Raya, Jenny, Nabilla, dan Zaidan. Keempat gadis yang di sangat berpengaruh di salah satu sekolah favorit satu kota atau bisa dibilang most wanted SMA Wijayakusuma.
Selain itu mereka juga di kelilingi empat lelaki tampan yang sama berpengaruh seperti mereka. Karvian, Agam, Haiden, dan Dio.
Atau bagi anak SMAWI mereka memanggil kedelapannya adalah Spooky yang artinya seram. Karena mereka memiliki jabatan yang tinggi di sekolahnya.
Tentu hidup tanpa musuh seakan-akan tidak sempurna. Mereka pun memiliki musuh dari sekolah lain dimana sekolah tersebut satu yayasan sama dengan mereka. Hanya logo sekolah yang membedakan dari kedua sekolah tersebut.
SMA Rajawali dan musuh mereka adalah Geng besar di kotanya yaitu Swart. Reza, Kris, Aldeo, dan Nathan. Empat inti dari geng Swart dan most wanted SMAJA.
Selain itu ada Kayla, Silfi, Adel, dan Sella yang selalu mencari ribut setiap hari kepada keempat gadis dari SMAWI.
Dan bagaimana jika tiba-tiba SMAJA dipindahkan ke sekolah SMAWI?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oreonaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28 : Classmeet Plan
Saat ini OSIS kembali dengan kesibukannya setelah adanya acara dangdut tiba-tiba terjadi.
“Lo kenapa tadi tahan gue buat bubarin mereka?” Tanya Agam menatap Raya yang sudah kembali masuk ke dalam ruang OSIS.
“Iya, Ray. Nanti kita juga kena tegur Pak Anggoro. Mana tadi dia liat arah sini.” Sambung Nia.
“Temen Lo sendiri mau Lo hukum?” Ujar Raya.
“Setidaknya kalau tadi gue bubarin mereka gak akan kena hukuman.”
“Masa? Bukannya udah bubarin Lo langsung hubungi Pak Anggoro?” Ujar Raya dengan nada bertanya. Tatapan datar dan wajah tanpa ekspresi. Agam saja tidak bisa berkutik jika sudah berbicara bersama Raya.
“Semuanya gue tahu itu ulah Lo, Agam. Lo itu munafik!” Hardik Raya.
Untung Lo nolak Jenny. Ga bakal gue restuin lo sama Jenny! Batin Raya.
Cklek.
“Kenapa ribut-ribut?” Tanya Vian baru memasuki ruangan OSIS.
“Ga apa-apa.” Ujar Raya santai kembali duduk di tempatnya dan melanjutkan kegiatan mengetiknya yang sempat tertunda.
Agam kembali duduk dengan pikiran berkecamuk memikirkan perkataan Raya. Apa yang sudah Raya ketahui? Dan dari mana Raya mengetahuinya. Mereka berdua saja jarang berkomunikasi. Agam membiarkan Nia duduk di sebelahnya.
Vian hanya mengangguk percaya, “Tadi kelas Zai kena ribut kenapa?” Tanya Vian kepada Raya.
Kegiatan Raya berhenti, menatap Vian setelahnya ia melanjutkan kegiatannya kembali. “Nyanyi sampai ke lapangan semua anak Wijayakusuma ikut-ikutan.” Jawab Raya singkat padat dan jelas.
Vian mengangguk. Mengapa ia tidak tahu dikarenakan ia baru saja kembali dari ruang rapat. Ya ia salah satu atau hanya dia siswa yang diikuti sertakan dalam rapat guru dan kepala sekolah tersebut. Vian pun di sana menjelaskan semua yang direncanakan oleh anggota OSIS untuk classmeet mendatang.
“Gimana Yan? Pihak guru oke atau ada perubahan?” Tanya Emma ia menjabat sebagai Bendahara 1.
Vian menoleh, “Oke, gue mulai. Di perhatiin gue gak akan mengulang dua kali.”
Mereka pun mengangguk dan mulai berjalan menuju tempat khusus diskusi. Kursi kursi dan meja-meja berjejer berbentuk bundar. Di depan ada bagian untuk layar presentasi yang tergulung ke atas. Semua duduk di kursi masing-masing dan Vian berdiri di tengah-tengah.
“Yang kita rencanakan 70% diterima sama pihak guru dan kepala sekolah. Mereka setuju tetapi 30% nya lagi-lagi mereka gak akan memberi dana lebih. Otomatis kita harus cari dana sendiri lagi atau kita kurang in beberapa kegiatan.”
“Yang diterima usulan kita adalah beberapa lomba antar kelas, lomba ekskul Wijayakusuma vs Rajawali, dibuka secara umum dan lomba antar 2 sekolah. Semua dana akan ditanggung.”
“Sedangkan untuk bagian penutupan classmeet prom night dan pertunjukan teater besar 2 sekolah dengan mendatangkan orang tua. Dana itu yang harus kita cari sendiri, kalau ada saran bisa dikeluarkan.” Papar Vian.
Semua menyimak dengan baik dan Raya mencatatkan poin-poin yang penting.
“Padahal bagian penutupan itu yang lebih penting menggunakan Dana.” Ujar Olivia selalu bendahara 2.
Emma mengangguk membenarkan, “Kalau dana itu kita diam-diam gunakan buat akhir gak bisa ya, Yan?”
“Ga bisa karena sekolah udah ngasih poin poin untuk dana itu.”
“Sekolah kita emang pelit dana. Tahun lalu juga sampai kita ngemis-ngemis baru dikasih itu pun Cuma 20% doang!” Ujar Nia dan diangguki oleh semuanya.
Bara mengacungkan tangannya ke atas, “Gw punya saran.”
Semua pun langsung memandang Bara menunggu saran yang akan ia ucapkan.
“Walaupun Dana yang dikasih sama pihak sekolah hanya untuk bagian lomba tapi kita kan gak tahu itu cukup atau gak kan. Walau kita udah atur semuanya pasti nanti ada perubahan. Maka dari itu kita gunakan keuntungan dalam hal ini.” Ujar Bara dengan wajah tengil sombongnya itu.
“Keuntungan apa?” Tanya Angel bingung. Sie Keterampilan dan Kreativitas.
“Seperti biasa kita bakal buat brosur bukan? Nah! Kita buat semua siswa siswi Wijayakusuma dan Rajawali buat promosi biar yang datang banyak karena kan ini dibuka untuk umum. Nah setiap orang luar saat masuk kita tarik biaya. Gimana hebat kan?”
“Jadi maksud Lo dibuat tiket gitu?” Tanya Emma.
“Betul!”
“Ah! Buat juga bazar per kelas! Biaya itu juga bisa dibuat untuk pertunjukan teater. Karena gak mungkin kita nanggung semua teater yang bakal di tampilkan kan. Jadi dari pada setiap orang ngeluarin uang karena gak mungkin mereka bakal keluarin uang secara cuma-cuma juga.” Ujar Gea selaku sie Tata tertib.
“Biar gak kosong banget yang bayar tiket tanpa dapat apa-apa gimana kalau kita buat aksesoris?” Saut Olivia.
“Aksesoris? Bukannya tambah dana ya?” Remeh Nia.
“Kita kan masih ada dana simpan nah kita guna in aja dan untuk aksesoris apa yang murah meriah gue punya kenalan! Nanti gw tanyain aksesoris apa yang work it sama harga tiketnya.” Lanjut Olivia menghiraukan ucapan Nia.
“Gue! Gue! Gue bisa jadi kang foto buat tambah barang yang jadi aksesoris. Gue punya kamera polaroid!” Saut Kevin Sie Keterampilan dan Kreativitas yang tampan dan ramah.
“Okeh! Ada lagi? Ray, udah Lo catat?” Tanya Vian.
Raya mengangguk, “Udah.”
Vian pun mengambil note Raya dan membacanya, “Jadi saran kalian gue terima semua.
Adanya bazar kelas.
Adanya tiket
Aksesoris > Olivia + Kevin kang foto polaroid
Raya gue suruh Lo buat proposal lagi! Tambahin aja bagian ini tanpa ada perubahan di sebelumnya. Gue minta besok.”
“Kegiatan kali ini gak akan gue bagi! Semua kerja! Untuk bagian brosur gur minta tolong Sekbid buat brosur yang semenarik mungkin. Untuk sie Tata tertib seperti biasa nanti saat hari H gue minta jadi keamanan.”
“Gue mau tanya.” Celetuk Gea.
“Silakan.”
“Apa Rajawali udah dikasih tahu ini?” Tanyanya.
Vian menggeleng, “Belum. Tapi mereka dengar dari simpang siur siswa siswi sini. Nanti kalau udah fix dari sekolah, Raya bakal kasih info ke anak Rajawali. Bisa kan Ray?”
Gw lagi gw lagi.
“Hmm.”
“Dan kalian anak Sekbid boleh nemenin Raya buat bagiin brosur nya. Untuk bendahara gue mau minta tolong dibuat data yang diperlukan dan anggarannya. Oh ya! Sama tentukan harga tiket juga. 2 hari gue minta datanya. Okey, ada pertanyaan lagi sebelum gue akhiri hari ini?”
Mereka menggeleng.
“Udah ngerti ya berarti. Seterusnya nunggu info sambil kalian cari-cari tahu informasi yang diperlukan.”
“Okey, Yan.”
“Gue akhiri sampai sini, kalian bisa kembali ke kelas atau melanjutkan kegiatan kalian.”
Mereka pun langsung berdiri dan keluar ruangan OSIS. Ada yang kembali ke kelas, ada yang ke kantin, dan ada yang masih berada di ruangan seperti Bagian inti OSIS. Sang ketua, wakil, sekretaris, dan bendahara.
Jika kalian bertanya-tanya kenapa bendahara ada dua sedangkan sekretaris hanya satu. Hal itu dikarenakan sekretaris 2 keluar dari sekolah secara tiba-tiba dan mengharuskan Raya kerja sendiri meskipun kadang dibantu oleh Emma dan Olivia.
“Meskipun gue suka sama kinerja Vian jadi ketua tapi gue gak suka sikap semena-menanya. Anjir mana bisa kita berdua buat data anggaran dalam 2 hari? Mana Lo disuruh buat proposal dan harus jadi besok. Poor kita.” Bisik Emma kepada Raya dan Olivia.
Raya tersenyum tipis, “Ya namanya budak.”
“The real budak sekolah budak ketua, hiks.” Sedih Olivia.
“Gue mau ke kantin.” Ujar Raya dan diangguki oleh Emma serta Olivia yang tidak bisa keluar dari ruangan terlebih dahulu untuk mengerjakan tugas mereka.
Raya berjalan menuju ke kantin dan melihat anak kelas 12 IPA 3 (Billa dan Aiden) berkumpul. Ia pun menghampiri mereka.
...
...
Hukuman pun selesai. Semua sekelas 12 IPA 3 ketambahan Billa dan Aiden kecuali Agam menuju ke kantin dibayar in bendahara pakai uang kas.
Uang kas 12 IPA 3 ini sangat banyak bisa dibilang. Ya gimana tidak banyak sebulan sekali saja 50k. Jika nunggak selama ketentuan yaitu 2 bulan denda 35k. Mana tidak kaya bendahara. Huhu.
“Aduh! Segernya!” Ujar Aiden.
“Kejem banget dah Pak Anggoro!” Ujar Dio.
Aiden menyetujui, “Bener. Gak suka gue guru tu atu.”
“Kulit gue gosong.” Lirih Fitri yang masih dapat di dengar.
“Alah! Kulit emang udah gosong, Fit.” Saut Onan.
“APA! LO BILANG APA HAH?!”
Okey sepertinya Onan salah berbicara.
“Gak fit, gue bilang kulit Lo tetep putih bersinar gak gosong sama sekali.” Ujar Onan dengan butir peluh ketakutan.
Fitri pun langsung duduk kembali dengan wajah kalemnya, “Oooo bilang dong.”
Onan menghela nafas selamat. Tidak jadi rempeyek dia.
“Diem-diem Bae Lo.” Senggol Aiden menatap Jenny, Zai, dan Billa yang hanya diam.
“Gue cape, diem Lo!” Sentak Zai.
“Bener! Lo gak liat wajah gue merah? Panas anjir.” Ujar Jenny menempelkan es batu yang ia beli ke wajahnya.
“Gue laper, makanannya gak datang-datang. Mau Lo gue makan?” Sungut Billa.
Aiden pun menggeser tempat duduknya sedikit menjauh dari 3 singa ini. Memang ya jika perempuan sedang kepanasan maksimal hawa mereka seperti singa.
“Rayaaaaaa.” Teriak Jenny manja saat ia melihat Raya berjalan ke arah mereka.
“Wajah Lo merah.”
Jenny memeluk Raya dan mengangguk dengan cemberut, “Kena panas jadi merah. Lo dari ruang OSIS ya?”
“Hmm.”
Jenny menggeser tempat duduknya agar Raya bisa duduk di sebelahnya.
“Wih! Spil dong.” Saut Zai kepo.
“Ada classmeet.”
Zonk!
“Ya gue tahu! Maksudnya kasih tahu rentetannya Rayaaa. Ih gemes deh!” Ujar Zai.
“Tanya aja Vian.”
“Kalau bisa, gue bakal tanya sama tu es batu.” Cibir Zai.
Raya tertawa pelan, “Tunggu aja nanti juga dikasih tahu.”
Seketika mereka tidak bernafas saat melihat seorang Raya tertawa. Sebagian laki-laki langsung berwajah merah karena tersipu entah kenapa. Dan para perempuan hanya bisa membuka matanya lebar-lebar terkejut.
Raya yang melihat mereka pun langsung kembali memasang wajah datarnya.
“Ck ck ck temen gue bisa buat anak kelas IPA 3 tersepona!” Decak Zai bertepuk tangan bangga.
“Heh! Kedip Weh!” Tegur Jenny.
“The power Raya.” Celetuk Billa.
Melambaikan tangannya ke wajah mereka yang bisa ia gapai. Bahkan Dio dan Aiden yang notabene dekat dengan Raya pun terpesona karena memang Raya sangat jarang menampilkan wajah selain datar.
“Anjir! Raya cantik banget kalau ketawa neng!” Pekik Onan.
“Gue perempuan tapi gue suka ketawanya Raya.” Ungkap Fitri.
Dan di benarkan oleh mereka semua. Raya hanya menggelengkan kepalanya heran.
“Ini neng pesanannya. Maaf ya neng kalau lama.”
Ibu-ibu datang mengalihkan atensi mereka.
“Eh! Ga apa-apa Bu, makasih ya.”
Mereka pun langsung memakan makanannya dan suasana kembali seperti semula. Raya pun memakan makanannya karena tepat setelah pesanan anak IPA 3 datang pesanannya pun datang.