Cinta, apakah sungguh-sungguh ada di dunia ini, Zea nyaris tak percaya, menikah apakah akan menjadikan kebahagiaan? Zea pun nyaris tak percaya, pernikahan hanya pintu untuk seruntutan peristiwa yang memusingkan dan mengecewakan. Lelah berpikir tentang cinta, jodoh dan pernikahan Zea justru sibuk dengan berkebun dan berkuda, baginya hal ini lebih menyenangkan.
Namun siapa sangka hadirnya pemuda yang jauh dari usianya itu mampu mengacaukan pondasi dan perasaanya. Lalu bagaimana kah kisah selanjutnya? Akankah dirinya bisa merasakan indahnya cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepergian Al
Di mobil Zea.
Berat ku melawan sepi
Sulit ku terbawa angan
Sepi yang selalu buat ku rindu
Angan yang tertuju padamu
Satu hal yang bisa kita lakukan
Saling percaya dan saling menjaga
Agar kita selalu tetap bersama
Walau raga tak menyatu denganmu
Saat ini kita terpisah
Terpisah jarak dan waktu
Keadaan yang membuat
Kita tak bisa menyatu
Ku ingin tangan kita tak saling melepaskan
Ku ingin raga kita selalu bersama
Tetapi saat ini kita terpisah
Terpisah jarak dan waktu
Saat ini kita terpisah
Terpisah jarak dan waktu
Keadaan yang membuat
Kita tak bisa menyatu
Aku ingin tangan kita tak saling melepaskan
Aku ingin raga kita selalu bersama
Tetapi saat ini kita terpisah
Terpisah jarak dan waktu
Terpisah jarak dan waktu
Musik di mobil Zea mengalun membuat Zea mual sendiri, namun Al Jovano kekeuh tak boleh di matikan.
"Sumpah. Itu lagu alay Al. Ngapain juga mendengarkan musik begituan. " Protes Zea sambil menyetir.
Yah, dirinya terpaksa menjemput dan mengantar Al Jovano ke bandara hari ini, karena sejak habis subuh tadi panggilan Al Jovano terus berdering dan memaksa dirinya untuk mengantarkan ke bandara.
"Iih. Ganteng-ganteng suka lagu alay. " Protes Zea kesal karena lagu itu terlalu melankolis menurutnya.
"Ciee. Ciee, jadi aku ganteng nih." Al Jovano justru bangga setelah mendapat pujian tak sengaja dari bibir Zea untuknya.
"Ya Iya lah. Masa Cantik? Cantik mah Cewek. Kaya aku misalnya." Kata Zea tak ingin ketahuan keceplosan.
"Ah hahaha. Iya ya yang paling Cantik di mata Aku." Ucap Al Jovano makin membuat Zea seperti kepiting rebus malunya.
"Akui calon suami ganteng juga gak dosa kok... " Kata Al Jovano masih membuat Zea makin malu.
"Gak usah gengsi sih Cantik, ea ea. " Kata Al Jovano sambil menoel lengan Zea yang masih setia memerah pipinya.
"Ish. Apaan sih. Dasar Bocah!" Kesal Zea sambil menatap kedepan tanpa menoleh pada wajah ganteng tapi resek di sebelahnya.
"Bocah-bocah gini tapi calon suami kamu loh." Kata Al Jovano memberikan suaranya pada sisi telinga Zea hingga Zea merinding.
"Iiih Pede. Udah gak usah bahas itu lagi! Kuliah yang bener, udah lulus kuliah kerja itu baru udah gede." Kata Zea menasehati Al Jovano.
"Apanya yang gede??" Kata Al Jovano sambil senyum aneh.
"Pikiran sama badan kamu lah!!! Apa lagi emang??? " Kesal Zea sambil menatap ke Al Jovano sebal.
"Owh. Pikiran aku dah gede tuh, buktinya tiap ketemu kamu bawaannya pengen ke KUA bukan bandara. " Kata Al Jovano yang membuat Zea makin gemas dan gedek nya.
"Badan Kurang gede gimana coba, gendong kamu kemana-mana juga bisa." Kata Al Jovano lagi.
"Ish. kamu pikir kamu mbah Surip, ada-ada aja." Kata Zea lalu menoleh pada Al Jovano kebetulan berhenti di lampu merah.
"Aaaa coba buka mulutnya? " Kata Zea pada Al Jovano.
"Aaaa Kenapa Emang? " Tanya Al Jovano bingung.
"Aaaaa aja coba lagi. " Kata Zea sambil membuka roti di tangannya.
"Aaaa. Aaakk huuuuk."
Mulut Al Jovano di masuki roti dari tangan Zea, Wanita itu tersenyum dengan manisnya lalu berkata, " Anak Pinter. Makan dulu ya. belum sarapankan? Habiskan ya? Jangan banyak bicara nanti keselek. " Ucap Zea lalu melakukan mobilnya lagi.
Al Jovano terpaksa mengunyah dengan kesal, namun begitu mengunyah rotinya terasa enak dan lezat akhirnya roti itu pun di makan sampai habis.
"Enak." Kata Al Jovano setelah selesai.
"Syukurlah. Roti pertama buatanku, spesial for you. Aku bawakan banyak untuk di sana nanti." Kata Zea sambil tersenyum.
"Uuuh. So sweet banget sih, jadi pengen cium. " Kata Al Jovano namun dapat tatapan tajam dari mata Zea.
Al Jovano mengambil dua jarinya di letakan di bibir lalu berpindah ke bibir Zea hingga wajah Zea bersemu merah di tempatnya.
***
Di Bandara.
"Kalau Rindu jangan di tahan."
"Kalau Cinta jangan di tutupi. "
"Kalau tak bisa menunggu ku mohon bersabar."
"Ku harap kita saling menjaga hati. "
"Aku berangkat. Jaga diri. Jangan menangis. Kamu jelek jika menangis." Kata Al Jovano banyak-banyak di hadapan Zea meski ada orang tuanya sendiri.
"Mama Papa. Al titip Zea ya." Kata Al Jovano.
Zea membeku di tempatnya, matanya panas, tapi hatinya malu, apalagi berhadapan dengan orang tua Al Jovano sepeti ini, mendadak insecure pada dirinya muncul.
"Hati-hati. Sukses selalu untukmu. " Hanya itu yang mampu Zea ucapkan.
Al Jovano melihat mata yang sudah mulai berkaca itu, ingin memeluk namun tak boleh, ingin yang lebih apa lagi.
"Zee, I Love you. " Bisik Al Jovano di hadapan Zea sambil meletakan simbol hati dari jarinya.
Zea hanya mampu tersenyum tanpa membalas, menjawab artinya memberikan harapan palsu, nyatanya dirinya belum siap menikah sampai kapanpun, sikap ini hanya cara Zea melepas dan mengantar Al Jovano pergi ke luar negeri agar bocah itu bisa berkembang dan maju sesuai harapan orang tuanya.
"Ya, Zea pasti juga mencintaimu sayang, pergi lah pesawat bentar lagi terbang." Ucap Mama Al Jovano membesarkan hati putranya.
Mama Hani memahami posisi Zea, tak mudah menerima anak kecil seperti Al Jovano dengan jarak usia yang begitu berbeda.
Zea tersenyum dan melambaikan tangan, ada sesak di dada yang menghimpit hatinya, rasa yang Zea tak sukai, rasanya yang membuat dirinya tak nyaman dan bodoh.
Al Jovano membalas lambaian itu lalu berbalik dan berjalan masuk, namun tiba-tiba berbalik dan berlari ke arah Zea dan orang tuanya berada.
"Please, apapun yang terjadi, marah, sedih ataupun senang kabari aku. Jawab selalu telfon ku, balas semua pesanku. Harus!! " Kata Al Jovano dengan kaca-kaca di matanya.
Zea mengangguk tanpa bersuara, lalu tersenyum dan mendorong Al Jovano menjauh, "Laki-laki dewasa tidak menangis. Sampai jumpa lain waktu. Dah. Bye... " Ucap Zea.
Al Jovano memeluk Papanya dan Mamanya lalu berbalik dan pergi, kali ini tubuh itu benar-benar berjalan juah menghilang di balik pintu.
Zea pamit pulang mendahului pada orang tua Al Jovano, selang berapa waktu pesawat terbang di angkasa, Zea menitihkan air mata pada akhirnya.
"Payah." Ucap Zea sambil menghapus air matanya, empat tahun semua akan berbeda dan berubah, Zea tak ingin terlalu memikirkan tentang perjanjian antara dirinya dan Al Jovano.
Zea menatap pesawat yang sudah melayang di angkasa itu, akankah setelah sekian tahun perasaan Al Jovano padanya seperti peswat yang menghilang di atas sana.
***
mohon tinggalkan jejaknya... 🤗
Baca wajib like dan komen ya.. jangan lupa subscribe juga... 🙏🙏🙏🤗🤗🤗
Jangan bosan mengikuti cerita author receh ini...
Sehat selalu dan semoga lancar semua urusannya... 🙏🙏🙏❤❤❤❤