Maritsa tidak pernah menyangka jika nasibnya akan berubah menjadi janda..
Setelah kehilangan suaminya, Maritsa menemui beberapa rintangan dalam kehidupannya.
Bagaimana jika keluarga dari pihak mantan suami yang terus mengusik kehidupannya?
bahkan dia di tuduh merebut calon suami dari kakak iparnnya.
Mampukah Maritsa melewati semua itu?
Siapakah yang akan tetap bertahan disampingnya?
Yuk ikuti kisah Janda kuat yg satu ini..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zi_hafs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mundur
"Bu Maritsa, apakah anda sedang dekat dengan seseorang?"
Zacky mulai membuka sesi tanya jawab.
"Emm... Saya.. Emm sebenarnya iya. Saya lagi dekat dengan seseorang." Maritsa gugup. Dia igin berbohong, tapi itu bukan sifatnya.
"Oo" Zacky hanya menjawab singkat. Dia tidak akan melanjutkan sesi wawancara lagi. Karena jawaban Maritsa sudah mewakili semua pertanyaan yang ada di benak Zacky.
"Mungkin sekarang bukan saatnya aku harus memberikan hati untuk wanita. Semoga kamu bahagia Maritsa. Semoga pilihanmu itu yang terbaik untuk mu dan Zyan." gumam Zacky.
Ada rasa kecewa di hatinya. Tapi dia sadar, dia orang baru di hidup Maritsa, jadi dia juga tidak terlalu memaksakan semua. Biarlah mengalir seperti air.
Di sepanjang perjalanan Maritsa menguap. suasana di dalam mobil begitu sunyi senyap. Zacky yang hanya fokus menyetir sesekali melirik Maritsa.
Mungkin karena kecapean setelah berkeliling perusahaan milik Zacky, Maritsa tiba-tiba terlelap. Kondisi kenyang pun juga turut mempengaruhi rasa kantuknya. Dia menyambut mimpinya dengan damai.
Zacky memelankan laju mobilnya dan menepi. Dia segera mematikan mobil dan memandang wajah ayu Maritsa yang sedang terlelap itu.
"Cantik dan damai. Hidungnya yang mungil tapi mancung, bibirnya yang tipis. Alisnya yang tebal dan tebentuk alami tanpa di gambar ulang. Bulu mata yang lentik dan pipi yang sedikit cubby. Oh tidak ! Kenapa aku tidak pernah puas memandangi wajahnya." Zacky frustasi. Dia lama-lama bisa gila jika terlalu lama seperti ini. Dia kemudian melajukan lagi mobilnya.
Tak terasa sudah sampai perusahaan Maritsa.
Zacky mencoba menepuk tangan Maritsa yang halus itu.
"Bu Maritsa, kita sudah sampai."
Panggilan Zacky tidak di respon Maritsa. Mungkin Maritsa sangat lelah hingga dia nyaman di mimpinya. Zacky tersenyum. Dia begitu gemas melihat Maritsa yang masih memejamkan mata.
"Bu, anda harus segera bangun. Bu Maritsa. Kita sudah sampai." Zacky mencoba membangunkannya lagi.
"Astaghfirullah. Maaf-maaf Pak Zacky. Saya ketiduran. maafkan saya." Maritsa kaget bukan main.
"Saya yang minta maaf karena mengganggu mimpi indah Bu Maritsa."
Maritsa terlihat kikuk. Matanya merah dan nyawanya belum kembali seratus persen. Dia malu, apa mungkin tadi dia tidur dengan kondisi cantik? Apa mungkin dia tepejam kondisi mulut menganga atau bahkan ngiler. Dia harus sadar sepenuhnya.
"Oh ya, Pak Zacky silahkan mampir dulu."
"Tidak usah Bu Terimakasih. Saya langsung kembali saja."
"Tapi, Pak Zacky pasti lelah setelah menyetir. Takutnya di jalan nanti mengantuk."
"Anda tidak usah khawatir, setelah melihat anda tertidur, saya jadi tidak mengantuk."
***Dieeeng..
Maritsa tertawa melihat jawaban dari Zacky. Dia merasa malu karena tertidur di mobil investornya itu.
"Maafkan saya ya Pak Zacky. Saya merasa malu sama Bapak. Berani-beraninya saya tertidur di mobil mewah Pak Zacky. saya janji, lain kali tidak akan saya ulangi. Sekali lagi saya minta maaf." wajah Maritsa sudah seperti tomat. Dia menertawakan kelakuannya sendiri.
Zacky tersenyum melihat Maritsa yang tertawa lepas. Tak disangka, sindirannya kepada Maritsa berbuah manis.
"Bu Maritsa berjanji tidak akan mengulangi, berarti Bu Maritsa bersedia kalau saya mengantar anda di lain waktu?" Zacky menatap lekat mata Maritsa.
"Emm, maksud saya.. Emm bukan seperti itu pak." Maritsa kesulitan menjawab. Dia terjebak dengan omongannya sendiri.
"Ya sudah Bu, lupakan. Saya hanya bercanda. Lagi pula tidak mungkin kita bersama-sama lagi. Kalau begitu saya kembali ke kantor. Assalamualaikum."
"Waalaikum salam. Terimakaih banyak atas tumpangannya dan hati-hati di jalan" Maritsa tersenyum dan setengah membungkuk.
.
.
Maritsa berjalan santai menuju ruangannya. kaki nya benar-benar lelah. Setalah mendaratkan bokongnya di kursi empuk, dia mulai memijat kakinya.
*Tok tok tok
Rayyan yang tiba-tiba datang mulai khawatir.
"Sa, gimana? Apa kamu baik-baik saja? Aku dengar Pak wijaya pulang lebih dulu karena sakit. terus kamu tadi gimana sendirian disana?"
"Ray, kamu jangan khawatir. Aku baik-baik saja kok. Zacky orangnya ramah, ya meskipun agak kaku. Tapi dia sebenarnya baik. Malah aku diantar dia pas balik kesini."
"Apa??? Dia mengentarmu?"
"Biasa aja dong Ray, gak usah melotot gitu hahahah nanti mata kamu copot loh."
"Bentar-bentar. Maksud kamu, kamu diantar Zacky? Berdua? Di dalam mobil cuma berdua?"
"Hahaha, Ray sudah ya, aku gak kuat lihat ekspresi wajah mu yang lucu itu. yang penting sekarang aku gak apa-apa kan?"
"Tapi Sa, aku cemburu!" Rayyan mulai memelas.
"Hahaha, dengar ya Bapak Rayyan yang terhormat, kan aku udah bilang kalau aku mau membuka hati buat kamu. Jadi gak usah khawatir. Aku tipe orang yang konsisten kok." Maritsa nyengir menampilkan giginya yang putih dan rata.
"Terus kamu ngapain sekarang? ada apa dengan kaki mu."
"Ah ini cuma pegel-pegel biasa. Aku gak pernah olahraga, jadi pas muter-muter keliling factory, kaki ku langsung capek. Dikasih salep nyeri otot juga sembuh."
"Syukurlah kalau kaki mu gak kenapa-kenapa. Oh ya, besok makan siang di luar yuk. Aku traktir."
"Waduh maaf ya, besok aku ke PT. Zxx lagi. Jadwalnya sih 3 hari."
"Hah apa?? 3 hari? Bukannya cuma hari ini?"
"Rencana awalnya sih gitu. Tapi ternyata diperpanjang hingga 3 hari. Itu keputusan investor dan tidak bisa diganggu gugat."
Rayyan manyun. Dia takut jika Maritsa semakin dekat dengan Zacky, akan menghilangkan kesempatannya untuk memiliki Maritsa.
***
Zacky masih terngiang kata-kata Maritsa. Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin Maritsa sudah move on dan segera mendapatkan jodohnya.
"Aku penasaran. Lelaki seperti apa yang Maritsa pilih? Apakah lelaki yang biasanya datang ke rumahnya itu? kalau iya berarti mereka satu kantor. Oh iya, kenapa aku sampai lupa? lelaki itu kan salah satu manager di perusahaan itu. Bahkan kita sempat meeting bersama. Sepertinya aku terlalu fokus dengan Maritsa sampai-sampai tak menyadari lelaki yang selalu di samping Maritsa. Semoga kamu bahagia atas pilihanmu Sa.."
Zacky sepertinya mundur sebelum berperang, namun diam-diam dia tetap menjaga Maritsa dari jauh. Entahlah, naluri nya mengatakan dia harus melindungi Maritsa dan Zyan. Kalaupun nanti Zacky mendengar ada kabar Maritsa akan menikah, barulah dia benar-benar menghindar dari kehidupan Maritsa.
***
Mampir di karyaku jg ya