menceritakan tentang seorang gadis yang berpindah ke dunia asing yaitu dunia kultivasi.
seperti apa kelanjutannya silahkan di baca
maaf sebelumnya banyak typo berterbangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 07
"Jika demikian, apa menurutmu akan ada yang menembaknya?!"
"Tentu, di dunia ini ada banyak kultivator yang ingin menantang batas mereka, atau sekadar mencari tantangan. Kita lihat saja kelanjutannya..."
Benar saja.
"750 tael emas, 1000 tael emas, 1200 tael emas... hingga 10.500 tael emas. Baiklah, untuk 10.500 tael emas terakhir, apakah masih ada yang menginginkannya? Jika tidak, maka..."
"10.500 tael emas sekali, 10.500 tael emas dua kali, 10.500 tael emas tiga kali."
"Selamat kepada tamu di lantai 3, VVIP kamar nomor 4!"
"Pantas saja, harga setinggi itu. Penawarnya berada di tingkat 3, VVIP. Itu pastilah orang yang sangat kuat, atau kultivator di atas Tingkat Nasensoul."
Di ruangan VVIP nomor 4...
"Tuan, apakah Anda yakin pecahan cermin jiwa nona kecil ada di sana?"
"En, aku yakin. Sebab saat melintas benua ini, aku merasakan auranya berada di Lembah Misteri, meski sangat lemah."
"Baiklah, Tuan. Ah, Tuan, saat pertama kali kami memasuki Gedung Long'san, aku merasakan aura yang familiar, namun hanya sepintas. Itu seperti aura nona kecil. Ya, aku yakin, aromanya seperti embun pagi dan manis... Apakah aku benar, Tuan?"
Orang yang disebut Tuan hanya mengerutkan kening, tampak berpikir.
"Em, bisa jadi. Dao tidak mungkin salah! Sebab dia adalah hewan spiritual pertama yang tercipta dari esensinya..."
Kembali ke pelelangan
"Selanjutnya, pelelangan keempat: Besi Hitam Dingin. Namun, orang yang menjualnya tidak menginginkan uang. Beliau meminta ditukar dengan esensi darah murni dari kultivator elemen cahaya. Tidak banyak, hanya satu tetes... yang akan beliau teteskan ke esensi api, dan akan diberikan kepada seseorang yang saat ini terkena racun es."
"Namun, untuk identitas penjual, kami hanya bisa merahasiakannya demi privasi dan keamanan."
"Apa kau mendengar itu? Seseorang yang terkena racun es! Dikatakan bahwa terkena racun es masih lebih baik daripada kematian, sebab dalam waktu lima tahun tubuh mengalami pembekuan dari dalam. Memang benar esensi api dapat meleburkan es, tetapi tanpa esensi cahaya, itu hanya sebagai pencegahan, dan masih bisa kembali seperti awal."
"Namun, di benua ini aku belum pernah mendengar tentang kultivator elemen cahaya."
Di ruangan VVIP tingkat 3 nomor 4...
"Tuan, lihat itu. Pecahan cermin jiwa nona kecil! Jadi, itulah mengapa aku merasakan aura yang familiar. Namun, ini aneh, jika hanya aura, itu masuk akal. Tapi dengan aroma, bukankah seharusnya berasal dari tubuh seseorang?"
Mendengar gumaman Dao, sang Tuan pun sedikit menaruh perhatian.
"Ri'er, apakah itu kamu? Aku hanya perlu mengumpulkan dua pecahan lagi. Aku akan mendapatkan pecahan itu sekarang juga," gumam pria yang dipanggil Tuan dalam hati.
Sementara itu, di lantai 3, persisnya di kamar utama...
Sosok berbaju hitam dengan topeng perak bergumam, "Aku merasakan aura yang familiar. Apakah itu kamu? Tapi pecahan itu memiliki aura yang sama sepertimu. Aku ingin mendapatkannya, tapi di mana aku bisa mendapatkan esensi elemen cahaya? Dan aroma itu? Sepertinya menyatu dengan aura pecahan hitam itu."
Kembali ke kamar Putra Mahkota Juan dan Sang Yara
Yara sedang mengamati besi hitam tersebut, dan tiba-tiba...
"Aaah, kepalaku...!"
Bersamaan dengan itu, tubuh Xiao'bai di ruang kontrak bergetar hebat dan berguling-guling.
"Aaaahhhh! Tuan, tolong Baibai... Tuan!!!"
Sang Yara sudah bermandikan keringat, berusaha agar sang kakak tidak memperhatikan. Dia menahan sebisa mungkin, namun semakin lama rasa sakitnya semakin menjadi, dan segel jiwanya terasa terkoyak.
Jari manis tangan kanannya pun ikut memanas, tempat di mana dulu dia memakai cincin pemberian sang kakek, yang hilang saat Yara kecelakaan.
"Euuuggg... sakit sungguh!" pekik Sang Yara.
Sekejap, besi hitam yang tergeletak di kotak cendana itu bergetar, meski hanya sebentar. Orang lain tidak menyadarinya kecuali tiga sosok di lantai 3.
"Itu dia!" gumam mereka bertiga. Namun, dengan cepat pula aura yang tersimpan di besi hitam menghilang tanpa jejak.
Ketiganya mengumpat bersamaan, "Sial!"
Tanpa ragu, tiga cahaya melesat keluar dari ruangan, menghilang entah ke mana.
"Belum juga selesai pelelangannya... Ck, dari sini sudah ada tanda bahwa tiga sosok itu mencari hal yang sama."
Lanjut...
Sementara itu, Yara masih merasakan siksaan, namun dalam sepuluh menit rasa sakit itu mereda, menyisakan totem aneh berwarna merah pudar di jari manisnya, tampak seperti tetesan air berwarna merah seperti api.
Lalu Yara mendengar Xiao'bai berteriak histeris.
"Tuan, cepat masuk! Cepat lihat, ini tempat yang sangat indah!"
"Wuah... Baibai menyukainya!"
Tanpa aba-aba, jiwa Yara tertarik ke dalam ruang yang sangat aneh namun indah. Xiao'bai langsung melompat ke pelukan sang Yara.
"Tuan, aku merasa ini adalah rumah tempat aku tinggal sejak lama, dan aku merasa sangat nyaman mencium aroma pagi dan manis ini."
"Tuan, lihat itu!" Xiao'bai menunjuk ke sebuah istana megah dengan totem yang sama di jari Yara, hanya saja lebih berwarna dan dikelilingi lingkaran emas di pinggirannya.
Ketika Yara melihat Xiao'bai, di tengah alisnya ada totem berbentuk sama, dan bulu putihnya memiliki corak emas di ujung setiap bulunya. Jika dilihat di bawah cahaya, terlihat seperti bulu putih yang bertaburan emas. Itu sangat indah.
Yara tersenyum ceria, mencium Xiao'bai berulang kali karena gemas.
"Dunia ini seperti dunia kecil..."
Yara berpikir, mungkinkah ini cincin yang diberikan kakek padanya? Dia ingat, saat kecelakaan, ada cahaya warna-warni sebelum kesadarannya menghilang. Jika dipikirkan kembali, dia yakin akan hal itu.
Kemudian Yara mengangkat tangan kanannya, melihat sebuah lingkaran merah di jarinya, dengan totem air berwarna merah darah seolah tertanam di kulit dan dagingnya. Ketika ia melihat kembali ke istana, totemnya sama persis dengan yang ada di jarinya.
Xiao'bai, yang melihat sang tuan kebingungan, mengikuti arah pandangannya, melihat ke jari Yara, lalu ke istana.
"Tuan, mungkinkah ini cincin yang dulu dikenakan sang permaisuri pada masanya?" tanya Xiao'bai, mencoba mengingatkan.
"Emmm, apa maksudmu?"
"Itu, Tuan. Apakah Tuan lupa? Dahulu, cincin serupa dipakai oleh permaisuri... Baibai ingat itu, sewaktu kami masih di sini sebelum kami menghilang..."
Samar-samar Yara mencoba untuk mengingat.
"Benar! Aku ingat itu."
Saat berbicara dengan Xiao'bai, Yara mendengar Putra Mahkota memanggilnya berkali-kali dari luar.
"Baiklah, Xiao'bai, aku akan keluar. Ketika kembali ke ist
anaku, mari kita jelajahi dunia kecil ini lagi."
"Baik, Tuan," jawab Xiao'bai.
Lalu jiwa Yara kembali ke dunia luar.
"Bagian ini sudah saya perbaiki akan tetapi,tidak menutup kemungkinan masih banyak yang salah. Terimakasih juga buat semua Kaka pembaca yang sudah mampir sampai di chapter ini. Terimakasih juga untuk kakak pembaca yang sudah mendukung dan mengoreksi setiap kesalahan pada penulisan, saya akan berusaha untuk memperbaiki agar kedapan, lebih nyaman untuk di baca."