Danisha Putri atau yang akrab di sapa Anis, tidak menyangka niatnya ingin menolong persalinan seorang wanita yang menderita keracunan kehamilan justru berujung menjadi sasaran balas dendam dari seorang pria yang merupakan suami dari wanita tersebut, di kala mengetahui istrinya meregang nyawa beberapa saat setelah mendapat tindakan operasi Caesar, yang di kerjakan Anis.
Tidak memiliki bukti yang cukup untuk membawa kasus yang menimpa mendiang istrinya ke jalur hukum, Arsenio Wiratama memilih jalannya sendiri untuk membalas dendam akan kematian istrinya terhadap Anis. menikahi gadis berprofesi sebagai dokter SP. OG tersebut adalah jalan yang diambil Arsenio untuk melampiaskan dendamnya. menurutnya, jika hukum negara tak Mampu menjerat Anis, maka dengan membuat kehidupan Anis layaknya di neraka adalah tujuan utama Arsenio menikahi Anis.
Mampukah Anis menjalani kehidupan rumah tangga bersama dengan Arsenio, yang notabenenya sangat membenci dirinya???.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikahlah denganku!!!.
"Ternyata anda tipe wanita yang begitu sayang pada keluarga. saya tidak bisa membayangkan apa jadinya anda, jika saya sampai melakukan sesuatu pada salah satu anggota keluarga anda, Nona Danisha???." ucap Ansenio dengan tatapan tak terbaca.
Anis yang masih berlutut di hadapan Ansenio nampak mengepalkan kedua tangannya, geram dengan ancaman pria itu yang selalu saja melibatkan anggota keluarganya.
Seringai terbit di sudut bibir Ansenio tatkala melihat pergerakan Anis yang mengepalkan kedua tangannya.
"Ternyata nyali anda boleh juga, tapi saya rasa anda tidak akan menerima permintaan saya." tutur Ansenio penuh makna.
"Permintaan seperti apa yang anda inginkan?? Saya berjanji akan menuruti apapun permintaan anda, asalkan anda berhenti melibatkan anggota keluarga saya dalam hal ini!!." tegas Anis tanpa berpikir panjang, baginya biarlah ia yang menanggung semuanya asalkan kedua orang tua serta adiknya hidup dengan damai seperti sebelumnya.
"Jika anda ingin saya berhenti melibatkan anggota keluarga anda dalam hal ini, maka menikahlah dengan saya!!."
Deg.
Jantung Anis seperti berhenti berdetak mendengar permintaan Ansenio.
"Permintaan konyol apa yang sedang anda ucapkan,tuan?? Bukankah anda sangat membenciku lalu kenapa anda ingin menikah denganku???." satu pertanyaan yang wajar kini di lontarkan Anis.
"Anda mau tahu kenapa?? Yakin anda ingin tahu???. Baiklah, saya ingin menikah dengan anda karena saya ingin anda merasakan, bahkan kematian jauh lebih baik di banding harus menjalani kehidupan bersama dengan seorang pria yang kehilangan istrinya karena perbuatan anda." jawaban Ansenio sungguh menyesakan dada Anis. Ia hampir kehabisan kata kata untuk merespon ucapan Ansenio.
"Bagaimana, apa anda bersedia menerima permintaan saya, Nona Danisha??."
Dengan tatapan kosong Anis menjawab. "Saya bersedia." jawaban Anis membuat gelak tawa Ansenio Wiratama menggema memenuhi seisi ruangan.
"Bagus, jika anda bersedia maka besok Jasen akan datang menjemput anda, kita akan pergi ke KUA untuk melaksanakan ijab qobul."
Kedua bola mata Anis melebar sempurna ia tidak percaya Ansenio ingin menikahinya secepat itu. Namun begitu, Anis hanya bisa kembali mengiyakan permintaan Ansenio tanpa berani melontarkan kalimat protes.
Setelah merasa pembahasan mereka cukup, Anis pun pamit meninggalkan gedung perusahaan Wiratama Group.
Di perjalanan Anis terus menangis dalam diam, kini pikirannya di penuhi dengan bayangan wajah tampan Armada, pria yang baru menjalin kasih dengannya Selama dua bulan terakhir. Pria tampan yang mampu membuat Anis merasakan indahnya jatuh cinta untuk pertama kalinya.
Anis benar benar tidak pernah membayangkan usahanya meluluhkan pujaan hati akan berakhir sia sia, karena besok ia akan menikah dengan pria yang baru dikenalnya, seorang pria yang begitu membencinya.
Anis yang hari ini libur kerja lantas kembali ke rumah setelah meninggalkan gedung Wiratama Group. Setibanya di rumah, Anis berlalu begitu saja menuju kamarnya. Ia tidak ingin sampai ayah dan ibunya melihat wajahnya yang tampak sembab akibat habis menangis.
Namun sayangnya usaha Anis tidak berhasil karena ketika berjalan menapaki anak tangga ia berpapasan dengan ibunya di tangga.
"Dari mana saja kamu, nak??? Anis, mata kamu sembab, apa kamu habis menangis???" tanya ibunya dengan wajah yang berubah cemas.
Anis mengukir senyum di bibirnya. Sebuah senyum palsu terukir di bibir Anis agar tidak membuat ibunya berpikir yang tidak-tidak dan akan berakhir dengan kesedihan.
"Tidak kok Bu, tadi Anis nonton film di rumah teman dan alur ceritanya sangat menyentuh Sekali, makanya Anis jadi nangis." demi menjaga hati dan perasaan ibunya, Anis terpaksa berdusta.
"Oh begitu....ibu pikir kamu habis menangis, nak." akhirnya ibunya bisa bernapas lega setelah mendengar jawaban Anis.
"Maafkan Anis Bu, Anis terpaksa berdusta." dalam hati Anis merasa bersalah karena ia telah berdusta pada ibunya, namun setelahnya Anis menyadari jika setelah ini akan banyak dusta yang akan ia ucapkan pada keluarganya.
"Bu, boleh Anis bicara sebentar pada ibu???." pinta Anis.
"Tentu saja boleh, sayang." senyum yang terbit di wajah ibunya selalu membuat Anis merasa jauh lebih tenang bila melihatnya.
Kini ibunya mengajak Anis untuk duduk di sofa ruang tengah.
"Apa yang ingin kamu katakan pada ibu, Anis??." dengan nada yang terdengar begitu lembut ibunya bertanya pada Anis dan itu membuat Anis hampir mengeluarkan air mata.
"Berhubung rumah sakit kekurangan tenaga medis, dan jarak dari rumah ke rumah sakit cukup jauh, mulai besok Anis akan tinggal di mes yang telah di sediakan pihak rumah sakit, Bu." helaan napas ibunya terdengar berat ketika mendengarnya, namun mau bagaimana lagi, jika itu menyangkut pekerjaan ibunya pasti akan mengizinkan walaupun dengan berat hati.
"Jika memang harus seperti itu mau bagaimana lagi." jawab ibunya. "Nanti malam ibu akan menyampaikan tentang hal ini pada ayah kamu." lanjut ibunya dan Anis pun mengangguk setuju.
"Maafkan Anis Bu, karena Anis lagi lagi berdusta pada ibu. tidak mungkin Anis mengatakan jika besok Anis akan menikah dengan seseorang yang baru Anis kenal." tanpa sadar air mata Anis berlinang membasahi pipinya ketika ia merebahkan kepalanya di pangkuan ibunya.
Dengan lembut ibunya mengusap lembut air mata di pipi Anis, wanita paru baya itu berpikir jika putrinya menangis karena hendak tinggal berpisah dengan mereka.
Cukup lama Anis bermanja-manja di pangkuan ibunya seolah ingin menambah energi Sebelum besok ia akan memulai kehidupan bersama Ansenio Wiratama. Kehidupan yang akan membawanya menikmati kehidupan layaknya di neraka, namun begitu Anis tetap berusaha tegar, baginya yang terpenting Ansenio tak lagi melibatkan keluarganya.
***
Di kamarnya, Anis mengirim sebuah pesan pada Armada, malam ini ia mengajak pria itu bertemu.
Setelah beberapa saat mengirim pesan singkat pada Armada, kini ponselnya bergetar pertanda notifikasi pesan baru saja masuk.
Anis segera membuka balasan pesan dari armada yang mengiyakan ajakannya untuk bertemu malam ini.
Anis mengajak Armada bertemu di sebuah taman yang tak terlalu jauh dari rumahnya.
Waktu terus berjalan, tepat pukul tujuh malam kini saatnya Anis menemui Armada yang beberapa saat yang lalu telah tiba di taman. dengan menggunakan sepeda motornya Anis menuju ke Taman.
Dari kejauhan, Anis sudah dapat melihat wajah tampan pria yang kini mengisi relung hatinya. Armada nampak duduk di bangku taman, kedatangan Anis mengalihkan pandangan Armada dari arah anak anak yang sedang bermain di taman.
Elusan lembut tangan kekar Armada pada puncak kepalanya menyambut kedatangan Anis, dan itu membuat hati Anis semakin nyeri rasanya.
"Tidak biasanya kamu mengajak bertemu di taman, biasanya juga kamu tidak akan keberatan jika saya bertamu ke rumahmu." tutur Armada yang dapat menangkap sikap tak biasanya dari Anis.
Bukannya menjawab pertanyaan Armada, Anis justru melontarkan permintaan yang membuat Armada semakin menyadari sikap tak biasa dari kekasihnya itu.
"Bolehkah saya memeluk anda??."
Bukannya menjawab ucapan Anis, Armada justru langsung membawa tubuh Anis ke dalam pelukannya.
Di dalam pelukan Armada, Anis mengeluarkan semua sesak di dada dengan mengeluarkan air matanya. Anis menangis dalam diam, sementara Armada yang merasa kemejanya mulai basah bisa menebak jika saat ini kekasihnya itu sedang menangis, apalagi sesekali Armada melihat bahu Anis tampak bergetar.