He Is Mine
Memiliki keluarga harmonis dan kedua kakak laki-laki yang begitu penyayang dan sangat menjaganya adalah hal yang paling Abel syukuri. Terlebih memiliki dua sahabat yang juga sangat setia padanya, membuat Abel selalu bersyukur akan itu semua.
Abel adalah gadis yang mandiri meskipun sering di manja oleh keluarganya. Abel bahkan sudah bisa membeli sebuah cafe yang cukup besar dari hasil menabungnya selama ini. Karena Abel bertekad untuk memiliki penghasilan sendiri dan membanggakan keluarganya.
Di umurnya yang menginjak 22 tahun, Abel sudah memiliki usaha sendiri. Selain itu, Abel baru saja lulus S1 jurusan Ekonomi dan tidak ingin lanjut S2 dan seterusnya. S1 saja dia minta bantuan kakak-kakaknya untuk mengurus skripsi dan tugas-tugas yang lain.
Meski terlahir dari keluarga berada dan terpandang, Abel terlalu malas untuk berpikir. Masuk sepuluh besar saja sudah bersyukur, dia tidak mau neko-neko ingin dapat ranking satu.
Abel Xaviera adalah wanita dengan tinggi badan 165 cm. Rambutnya panjang sebahu berwarna hitam legam. Matanya berwarna coklat, mata hazel yang begitu indah yang diturunkan oleh daddy nya.
Sekarang Abel sedang bersiap-siap untuk berangkat ke restoran bintang lima.
Hanya acara makan-makan sederhana yang dihadiri keluarga kecil saja, kedua orangtuanya dan kedua kakaknya.
Kini semuanya sudah siap untuk berangkat bersama. Agar tidak terpisah saat perjalanan, mereka menggunakan mobil yang muat untuk satu keluarga. Ada seorang supir yang mengemudikan mobilnya.
Abel duduk di sebelah kakak pertamanya, sedangkan kakak kedua duduk di belakang mereka, di depan Abel ada kedua orangtuanya.
"Sekarang kau sudah tua, jangan makin keras kepala ya Bel," ucap Mom Velyn sambil sedikit menoleh ke arah anak bungsunya.
"Aku tidak keras kepala, Mom!" balas Abel tak suka.
"Lalu apa? Susah diatur?" tanya Mom Velyn kemudian.
Abel berdecak. Memang sih, dia anak yang paling keras kepala diantara kedua kakaknya yang lain. Tapi jangan diperjelas juga lah.
"Setelah ini, cepat cari calon. Jangan seperti kakak-kakak mu yang belum menikah sampai sekarang," kata Mom Velyn lagi.
Zayn dan Kenzo hanya diam mendengarnya. Bukan tidak laku, mereka hanya ingin menikmati masa muda. Jika sudah sampai waktunya, pasti mereka akan bergerak.
Zayn Alxavier adalah pria cuek sedunia bagi Abel. Kakaknya itu meskipun sedang bersama keluarga, cueknya tidak kurang sedikitpun.
Lalu kakak kedua Abel Kenzo Alxavier yang sebelas dua belas dengan Zayn. Tapi, Kenzo agak lebih waras dikit karena dia tidak secuek Zayn saat bersama keluarga. Umur mereka sudah 28 tahun.
Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai di restoran bintang lima yang terkenal. Mereka diarahkan menuju ruang VIP yang sudah di pesan oleh Daddy Liam.
Abel cukup kaget saat memasuki restoran itu. Karena semua pelayan adalah laki-laki tampan nan gagah. Membuat semua wanita yang berkunjung bisa memanjakan mata.
Saat membuka pintu ruang VIP, Abel langsung disuguhkan kue dua tingkat yang sangat cantik. Lilin angka juga sudah menyala menghiasi kue itu. Mata Abel berbinar, padahal sebelumnya dia sudah dapat kue dari keluarganya, sekarang dia dapat kue lagi.
Dengan langkah pelan, Abel menghampiri kue itu dan meniup lilinnya.
"Suka?" tanya Mommy seraya menghampiri anak bungsunya.
Abel mengangguk antusias. "Suka sekali! Terimakasih," ucapnya dengan tulus, matanya menatap keluarganya.
"Itu kakak mu yang menyiapkan semuanya," ujar Mommy.
"Benarkah?" Tatapan Abel beralih pada kedua Kakaknya yang selalu memasang wajah datar.
"Aaa makasih kakak-kakak ku yang tampan!" ucap Abel lalu menghampiri kedua Kakaknya dan mencium pipi mereka berdua.
Zayn dan Kenzo menghela nafas. Pasti lipstik Abel menempel di pipi mereka, tapi keduanya tetap membalas mencium pipi dan kening sang adik.
Abel langsung menyengir lebar.
Mereka langsung duduk di kursi yang di depannya ada meja kaca yang sudah di hias secantik mungkin.
Lalu seorang pelayan memberikan buku menu pada mereka.
"Jangan yang pedas, Abel. Nanti kau merengek sakit perut lagi," peringat Mommy saat anaknya hendak menunjuk menu ramen pedas.
Bibir Abel langsung mengerucut, dia pun beralih memesan steak dan jus strawberry.
Tak lama dari itu, dua orang pelayan datang dengan troli berisi makanan dan minuman yang mereka pesan.
Bukannya fokus pada makanannya, Abel malah fokus pada salah satu pelayan pria yang begitu tampan. Padahal pelayan satunya juga tampan, tapi tatapan Abel malah terpaku pada sosok satunya.
Selesai menyajikan makanan, kedua pelayan itu langsung pergi setelah pamit.
"Matamu, Bel," peringat Daddy. Dia terkekeh melihat tatapan memuja anaknya yang ditujukan untuk pelayan pria tadi.
Abel menatap Daddy nya dengan senyum lebar. "Cocok dengan ku kan, Dad?" tanyanya meminta pendapat.
"Dia terlalu sempurna untuk dirimu yang selalu membuat orang-orang geleng kepala," sahut Mommy.
Dad Liam langsung tertawa. Sedangkan Abel cemberut dan merasa kesal dengan sang mommy.
"Dad, coba minta Paman Jo untuk menyelidiki dia," pinta Abel.
"Apanya yang harus diselidiki? Kalau suka tinggal dekati, apa susahnya? Cinta itu perlu perjuangan," ucap Dad Liam.
"Masih kecil, tidak usah bicara cinta-cintaan," sahut Zayn dengan suara dinginnya, lalu menyodorkan piring milik Abel yang steak nya sudah dia potong-potong.
"Bilang saja iri!" serobot Abel, matanya menatap sinis sang Kakak.
Zayn hanya diam dan mulai memakan makanannya dengan tenang.
"Fokus pada perkembangan cafe mu saja, tidak usah mencari kekasih. Kau masih kecil, takutnya dia memanfaatkan mu nanti," celetuk Kenzo yang juga memberi wejangan untuk sang adik.
Abel berdecak, "Aku bukan kalian yang betah sendirian!" katanya.
Selama ini banyak pria yang mendekatinya. Tapi semuanya Abel tolak dengan alasan bukan tipenya. Dan tipenya adalah si pria pelayan tadi. Gagah, tampan dan tentunya pekerja keras.
"Auranya terlihat seperti bukan pelayan. Iya kan, Dad?" tanya Abel meminta persetujuan atas pendapatnya.
"Entahlah, Daddy tidak terlalu memperhatikan," jawab Dad Liam.
"Aku jadi penasaran," gumam Abel lalu kembali memakan steak nya.
Dalam hati, Abel mulai menyusun rencana agar dia bisa bertemu dengan pria itu tiap hari.
Seketika dia ingat bahwa jarak cafe miliknya dan restoran ini lumayan dekat, mungkin hanya memakan waktu lima menitan untuk sampai di sini.
Sejak saat itu, dia bertekad untuk mengejar cintanya. Bodo amat jika kedua Kakaknya melarang, yang penting Abel bisa mendapatkan hati pria yang sudah menjadi incarannya itu.
Dia adalah wanita yang penuh tekad. Apapun yang ia inginkan harus dia capai bagaimanapun caranya.
Setelah acara makan malam itu, Abel benar-benar menjadi wanita yang mandiri. Bekerja untuk diri sendiri, menikmati uang sendiri, itu rasanya sangat bahagia sekali. Setidaknya dia tidak meminta uang jajan pada Daddy nya lagi. Ya meskipun Daddy dan kedua kakaknya masih selalu mengiriminya uang.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
🍏A↪(Jabar)📍
izin mampir baca ya😁
2024-04-10
2
🧸fre_love❦
Hello kak Widdyas, kakak membuat novel baru maka aku akan setia memcanya /Smile/
2024-04-02
4