Harus menyalahkan siapa keadaan Zahira saat ini yang divonis tidak akan pernah bisa melahirkan seorang anak bagi suami tercinta.
Apa yang akan dilakukan Zahira setelah mendapatkan vonis tersebut? Apa juga yang akan dilakukan suaminya serta mertuanya yang ikut tinggal bersama Zahira?.
"Zahira si wanita mandul"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Kemenangan Taufik sebagai juara pertama lomba mewarnai dengan hadiah yang cukup bagus disambut gembira oleh Alisha, Mas Bilal, teman-teman dan Ibu wali kelas. Akan tetapi Taufik merasakan kurang bahagia tanpa adanya Zahira.
Sebagai seorang Ibu tentu saja Alisha sangat senang dengan pencapaian sang putra. Karena ternyata Taufik memiliki cita-cita menjadi seorang pelukis.
Makan siang bersama pun menjadi agenda selanjutnya bagi Alisha setelah menjemput Niken dari sekolah. Harapan Taufik semoga bertemu Ibu Zahira nya harus sirna. Karena wanita itu tidak terlihat sama sekali. Bahkan sepeda motornya pun tidak terlihat parkir di sana.
"Ibu Zahira ada enggak di atas?." Bisik Taufik saat mereka masuk ke dalam mobil.
Niken menggeleng sendu, padahal tadinya Niken juga mau menemuinya. Tapi kata Samantha, Zahira tidak masuk kerja.
Sebuah tempat makan siap saji menjadi pilihan Alisha, karena mungkin bawaan bayi juga. Mas Bilal hanya mengikuti saja.
"Kenapa tidak di makan, Taufik?" Alisha melihat sang putra dari tadi belum juga menyentuh makanannya. Padahal Alisha sudah nambah dua kali.
"Aku tidak lapar, Ma" jawabnya sambil menjauhkan nampan makanannya.
Alisha menarik nafas lalu membuangnya perlahan, mencoba mengontrol emosinya yang akan meledak karena Zahira melalui anak-anaknya.
"Jangan buat Mama marah karena kelakuanmu! Sekarang habiskan makanannya!."
Mas Bilal meletakkan tangannya di atas tangga Taufik lalu mengangguk lirih supaya Taufik mau mengikuti apa yang dikatakan Alisha.
"Iya Ayah" Taufik mengambil nampan lalu mulai menyantap makanannya.
Alisha tersenyum haru karena Mas Bilal sanggup menjadi ayah sambung yang baik untuk kedua anaknya. Begitu sempurna kehidupan yang dimiliki Alisha saat ini.
Sementara itu di tempat lain, Zahira sudah berada di rumah Ibunda nya. Hanya menginap beberapa hari saja tanpa Mas Bilal. Karena Mas Bilal harus lebih banyak meluangkan waktunya bersama Alisha yang sebentar lagi akan melahirkan.
"Hari ini tidak bekerja?." Tanya Ibu.
"Iya, Zahira izin." Jawab Zahira singkat.
"Tapi nanti Zahira akan menjemput Khana, karena Pak Mickey sedang keluar kota. Jadi Khana akan tinggal di sini bersama kita, boleh kan Bu?."
"Tentu saja, Khana anak yang baik. Anaknya langsung akrab sama Taufik dan Niken."
"Iya, anaknya memang sangat baik."
.....
"Tante Zahira kita makan dulu yuk! Aku sangat lapar" Khana mengajak Zahira makan sebelum mereka pulang ke rumah.
"Tante Zahira hanya menemani ya, karena sebelum jemput udah makan tadi bareng sama Ibu."
"Ok" Khana mengangguk.
Zahira segera melajukan sepeda motornya membawa Khana ke mall terdekat dari sekolah. Ternyata bukan hanya makan saja, ada beberapa yang harus dibeli Khana sebab ada tugas dari sekolah yang harus segera dikumpulkan.
Khana dan Zahira langsung mencari tempat makan setelah mendapatkan apa yang dibutuhkan Khana.
Disaat mereka tengah memilih tempat mana yang akan dimasuki Khana, mereka berpapasan dengan Alisha, Mas Bilal, Taufik dan Niken yang baru keluar dari tempat makan siap saji.
Mereka sangat terlihat sempurna, keluarga lengkap dan bahagia yang tidak sanggup diberikan Zahira.
Senyum tipis mengembang dari wajah Zahira, walau sakit masih bisa memperlihatkan sedikit kebahagiaan untuk mereka.
Sangat berbeda dengan Alisha yang menatapnya tidak suka karena kedua anaknya langsung berdiri di samping Zahira. Tidak lupa kedua anak itu menyalami tangan Zahira dengan begitu takzim.
Tatapan Mas Bilal tetap fokus tertuju pada tangan Khana dan Zahira yang saling menggenggam sangat erat. Calon anak dan calon Ibu sambung yang sudah sangat dekat rupanya.
"Ibu Zahira dan Khana mau makan di sini juga?." Tanya Niken sambil menatap Zahira dan Khana secara bergantian.
"Iya, nanti setelah pulang dari sini aku pulang ke rumah Tante Zahira. Menginap di sana juga." Jawab Khansa menjelaskan.
"Memangnya Papa kamu kemana?" tanya Taufik.
"Papa ku lagi ke luar kota. Kalian mau main juga enggak ke rumah Tante Zahira?." Tanya Khana balik tanpa berpikir takut pada Alisha atau Mas Bilal. Khana hanya mengajak Taufik dan Niken yang sama-sama sayang Zahira.
"Mau...mau..." jawab Taufik dan Niken bersamaan. Namun keduanya kemudian menunduk setelah mendapatkan tatapan tajam dari Mama mereka.
"Tidak bisa! Taufik dan Niken harus pulang! Mama sama Ayah nya ada jadi enggak butuh teman lagi."
Khana menatap tidak percaya pada wanita hamil namun sangat galak itu. Sangat jauh berbeda dengan Zahira yang begitu baik dan sangat lembut.
"Tante hamil kenapa galak sekali pada Taufik dan Niken? Khana hanya mengajak mereka ke rumah tante Zahira."
"Taufik dan Niken tidak akan pergi kemana-mana, kami harus segera pulang." Mas Bilal ikut buka suara sambil menggandeng tangan Taufik dan Niken. Lalu Mas Bilal meminta Alisha mengikutinya.
Zahira menatap kepergian mereka berempat dengan perasaan campur aduk hingga orang-orang itu menghilang dalam keramaian.
Karena merasa selera makannya hilang, Khana memutuskan untuk membawa pulang makanan yang telah dipesannya. Lebih baik makan di rumah Zahira bersama Ibu nya juga.
Sesampainya di rumah, Alisha kembali memarahi Taufik dan Niken di depan Mama mertuanya. Seolah-olah ingin menunjukkan kalau semua itu karena Zahira.
"ingat! Jangan pernah menyebut nama Ibu Zahira lagi!" Ucap Alisha penuh amarah.
"Kenapa lagi dengan Zahira? Ulah apalagi yang telah dibuatnya?."
"Biasa Ma, pura-pura baik dan lembut di depan anak-anak. Jadi mereka masih menempel terus pada Zahira." Jawab Alisha.
"Oh begitu rupanya" sahut Mama mertua. "Kalau kalian ingin tinggal di rumah ini jadi patuhi semua apa yang dikatakan Mama kalian. Jangan temui atau dekati Zahira lagi. Wanita itu tidak baik untuk kalian."
"Iya Nenek." Keduanya anak itu mengiyakan ucapan Nenek baru mereka. Yang mereka miliki saat ini hanya Mama Alisha.
Alisha meminta Taufik dan Niken untuk naik dan ganti pakaian.
Alisha sendiri duduk santai bergabung dengan Mama dan Papa mertuanya di ruang tengah.
Sedangkan itu Mas Bilal yang berada di kantor hanya menatap layar ponselnya yang masih dipenuhi wajah Zahira. Wajah cantik yang masih sangat dicintainya walau proses perceraian sedang berlangsung.
"Sepertinya Pak Bilal tidak baik-baik saja" Jeremy menyerahkan laporan yang diminta Mas Bilal sebelumnya.
"Apa malam itu berjalan lancar?" Tanya Jeremy lagi sambil duduk di depan Mas Bilal.
Mas Bilal mengusap kasar wajahnya, menatap intens Jeremy yang telah lama ikut bekerja dengannya.
"Mungkin enggak wanita seperti Zahira akan berkhianat?." Seketika meluncur pertanyaan itu dari mulut Mas Bilal.
"Bisa iya bisa juga enggak" jawab Jeremy.
"Aku ingin jawaban yang pasti."
"Sepertinya sangat tidak mungkin mengingat Ibu Zahira yang sangat baik, lemah lembut, penuh pengertian dan bijaksana."
"Kalau dengan kondisi hubungan kami sekarang, apa mungkin Zahira berkhianat?."
"Aku masih belum yakin kalau Ibu Zahira akan berkhianat, karena setahu ku Ibu Zahira wanita yang sangat setia."
"Tapi sepertinya sangat berbeda dengan apa yang aku lihat." Gumam Mas Bilal.
setiap baca Novel slalu Pelakornya di belain & hidup bahagia 🙄
heran deh... mertua toxickayak gitu entar kena stroke loh