Abela Xaviera. Lahir sebagai anak bungsu perempuan satu-satunya membuat dirinya dimanja oleh keluarganya sendiri. Bahkan kedua kakak laki-laki nya begitu posesif padanya sampai ia tak memiliki celah untuk menjalin hubungan asmara dengan seorang laki-laki.
Hingga saat perayaan ulang tahunnya ke 22, keluarganya mengadakan acara sederhana di sebuah restoran mewah. Di sana dia bertemu seorang pelayan pria di restoran itu yang berhasil menarik perhatiannya, hingga membuat Abel jatuh hati detik itu juga. Dia juga menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hati pria tersebut.
Siapakah pria yang berhasil menarik perhatian Abel? Akankah dia bisa mendapatkan hati pria pujaannya itu?
***
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Hari ini Abel masuk kerja kembali. Ternyata di rumah seharian dan tidak melakukan apa-apa membuatnya stress.
Sekarang jam menunjukkan pukul 7 malam dan Abel berjalan menyusuri trotoar. Sepertinya ia lebih suka jalan kaki sekarang. Tadi pagi sengaja tidak berangkat menggunakan mobilnya, karena dia ingin jalan-jalan seperti sekarang. Akhir-akhir ini cafe lumayan ramai, jadi Abel ikut membantu juga sedikit-sedikit.
Ia mendongak menatap langit gelap tanpa bulan dan bintang. Angin berhembus kencang tanda hujan akan turun.
Grep!
Abel tersentak kala seseorang menarik tangannya. Gadis itu menoleh menatap si pelaku. Sedetik kemudian raut wajahnya berubah datar. Ia mencoba melepaskan tangannya dari genggaman orang itu.
"Ikut aku!"
"Tidak mau!" Abel menyahut dengan cepat.
"Lepas!" sentak Abel. Sekuat tenaga ia berusaha untuk melepaskannya tapi sia-sia karena tenaga Victor lebih kuat.
Pria itu menarik paksa Abel menuju mobilnya. Dia mendorong Abel masuk ke dalam dan ia segera duduk di kursi kemudi.
Abel membuka pintu mobil dengan brutal, brak! brak! brak! Sayangnya pintu mobil sudah di kunci oleh Victor.
Victor melajukan mobilnya dengan cepat membuat Abel tersentak dan segera memasang sabuk pengaman. Nafas gadis itu memburu, matanya menatap tajam ke arah Victor.
Dasar pria gila! Apa maksudnya memaksaku seperti ini? Dia pikir aku takut, heh? Batin Abel.
Beberapa menit kemudian. Sesuai dengan tebakan Abel, Victor membawanya ke apartemen pria itu. Lagi-lagi ia ditarik paksa oleh Victor hingga membuatnya tersandung-sandung.
Entah apa yang merasuki tubuh Victor hingga dia memperlakukan Abel sekasar ini. Abel sendiri merasa biasa saja karena sekarang ia tau sifat asli seorang Victor.
Sesampainya di apartemen Victor, Abel di hempaskan begitu saja, untungnya Abel bisa menahan agar tidak jatuh. Kini mereka berhadapan dengan saling melempar tatapan tajam satu sama lain.
"Kau tau kesalahanmu?" tanya Victor memecah keheningan.
"Aku tidak pernah salah," balas Abel begitu angkuh.
"Kau salah, Anabel," sahut Victor.
"Berhenti memanggilku seperti itu. Namaku Abela bukan Anabel!" kesal Abel.
" Nama Abela terlalu bagus untuk orang sepertimu," ujar Victor.
Raut wajah Abel seketika berubah datar.
"Bukankah sudah ku bilang, jangan dekat-dekat dengan pria itu? Kau tuli, hm?" tanya Victor. Matanya memicing tajam.
"Kau tidak berhak melarang ku. Lagi pula kita tidak memiliki hubungan apapun," jawab Abel.
Rahang Victor mengeras, namun raut wajahnya tetap datar.
"Tidak perlu berpura-pura lagi. Aku sudah tau semuanya. Kau hanya kasihan padaku kan? Dan aku tidak akan pernah menggangu mu lagi. Kau bisa hidup dengan tenang tanpa gangguan ku," lanjut Abel.
"Berhenti bicara omong kosong," desis Victor.
"Omong kosong? Tidak sadarkah dirimu, bahwa selama ini kau yang bicara omong kosong. Semua sikapmu juga penuh tipu muslihat!"
"Sekarang biarkan aku pergi. Tak ada gunanya aku di sini," ucap Abel lagi. Ia melewati Victor dan hendak membuka pintu.
"Berhenti melangkah atau kau akan tau akibatnya," gumam Victor penuh ancaman.
Namun, Abel yang pada dasarnya keras kepala pun tak mau menuruti ucapan Victor dan tetap melangkah.
Victor berbalik dan mendorong tubuh Abel hingga terbentur pintu, dia langsung saja mencium bibir mungil favoritnya dengan kasar.
Abel tidak tinggal diam. Ia memberontak dan menendang-nendang kaki Victor, kepalanya menoleh ke sembarang arah membuat Victor segera menangkup wajah Abel.
Biadab! Batin Abel.
Karena merasa kesal, Abel menggigit bibir Victor dengan keras hingga mengeluarkan darah, terakhir Abel menendang perut Victor sekuat tenaga sampai pria itu mundur beberapa langkah.
"Brengsek!" umpat Abel. Ia mengelap bibirnya berulang kali seakan menghilangkan bekas Victor dari sana. Hal itu membuat Victor semakin meradang, tak suka melihat tingkah Abel seperti itu.
"Dasar mesum!" Abel mengumpat lagi. Dia pun berbalik dan membuka pintu lalu keluar dari sana.
Sepertinya Victor lupa mengunci pintu sampai Abel bisa keluar dengan mudah. Karena tak ingin gadis itu keluar dengan cuma-cuma, Victor pun mengejar Abel.
Mereka seperti kucing dan tikus, saling kejar-kejaran. Sampai pada akhirnya Abel menabrak tubuh seseorang hingga membuatnya terjatuh.
"Abela?"
Abel mendongak. Ternyata Jordan. Ia menengok ke belakang melihat Victor berdiri tak jauh darinya. Buru-buru Abel berlindung di tubuh Jordan.
"Tolong aku dari monster itu! Dia jahat!" bisik Abel dengan nafas terengah.
Rahang Victor mengeras melihat Abel berlindung di balik tubuh pria di hadapannya.
"Jahat?" Jordan mengulang ucapan Abel.
"Iya!" sahut Abel masih berbisik.
Victor menghela nafas, ia kembali melangkah mendekati Abel tanpa menghiraukan Jordan.
Dengan cepat Victor meraih tangan Abel dan hendak menariknya, tapi Jordan segera menghentikan dengan memegang pergelangan tangan Abel.
"Jangan ikut campur," desis Victor.
Kedua pria itu saling menatap tajam membuat Abel kebingungan. Terlebih tangannya dijadikan rebutan saat ini.
"Aku hanya melindunginya. Kau laki-laki, tak seharusnya kau bersikap kasar dengan perempuan," balas Jordan, ia berbicara dengan nada rendah sampai Abel dibuat merinding.
Victor tersenyum miring. "Kau tidak pantas berbicara seperti itu jika kau sendiri yang melanggarnya."
Rahang Jordan mengeras, seiring pegangan tangannya pada tangan Abel mengerat.
"Ucapanku tidak ada hubungannya dengan hal itu," ucap Jordan.
Senyum miring Victor semakin lebar dan terlihat menyebalkan di mata Jordan karena jelas sekali raut wajah Victor mengejeknya.
"Tentu ada hubungannya. Lepaskan dia. Dia bukan mainanmu," balas Victor seraya menarik tangan Abel, namun Jordan ikut menariknya juga.
Sebenarnya apa masalah mereka? Batin Abel kebingungan.
"Benar. Dia bukan mainan ku. Itu sebabnya aku melindunginya dari monster sepertimu," bisik Jordan.
"Apa kau lupa dengan jati dirimu yang sebenarnya? Di antara kau dan aku, kau lah monster nya, bastard," balas Victor.
"Perlu ku ingatkan dengan kejadian beberapa tahun lalu, hm?" lanjutnya.
Mendengar itu, tanpa aba-aba Jordan menendang perut Victor dengan kasar. Abel terkejut, hampir saja ia ikut terjatuh juga karena Victor masih menggenggam tangannya tadi.
Melihat situasi yang semakin tidak kondusif, Abel menyingkir dari dua orang itu. Dia tak ingin nekad untuk memisahkan keduanya.
Jordan kembali memberi serangan pada Victor dan langsung dibalas oleh Victor. Kini kedua pria tampan itu berkelahi dengan brutal tak tau tempat. Sorot mata keduanya menyiratkan kemarahan.
"Benar dugaanku. Hubungan mereka tidak akur," gumam Abel. Ia menggigit jari telunjuknya. Jika dibiarkan, mereka akan mati sama-sama dan Abel tidak mau hal itu terjadi. Dengan cepat ia mencari pertolongan dengan cara menggedor-gedor pintu kamar yang lain. Bodoamat jika dikira tidak sopan.
"Setelah kau membunuhnya, kau juga ingin membunuhku, heh?" desis Victor dengan nafas terengah.
"Aku bukan pembunuh! Camkan itu!" balas Jordan. Ia memukul pipi Victor sampai lebam. Begitu pula dengan Victor yang membalas pukulan Jordan berkali-kali lipat.
Tanpa keduanya sadari, Abel berhasil membuat orang-orang keluar dari kamar meskipun tidak banyak, setidaknya kebanyakan dari mereka laki-laki.
"Tolong hentikan mereka," ucap Abel memohon.
"Siapa mereka? Apakah kekasihmu dan juga selingkuhan mu?" tanya seorang pria.
Raut wajah Abel berubah kesal. "Apa itu penting? Cepat pisahkan mereka atau gedung apartemen ini akan memiliki sejarah yang kelam!" sentak nya.
Para pria itu pun segera memisahkan Victor dan Jordan. Sedangkan 3 wanita lainnya mengawasi dari jauh bersama Abel.
"Mereka tampan, tapi kenapa berkelahi se brutal itu?" ucap salah satu wanita.
"Aku rasa merebutkannya," sahut wanita lain sambil menunjuk Abel.
Abel hanya diam sambil menatap para pria yang berusaha memisahkan Victor dan Jordan. Terlihat ketika orang-orang itu berhasil memisahkan keduanya, Victor langsung pergi dari sana setelah menatap Jordan dengan tatapan tajamnya. Wajah kedua pria itu babak belur dan tak enak dipandang.
Jadi itu alasannya kenapa Kak Victor melarang ku dekat dengan Jordan? Karena Jordan musuhnya? Batin Abel.
***
BTW SEMANGAT KAK!
(aku tegang bacanya btw😭)
udh segitu aja penilaian dari aku😊🙏