Gadis Rental Ceo Arogan

Serena melotot tajam. CEO di hadapannya ini memang tak bisa ia tebak. Mana ada orang yang berani menggendongnya di tempat umum seperti ini kecuali sang CEO arogan itu. Sialnya adalah ia juga sudah punya istri.

"Mau digendong gak nih?" ulang Bima dengan senyum samar di bibirnya.

"Saya bisa jalan sendiri pak," jawab Serena ketus. Tepatnya berpura-pura ketus untuk menghalau debaran di dadanya hanya karena senyum maut mantan suaminya itu.

Bima pun bergeser dari depan pintu mobil dengan sabar untuk memberikan jalan pada gadis itu turun. Setelah itu ia membawa Serena untuk memasuki hotel yang kemarin ia datangi.

Menuju ke tempat yang sudah ia booking untuk melanjutkan acara lamarannya yang tertunda.

"Duduklah," ucap Bima seraya menarik sebuah kursi untuk Serena duduk. Mau tak mau gadis itu patuh meskipun hatinya masih deg-degan. Ia takut kalau tiba-tiba isterinya Bima datang melabrak dan menuduhnya sebagai pelakor.

"Kamu pasti haus. Mau minum apa?" tanya Bima dengan tatapan penuh cinta pada gadis cantik dan imut di hadapannya.

"Saya tidak haus pak. Saya cuma ingin kembali ke perusahaan untuk bekerja," jawab Serena gelisah.

"Kamu juga bisa bekerja di sini. Kamu adalah sekretaris dan asistenku. Jadi dimanapun aku berada kamu juga akan ada disana."

Serena menghela nafasnya kemudian segera berdiri dari duduknya.

"Hey, mau kemana kamu?" kaget Bima dan langsung meraih pinggang ramping Serena.

"Saya kira kita tidak ada jadwal kerja di luar pak. Jadi, kita harus kembali ke perusahaan sekarang." Serena semakin gelisah dan berusaha untuk melepaskan dirinya. Akan tetapi Bima tentu saja tak ingin melepaskannya.

"Lepaskan saya pak Bim. Disini tempat umum," lirih Serena semakin gelisah. Bima hanya tersenyum kemudian mempererat pelukannya. Momen inilah yang sangat dinanti-nantikannya setelah beberapa bulan berpisah.

"Tolong lepaskan saya pak, kita tidak bisa seperti ini, kita sudah tidak ada hubungan lagi," ucap Serena dengan suara gemetar.

"Siapa bilang kita tak ada hubungan hem?" bisik Bima seraya mencium pipi Serena lembut. Gadis itu langsung terdiam dan tak bisa bergerak.

"Kamu gak suka kalau kita duduk dengan tenang di tempat ini Ren, aku sangat merindukan kamu," lanjut Bima kemudian menyentuhkan bibirnya pada pipi lembut Serena lagi dan lagi.

"Pak..." lirih Serena terbuai.

"Kenapa? Apa kamu tak merindukan aku Ren?" bisik Bima seraya mengarahkan wajah gadis itu agar menatapnya.

"Tidak!" jawab Serena seraya mengalihkan pandangannya ke arah lain. Bima tercekat. Ia tidak suka mendengar perkataan gadis cantik yang sudah membuatnya gila itu.

"Kamu sudah memutuskan hubungan itu pak. Kita sudah selesai dan punya kehidupan baru. Jadi hubungan ini seharusnya tak lebih dari hubungan profesional saja," tegas Serena masih berusaha melepaskan dirinya dari rengkuhan sang mantan suami kontrak.

Sungguh, ia sangat takut terbuai akan pesona pria itu dan berakhir menderita lagi dan lagi.

"Kita pulang saja pak. Saya takut dapat predikat sebagai karyawan yang tidak becus bekerja!"

"Maafkan aku Ren. Aku tahu aku salah. Dan lagi, waktu itu aku belum menyadari kalau aku sangat menginginkan kamu."

"Cih!"

Serena berdecih sakit. Mengingat perkataan pedas pria itu padanya membuat luka hatinya menganga kembali.

"Jadi maksudnya, pas udah punya istri bapak baru sadar, gitu ya pak?"

Bima mengernyit bingung. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Terlambat pak Bim. Meskipun saya gadis rental miskin yang punya bayaran 1 ember dari bapak, saya tetap tak pernah berpikir jadi pelakor atau orang ketiga!"

"Uang yang bapak berikan waktu itu pun baru satu kali saya gunakan untuk pembayaran masuk universitas Delana. Kalau mau diambil kembali silahkan. Yang penting saya tidak dituduh merusak rumah tangga orang!"

"Kamu ngomong apa sih?" ucap Bima seraya meraih tubuh Serena kembali ke dalam pelukannya.

"Lepaskan saya pak. Saya tidak mau digrebek oleh istrinya bapak dan dituduh sebagai pelakor!"

"Istri yang mana? Saya baru menikah satu kali dan itu pun dengan kamu Ren!"

"Gak. Saya gak percaya!" Serena kembali memberontak tapi Bima tak ingin lagi melepaskannya.

"Wanita cantik itu yang namanya Ayu. Bukannya itu istri kamu pak Bim?" lirih Serena. Bima tak bisa lagi menahan tawanya.

"Hahahaha. Jadi kamu anggap Ayu itu istriku?"

Serena menganggukkan kepalanya.

Bima kembali tertawa. Rupanya aktingnya dengan Ayu waktu itu berhasil mempengaruhi Serena dan jadi salah sangka seperti ini.

"Ayu itu adik aku sayang," ucap Bima kemudian mencium pucuk kepala Serena.

"Adik?" tanya Serena seraya mendongakkan kepalanya menatap Bima. Pipinya sampai menghangat karena malu.

"Iya. Aku hanya punya satu adik yang sangat cerewet dan juga manja. Jadi kamu cemburu padanya?" senyum Bima dengan satu alis naik turun.

"Gak!" ketus Serena untuk menghalau rasa malunya.

"Lalu?" tatap Bima kemudian menundukkan wajahnya dan meraih bibir Serena untuk ia kulum dengan lembut dan penuh perasaan.

Gadis itu tak tahu harus melakukan apa. Ingin ia menolak tapi ia juga sangat rindu dengan sentuhan pria itu.

"Aku ingin kamu jadi istriku lagi. Mau ya?" bisik Bima dengan perasaan bahagia yang membuncah.

Serena tak menjawab. Ia masih sibuk meredakan debaran jantungnya yang menggila.

"Plis Ren, kamu mau 'kan jadi istriku lagi?" mohon Bima dengan tatapan penuh cinta pada sang mantan.

"Istri kontrak?" jawab Serena balas bertanya. Sungguh, ia masih jetleg karena sentuhan pria itu padanya. Jangan ditanya bagaimana dengan debaran dadanya yang seakan ingin meledak.

"Bukan sayang. Aku ingin menjadikanmu jadi pendamping aku selamanya. Sepanjang usiaku. Menjadi ibu dari anak-anakku. Menua bersama dalam suka dan duka."

"Mau ya?" mohon Bima lagi.

Serena tak mampu menjawab. Ia seperti tidak percaya dengan apa yang terjadi di dalam hidupnya ini.

Bimantara yang selalu berkata kasar padanya kini menawarkan hal yang sangat manis dan sangat susah untuk ia tolak.

Bima pun mengeluarkan sebuah kotak kecil dari dalam saku jasnya yang sejak kemarin ia persiapkan.

"Menikahlah denganku Ren, insyaallah aku bisa menjadi suami yang baik untukmu," ucap pria itu seraya menyerahkan sebuah kotak kecil bludru berwarna merah kepada Serena.

"Apa saya tidak sedang bermimpi pak?" ucap Serena dengan suara tercekat. Airmatanya bahkan keluar saking bahagianya.

Bima tersenyum kemudian menghapus airmata gadis cantik itu dengan ibu jarinya. Setelah itu ia mencium bibir Serena lagi lebih dalam untuk membuktikan kalau gadis itu tidak sedang bermimpi.

Tangan pria itu sampai menekan tengkuk sang mantan agar ia bisa lebih bebas mengeksplor mulut Serena.

"Ekhem!"

"Belum halal Bim!"

🌺🌹🌺

*Tobe Continued.

Like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke? Adakah sisa Vote? Hehehe 🤭