang marah sama Aina?" tanya Aina menautkan alisnya.

"Tidak, untuk apa Abang marah?" jawab Arhan dengan pertanyaan pula.

Arhan melangkahkan kakinya menuju lemari, dia merasa tersiksa karena harus melakukan pelepasannya sendiri. Rudalnya menolak melakukan itu, benda itu hanya mau lepas di dalam sarangnya.

Setelah mengenakan pakaiannya, Arhan duduk di sisi ranjang menatap putranya yang tengah bermain sendiri. Seketika, hatinya kembali tenang.

Aina mendekat, lalu membuka pakaian putranya hingga polos. Sudah waktunya Aksa mandi.

Usai memandikan Aksa dan memakaikan pakaiannya, Aina menggendongnya dan duduk di samping Arhan. Aina merasa bersalah karena tak bisa memenuhi keinginan suaminya.

"Abang masih marah?" tanya Aina, kemudian menyandarkan kepalanya di lengan Arhan.

"Tidak, untuk apa Abang marah?" Arhan menyentuh dagu Aina, kemudian mengecup pucuk kepala Aina dengan sayang.

Aina mengangkat kepalanya kembali, lalu memandangi Arhan dengan intens. Dia tau suaminya memendam sesuatu, tapi tak mau mengutarakannya.

"Turun yuk! Aina sudah lapar," ajak Aina dengan senyumnya yang sangat manis.

Melihat senyum di wajah istrinya, Arhan pun ikut tersenyum. Hatinya luluh sebab senyuman Aina seperti penawar untuknya.

"Cium dulu dong!" pinta Arhan, kemudian memajukan bibirnya.

"Emangnya harus?" tanya Aina menautkan alisnya.

"Harus dong! Kalau tidak, Abang tidak mau turun. Biarkan saja Abang kelaparan di sini!" gertak Arhan.

"Oh, jadi Abang ngancam Aina?" tutur Aina sembari tersenyum miring.

"Tidak, untuk apa mengancam? Kalau Aina lapar, turun saja sendiri! Biar Abang di sini saja bersama Aksa!" tegas Arhan berpura-pura cuek.

"Astaga Abang, kok Abang jadi kekanak-kanakan gini sih?"

Aina menggeleng-gelengkan kepalanya. Meskipun kesal, dia terpaksa memenuhi keinginan suaminya. Aina mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Arhan penuh kelembutan.

"Sudah kan? Kalau begitu, ayo kita turun!"

Arhan melebarkan senyumannya, trik barusan sepertinya bisa menjadi senjata baginya untuk menaklukkan hati Aina. Sebab dia tau Aina belum sepenuhnya menerima dirinya.

Arhan mengambil Aksa dari tangan Aina, kemudian menggendongnya dengan sebelah tangan. Sementara tangan lainnya menggenggam tangan Aina dengan erat. Keduanya bangkit dan berjalan meninggalkan kamar.

...****************...

Di bawah sana, Nayla tampak sibuk menghidangkan makanan di atas meja. Dia sengaja bangun lebih awal dan membantu pelayan menyiapkan makanan.

Sejak usia 16 tahun, dia sudah terbiasa hidup sendiri. Apa-apa dia kerjakan sendiri, tak pernah bergantung pada orang lain.

Sebenarnya Nayla masih memiliki seorang ayah. Sayangnya hubungan diantara mereka tidak baik sejak ayahnya menikah lagi.

Nayla sering diperlakukan tidak adil oleh ibu sambungnya. Sang ayah tidak pernah membelanya, dia lebih menyayangi putrinya yang lain. Hal itulah yang membuat Nayla memilih pergi dari rumahnya, lalu menata hidupnya sendiri hingga akhirnya bertemu dengan Aina.

...****************...

Semua orang sudah duduk di meja makan. Hidangan yang tersedia tampak berbeda dari biasanya. Membuat Leona bingung sembari menautkan alisnya.

Semua makanan tampak sederhana. Namun dari aroma dan cara penyajiannya, bisa dikatakan makanan itu nikmat dan menggugah selera. Jarang-jarang keluarga Airlangga bertemu makanan sesederhana itu.

"Ada yang berbeda dengan menu kita pagi ini, siapa yang masak?" tanya Leona penasaran.

"Maaf Bu, semua ini masakan Nayla. Ibu tidak suka ya?" jawab Nayla canggung, kemudian menekuk wajahnya.

"Bagaimana mengatakan tidak suka kalau belum mencicipinya?" balas Leona sembari tersenyum.

"Ma, Nayla ini pintar masak loh. Aina saja belajar masak dari Nayla. Meskipun sederhana, tapi soal rasa, bisa mengalahkan masakan restoran. Mama coba aja kalau tidak percaya!" sanjung Aina.

"Apaan sih Aina? Biasa saja!" ucap Nayla.

"Sudah, jangan berdebat! Makan saja!" Airlangga mencoba menengahi.

Kini tak ada satupun yang bersuara. Satu persatu dari mereka mulai mengisi piring masing-masing. Leona mengisi piring Airlangga, sementara Aina mengisi piring Arhan. Semuanya asik menikmati makanan mereka.

Sesuai perkataan Aina tadi, masakan Nayla benar-benar enak. Airlangga bahkan beberapa kali menambah makanannya. Begitupun dengan Leona.

Usai sarapan, semua berpindah ke ruang keluarga. Sementara Aina dan Nayla sibuk membereskan meja, kemudian membawa sisa makanan dan piring kotor ke dapur. Setelah semua beres, keduanya menyusul ke ruang keluarga.

Airlangga sudah berangkat ke perusahaan, sementara Arhan masih istirahat di rumah. Sebagai pengantin baru, dia ingin menghabiskan waktunya lebih banyak bersama istri tercinta.

"Benar yang dikatakan Aina, ternyata masakan Nayla sangat enak. Coba kalau Mama punya putra 1 lagi, pasti Mama jodohkan dengan Nayla!" celetuk Leona sembari terkekeh.

Mendengar celetukan Leona, semua orang ikut terkekeh. Tak terkecuali dengan Arhan.

"Mama mau mengambil Nayla jadi menantu Mama? Bisa-bisa aja kok," ucap Arhan, kemudian melirik ke arah Aina sembari mengedipkan sebelah matanya.

Mendengar itu, Aina menggertakkan giginya kuat. Tangannya mengepal erat. Tatapannya menjadi tajam memperlihatkan mata elangnya.

"Apa maksud kamu Nak? Jangan bilang kalau kamu mau menikahi Nayla juga!" tanya Leona menghentikan tawanya.

"Apa salahnya Ma? Bukankah seorang pria boleh menikahi wanita lebih dari satu?" Arhan kembali melirik Aina, lalu tersenyum dengan licik.

Sebenarnya ucapan Arhan itu membuat hati Aina sakit, namun dia berusaha keras menyembunyikan perasaannya. Dia tidak ingin Arhan tau kalau dia cemburu mendengar itu.

"Tentu saja boleh! Jangankan nambah satu, nambah tiga juga boleh. Aina sangat senang kalau Nayla mau menjadi madu Aina. Kami bisa tinggal bersama di rumah ini." jawab Aina tanpa kesal sedikitpun, dia malah tersenyum. Membuat Arhan terkejut sembari menautkan alisnya.

"Aina, apa yang kamu katakan? Apa kamu sudah gila? Bagaimana mungkin aku mau menjadi madu kamu?" kesal Nayla tak habis pikir.

"Iya ih, kenapa kamu mengindahkan ucapan Arhan?" tambah Leona bingung.

"Aina tidak keberatan kok Ma, diantara kami juga tidak ada perasaan apa-apa. Bagus kalau Abang punya niat untuk itu." ucap Aina sembari tersenyum seakan tak merasakan apa-apa.

"Gila kamu Aina, istri mana yang mau berbagi suami dengan wanita lain?" kesal Nayla, kemudian bangkit dari duduknya.

Nayla meninggalkan ruangan itu, kemudian melangkah menuju kamar. Dia tak habis pikir, kenapa Aina semudah itu berbicara tanpa memikirkan akibatnya.

Nayla mengemasi barang-barangnya, kemudian turun dan menghampiri semua orang. Setelah berpamitan, Aina mengantarkan Nayla sampai depan. Hendru sudah menunggu di halaman.

"Nayla, kamu jangan marah ya! Aku hanya mengujinya. Aku tau dia bercanda, dia sengaja membuatku cemburu. Tapi sayangnya aku tidak sebodoh yang dia pikir." Aina terkekeh mengatakan itu, membuat Nayla menghela nafas lega.

"Astaga Aina, kenapa sampai segitunya? Kamu tidak lihat bagaimana reaksi suamimu tadi?"

"Biarkan saja! Senjata makan Tuan, rasain sendiri akibatnya!"

Setelah menjelaskan semuanya, keduanya saling berpelukan. Aina melambaikan tangannya saat mobil Hendru melaju meninggalkan kediaman Airlangga.

1
Jue Juliza Johnson
Luar biasa
Jonosiis
makin lama makin males baca ya .yg punya tekanan tensi tinggi g usah baca novel ini bikin emosi aja
Ris Mawati
ceritanya bagus
Nicky Nick
terlmbat lu nai mknya jgn sok
Nicky Nick
ayo arhan lihat kedpn pst kamu kaget deh
Bunda Puput
Luar biasa
feri marlinda
yg jelas author nya yg bertele-tele
Yohana Kanta
males aina bego
Eva Juliana
Luar biasa
Yohana Kanta
aina ribet
Katrien Gorung
penasaran
Juni Yati
sprtinya ceritanya asik
Mlly Ferli
menarik ceritanya
masnia masnia
lanjut dong ceritanya
Siti Aminah
baru nyimak thor...semoga cerita ny bgs
masnia masnia
lanjut
masnia masnia
jantung aku yg tegang. lanjut
masnia masnia
/Good/
༻♛A̷͙ͭͫ̕ḑ̴̞͛̒ỉ͔͖̜͌r̴̨̦͕̝a̤♛༺
seru😀
Debbie Teguh
kalo tuan saga mah ud teriak, kamu mau mati yaa!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!