Nalendra, I Love You

Malam semakin larut. Langit yang semula cerah di sertai bintang dan rembulan itu mendadak menjadikan mendung yang luar biasa. Hujan turun dengan derasnya sekitar tiga puluh menit yang lalu.

Mobil sport berwarna hitam itu terhenti di depan rumah yang begitu megah dan mewah bak istana Eropa. Sang satpam segera berlari sambil membawa payung.

"Hati-hati Den.."Begitulah kata satpam itu kepada Nalendra yang baru saja turun dari mobil. Pria paruh baya itu dengan hati-hati memberi perlindungan terhadap Sang putra dari Tuan besar nya ini agar air hujan jangan sampai menyentuh kulitnya.

Nalendra tak peduli, Pria itu masuk begitu saja dengan kondisi bahu yang basah terkena tetesan air hujan dari payung yang melindungi nya tadi.

"Ya Allah..Kakak.. Kamu darimana..?.Kok basah gini.." Mommy Alea yang baru saja dari dapur untuk sekedar minum itu terkejut begitu melihat sang putra pulang dengan keadaan basah. Walaupun dengan begitu, Mommy Alea terlihat sangat khawatir mengingat putranya ini sangat Alergi dengan cuaca dingin.

"Mommy... Mommy gak tidur? "Bukannya menjawab Mommy Alea justru menggiring sang putra agar segera masuk ke dalam kamarnya.

"Kakak dari mana..Kok basah gini?.Dingin gak?" Bukan hanya sebuah pertanyaan basa basi, Tapi sebuah tindakan dimana wanita itu segera mengambil handuk dan meminta Nalendra agar segera melepas kaos yang pria itu kenakan.

"Mom, Udah Mom.. Lendra gapapa kok... Cuma basah dikit. Lendra juga gak merasa kedinginan, Semuanya aman.. "Ucap pria seolah menunjukkan jika ia tidak apa-apa.

Jelas saja Mommy Alea panik, Putranya ini mempunyai penyakit urtikaria dingin. Dimana kulitnya akan keluar kemerah-merahan usai terkena cuaca dingin. Dan sekarang di luar sedang hujan dengan begitu derasnya.

"Tapi kamu harus ganti baju sayang.. Biar gak..

"Mom..Lendra baik-baik aja kok beneran..Lagian ini sudah malam, Mommy bobo aja ya.. Kasihan Daddy pasti nungguin.."Mommy Alea hanya bisa pasrah jika Nalendra sendiri yang meminta. Akhirnya Mommy keluar dari kamar putranya.

Kini tinggalah Nalendra seorang diri di kamar nya yang begitu luas itu. Rasa dingin mulai menusuk kulitnya. Pria itu bangkit dan meraih sebuah jaket tebal demi melindungi tubuhnya agar kembali hangat. Nalendra tidak mau bintik merah-merah itu muncul dari tubuhnya hingga membuat ia tidak bisa keluar esok pagi.

Waktu terus berjalan, Dan sekarang memang sudah di tengah malam. Nalendra merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur itu. matanya tak lepas menatap langit-langit kamar.

Seketika bayangan Ayra terlintas di matanya. Masih ia ingat betapa marahnya ia terhadap gadis itu tadi. Entah mengapa sekarang Nalendra merasa bersalah dan menyesal. Bayang-bayang gadis itu seakan terus berputar-putar.

Ya, Tanpa sadar Nalendra mulai menyimpan rasa terhadap Ayra. Namun, Nalendra selalu menyangkal atau mungkin belum menyadarinya. Tadi pria itu marah dan merasa tidak suka dengan tindakan Ayra yang terkesan ikit campur dalam kehidupannya. Padahal niat Ayra baik dan benar-benar tulus.

"Apa aku sudah keterlaluan tadi? "Gumam Pria itu mendadak ada rasa khawatir. Nalendra bangkit dan berjalan menuju jendela. Dapat ia lihat hujan masih turun dan semakin deras.

"Jika dia masih ada disana... Lalu dimana letaknya aku..

Nalendra mengusap wajahnya kasar. Ucapan Ayra terus terngiang di telinganya. Secara tidak langsung Ayra telah mengungkapkan rasa cintanya terhadap Nalendra. Tapi sejak kapan gadis itu mencintainya? Sungguh Nalendra menyesal telah membentak Ayra tadi.

"Apa dia ada di apartemen..? Sepertinya besok pagi aku harus kesana dan meminta maaf.."Ya, Keputusan Nalendra adalah meminta maaf kepada Ayra. Mungkin inilah alasan Daddy Al meminta dirinya untuk melupakan Kirana, Karena masih ada cinta lain yang masih menunggunya di luar sana..

"Ayra maafkan aku....

.

.

.

Sementara di tempat yang terpisah. Ayra benar-benar pulang ke apartemen. Tapi bukan pulang ingin tidur atau semacamnya, Gadis itu pulang hanya untuk mengambil barang-barang nya.

Tepat tengah malam, Ayra pulang secara diam-diam ke apartemen agar tidak ketahuan oleh sang pemilik tempat tinggal. Namun begitu sampai di basement Ayra tidak melihat mobil Nalendra terparkir disana.

Begitu masuk, Memang benar. Nalendra tidak pulang ke apartemen, Mungkin saja pria itu pulang ke rumahnya. Dia kan memang punya rumah tidak seperti dirinya yang memang terlahir menjadi manusia yang malang.

Keputusan Ayra sudah bulat, Gadis itu akan pergi dari apartemen Nalendra. Setelah kejadian tadi, Apa mungkin ia masih punya muka dengan masih tinggal di tempat ini. Rasanya tidak! Ia tau dirinya memang gadis miskin tapi bukan berarti Ayra tidak punya rasa malu.

Lagipun, Nalendra sepertinya tidak pernah mengharapkan kehadirannya. Terbukti dengan ucapan pria itu tadi. Dimana Nalendra mengatakan bahwa di hatinya hanya ada Kirana seorang.

Ayra segera meraih kopernya dan memasukan semua pakaian miliknya. Kecuali Ponsel dan sepatu yang pria itu belikan. Ayra berniat akan mencari kontrakan saja dan mencari pekerjaan yang baru. Namun sebelum itu, Ayra sudah mengirimkan pesan kepada pria pujaan hatinya itu hanya untuk sekedar kata pamit.

"Mending aku cepat pergi deh.. Takutnya Bi Dartik kebangun kan bahaya..

Beruntung kemarin Nalendra menggajinya, setidaknya sekarang ia punya uang. Ayra keluar dari kamarnya yang cukup lama gadis itu tinggali. Jujur dari dalam lubuk hatinya Ayra berat meninggalkan kamar itu terutama apartemen. Dan yang lebih berat lagi pergi meninggalkan pemiliknya.

Ayra bukan pergi untuk menghindar. Hanya saja ia butuh sendiri saat ini. Perkara nanti kembali bertemu dengan Nalendra juga tidak masalah Sama sekali. Yang penting untuk sekarang Ayra pergi dan tidak ingin merepotkan pria itu lagi. Sudah cukup atas bantuan yang ia terima selama ini.

Ayra keluar dari apartemen tersebut dan berjalan menuju ke satu-satunya rumah dimana Reta temannya itu tinggal. Hujan yang semula deras mengguyur bumi kini sudah mereda.

Tanpa ada rasa takut, Ayra terus melangkah demi langkah. Hingga tepat pukul 01.15 menit Ayra sampai di sebuah rumah yang cukup sederhana disana.

Tok...Tok..Tok...

Pintu terbuka dan menampilkan seorang gadis cantik seumuran dengannya.

"Ay. .Ayo masuk.."Ayra masuk dengan kopernya. Gadis itu duduk di kursi sederhana milik Reta.

"Aku kira kamu bercanda... eh ternyata beneran.. " Ayra tersenyum sembari melihat sekeliling rumah sederhana itu.

"Ini rumah kamu..?

"Enggak aku ngontrak disini..."Jawaban Reta membuat Ayra hanya mengangguk kecil.

"E...Gini sebenarnya aku mau nginap dulu boleh gak? Soalnya aku mau nyari kontrakan dan kerjaan juga. Tapi kalo udah dapet aku bakalan pindah kok.. "Reta mengangguk, Ia tau teman dekatnya ini pasti punya masalah dengan penyanyi tampan itu hingga Ayra memilih pergi saja.

"Santai aja kali.. Daripada nyari kontrakan, Mending kamu tinggal bareng aja sama aku berdua.. Disini aku cuma tinggal sendiri.. Kalo kamu tinggal disini aku jadi ada temennya.. Masalah kontrakan kita bayarnya patungan gimana? Kan lumayan gak berat-berat amat..." Solusi yang di berikan Reta langsung Ayra setujui. Beruntung ia punya teman baik hati seperti Reta ini. Dari pada pulang ke desanya? Yang ada akan makan hati setiap hari.

.

.

.

TBC