Maya Elina Putri dan Mila Evana Putri adalah sepasang anak kembar yang meski lahir dari rahim yang sama, memiliki kepribadian yang sangat berbeda. Maya dengan kecerdasannya dan Mila dengan kenakalanya. Kedua orang tua mereka seringkali membedakan Mereka Berdua. Maya selalu mendapatkan pujian, sementara Mila lebih selalu mendapatkan teguran. Namun ikatan mereka sebagai saudara kembar tetap kuat. Mereka saling menyayangi dan selalu mendukung satu sama lain.
Arga, kapten tim basket di sekolah mereka, adalah sahabat dekat Mila. Mila secara diam-diam menyimpan perasaan lebih kepada Arga, tetapi ia tak pernah berani mengungkapkannya. Ketika Arga mulai menunjukkan ketertarikan pada Maya, hati Mila hancur. Arga memilih Maya, meyakini bahwa hubungannya dengan Mila hanyalah sebatas persahabatan. Hal ini membuat Mila merasa dikhianati oleh takdir, apalagi ketika Maya dan Arga resmi berpacaran. Luka di hati Mila semakin dalam, dan dia mulai menaik diri dari Maya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laura Putri Lestari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketidaksukaan Arga
Hari di sekolah terasa berbeda, penuh semangat dan antusiasme karena pengumuman tentang pentas seni untuk ujian praktik seni budaya. Seluruh siswa terlihat bersemangat karena ini adalah kesempatan untuk menunjukkan bakat mereka dan bersenang-senang setelah sekian lama. Beberapa bulan sebelum acara, pihak sekolah mengumumkan bahwa pembagian kelompok untuk pentas seni kali ini tidak akan berdasarkan kelas. Sebagai gantinya, siswa diperbolehkan memilih kelompok mereka sendiri.
Kabar ini langsung menjadi bahan pembicaraan hangat di kalangan siswa. Banyak yang mulai merencanakan kelompok mereka, dan sebagian besar memikirkan siapa yang akan mereka pilih untuk berkolaborasi dalam acara yang akan datang. Mila, yang biasanya cenderung menyendiri, memutuskan untuk bergabung dengan kelompok yang terdiri dari teman-teman dekatnya: Farhan, Bima, Arga, dan Maya. Namun, kali ini ada tambahan yang sedikit mengejutkan—Mila juga mengajak Raihan untuk bergabung.
Hari itu saat memilih kelompok, Mila mendekati Raihan yang tengah berdiri sendirian. “Hei, Raihan! Lo mau nggak bergabung sama kelompok gua?”
Raihan menatap Mila dengan sedikit terkejut. "Gak apa-apa?" tanyanya ragu.
"Gak apa-apa. Ayo," kata Mila sambil tersenyum. Raihan terlihat sedikit bingung tapi akhirnya tersenyum dan mengangguk setuju. Mila kemudian membawa Raihan ke arah Farhan, Bima, Arga, dan Maya.
Maya menatap Raihan dengan senyuman ramah. “Oh, ternyata lo ngajak Raihan. Baguslah, semakin banyak yang bisa nari dan nyanyi, semakin baik.”
Arga melirik Raihan dengan sedikit curiga. “Lo yakin Raihan bisa ikut?”
Raihan terlihat sedikit gugup, tetapi dia mencoba untuk terdengar meyakinkan. “Gua akan berusaha semaksimal mungkin. Gue juga bisa nyanyi, jadi mungkin bisa nambahin variasi.”
“Pasti bisa, kok,” sahut Mila. “Kita bakal punya penampilan yang keren. Eh, kita bakal bawain penampilan apa?”
“Drama,” jawab Maya dengan antusias.
“Drama?” Mila mengernyitkan dahi. “Kita bakal ada beberapa adegan atau kayak gimana?”
Mila dan anggota kelompok lainnya mulai memikirkan ide untuk drama tersebut. Ternyata, mereka akan membawakan sebuah drama kerajaan yang menceritakan kisah putra mahkota yang mencintai seorang pelayan, dan konflik yang muncul di antara mereka.
Dalam drama ini, Arga akan berperan sebagai Putra Mahkota yang jatuh cinta pada seorang pelayan yang diperankan oleh Maya. Namun, Putra Mahkota tersebut sudah memiliki tunangan yang diperankan oleh Mila. Konflik utama drama ini adalah penolakan sang Raja yang diperankan oleh Farhan terhadap hubungan antara Putra Mahkota dan pelayan itu, karena dia menginginkan Putra Mahkota menikah dengan tunangannya. Meskipun begitu, Putra Mahkota tetap memilih pelayan daripada tunangannya, Sang Putra Mahkota menentang keputusan Raja.
Latihan dimulai dengan antusiasme tinggi. Mila, Farhan, Bima, Arga, Maya, dan Raihan bekerja sama dengan keras untuk merancang dan menyusun drama mereka. Raihan, yang awalnya merasa canggung, mulai menunjukkan kemampuannya dalam berakting dan bernyanyi. Dia bahkan mulai menjadi salah satu bintang di kelompok mereka, terutama dalam beberapa adegan dramatis.
Selama latihan, Arga tidak bisa menahan rasa cemburunya setiap kali melihat kedekatan Mila dan Raihan. Mereka tampak sangat nyaman satu sama lain, sering tertawa dan bercanda. Arga merasa terasing di tengah-tengah kelompok, meskipun dia mencoba untuk bersikap profesional.
Suatu sore, saat latihan sedang berlangsung, Arga mendekati Mila dengan ekspresi serius. “Mila, bisa bicara sebentar?”
Mila menghentikan latihan dan menatap Arga. “Ada apa, Arga?”
Arga melirik Raihan yang sedang berbicara dengan Farhan dan Bima. “Gue cuma mau bilang, lo nggak perlu terlalu fokus sama Raihan. Kita semua di sini, dan gue harap kita bisa bekerja sama dengan baik.”
Mila terlihat bingung. “Gue nggak ngerti maksud lo. Raihan cuma teman, dan dia juga bagian dari kelompok kita.”
Arga menghela napas panjang. “Ya, gue ngerti. Maaf kalau gue bikin lo merasa nggak nyaman. Gue cuma merasa ada sesuatu yang berbeda.”
Mila tidak tahu harus berkata apa. Dia bisa merasakan ketegangan di udara, tetapi dia juga tahu bahwa Arga mungkin sedang menghadapi perasaan cemburu yang sulit dia ungkapkan. “Kita semua di sini untuk bekerja sama, Arga. Mari kita fokus pada pentas seni ini.”
Arga hanya mengangguk, merasa sedikit lebih lega meskipun perasaannya belum sepenuhnya tenang. Dalam hati, dia berusaha untuk mengatasi cemburunya dan memberi dukungan penuh untuk kelompok mereka.
dan Siapakah orang itu?