NovelToon NovelToon
Hati-hati Dengan Keinginanmu

Hati-hati Dengan Keinginanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Persahabatan / Kutukan / Romansa
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Palma Jebugan

Kisah cinta?
Bisa jadi.

Mistik?
Mungkin bisa dikatakan begitu.

Aneh?
Sudah pasti, tapi memang ini yang terjadi.

Akira, pria muda berusia 38 tahun yang sukses dalam setiap hal di hidupnya, yang malah membuatnya sedemikian bosan karena ketiadaan tantangan disana, terjebak dalam lingkaran kehidupan aneh yang terus saja melemparkannya ke berbagai jenis kehidupan lain tanpa mampu ia cegah.

Sementara ia terus belajar banyak hal mengenai beragam jenis kehidupan yang sebelumnya tak pernah ia mengerti atau bahkan perhatikan, Akira menemukan hal yang selama ini ia cari.

Hidup yang pernah ia miliki adalah yang terbaik, dan ia mulai merindukan dirinya sendiri dan semakin lama, semakin ia mencoba untuk kembali...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Palma Jebugan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bless in Disguise (III)

Bang Jek mengelus dagunya pelan ketika wajahnya terlihat seperti tengah berpikir keras, sementara ia terus membolak-balik lembar-lembar kertas yang ada di map itu.

"Padahal aku yakin semua persyaratan udah beres semua lho, Ra. Ehm, gimana ya ini?" kata pria itu sambil terus mengelus dagunya, sementara Akira berjuang menahan tawa sekuat tenaga.

Akira tahu dengan pasti kalau tak ada masalah dengan lahan dan bangunannya. Setiap langkah yang ia ambil bahkan akan memenuhi setiap syarat perundangan yang berlaku di garis waktunya sendiri. Bahkan Bang Jek yang membantu untuk memuluskan setiap hal yang dibutuhkan selama proses pembelian hingga pembangunan lahan terkadang heran dengan kenapa pemuda itu memaksa untuk mengurus berbagai macam hal yang tak begitu banyak jadi perhatian orang lain saat ini.

"Ehm, apa mending lembar-lembar ini kita bawa ke kejaksaan saja gimana, Ra? Aku ada kawan yang mungkin bisa kasih pandangan tentang ini." lanjut pria itu masih dengan ekspresi serius yang benar-benar alami meski muka Akira sudah seperti jeruk tua karena menahan tawa.

Ekspresi tamu-tamunya yang lain sungguh mengundang tawa!

"Anu, Bang, maaf... Kami nggak tahu kalau lahan ini dibawahnya Abang." sahut si muka bekas luka akhirnya. Wajahnya tampak sangat ngeri dengan akibat perbuatannya. Jika saja mereka tahu kalau pemilik lahan punya hubungan dengan orang ini, diberikan keberanian seribu kali juga nggak bakal mereka berani mendekat sedikitpun.

"Lho, lahan ini punya Mas Akira ini, bukan punyaku. Kok dibawahku gimana maksudnya." jawab Bang Jek lagi. Sungguh orang ini tak main-main ketika berniat mempermainkan orang. Mau tak mau Akira salut. Jika ia yang berada di tempat Bang Jek saat ini, ia mungkin sudah akan tertawa terbahak-bahak.

"Abang tau-lah maksud saya. Kami minta maaf, Bang. Saya dan teman-teman mengaku salah. Mas Akira, tolong maafkan kami..." jawab si muka bekas luka lagi pelan. Sementara kawannya yang lain tetap diam dan menunduk.

"Ehm, gitu. Piye menurutmu, Ra?"

Akira tertawa. Ia memang tak memiliki keinginan khusus untuk membuat masalah lebih jauh. Ia lebih menikmati memiliki banyak kawan daripada musuh. Lagipula hal yang mereka lakukan bukanlah hal serius baginya.

"Sudah Bang, aduh, perutku sakit. Tobat." ucap Akira sambil terkekeh.

"Berarti ini kertas-kertas ini gimana, Mbul?" tanya Bang Jek lagi ke arah rombongan yang sekarang berdiri sambil menunduk itu.

Mendengar ini, tak ada satupun diantara mereka yang berbicara. Mereka hanya saling melirik satu sama lain.

Akira tertawa kecil dan mengambil map itu dari tangan Bang Jek, dan kembali menaruhnya di meja.

"Kalian mau kerja? Mungkin tempat ini akan membutuhkan security-security handal macam mas semua kalau mas semua mau..."

Tak satupun yang bisa mempercayai ini. Alih-alih mendapat bencana, mereka malah ditawari kerjaan!

"Mas nggak bercanda kan?" tanya salah satu diantara mereka dengan wajah tak percaya.

"Enggak. Kalau kalian mau, kukirim kalian semua untuk ikut pendidikan dan pelatihan untuk Security yang bagus. Tempat ini akan membutuhkan team pengamanan yang menguasai dan mengerti dunia hospitality industry. Bagaimana?" jawab Akira diiringi pandangan tak percaya dari orang-orang ini.

"Kalau mau bilang, kalau enggak pulang." tandas Bang Jek tegas ketika dilihatnya mereka seakan bingung hendak menjawab apa.

"Anu, apa biaya pendidikannya bisa potong gaji, Mas? Saya melakukan hal kayak gini karena nggak punya duit, Mas." tanya si muka bekas luka ragu-ragu.

"Wooo, bocah sakit. Kerja aja belum kok sudah potong gaji ini gaji siapa yang mau dipotong?" sahut Bang Jek lagi, hanya saja wajahnya sekarang sudah penuh dengan tawa.

Sayangnya si muka bekas luka terus saja menunduk, ia benar-benar tak melihat wajah orang yang ditakutinya itu penuh tawa ketika suaranya makin pelan.

"Lha saya begini kan karena nggak punya duit, Bang... Kalau punya juga saya ogah begini..."

Sontak tawa Akira meledak. Tamu-tamunya hari ini benar-benar lucu.

"Udah ah, Bang. Bercanda mulu lho. Abang ngopi gih, itu tadi dibeliin Upin juga kok." ujar Akira di tengah tawa. Ia tak mampu menahan situasi itu terlalu lama. Bisa pingsan karena nahan ketawa kalau ia terus membiarkan Bang Jek mengerjai orang-orang ini. Mengambil kertas dan bolpoin, ia segera menghampiri mereka dan berkata, "Mas tulis aja nama, alamat lengkap dan pendidikan terakhir. Kalau teman mas yang di luar juga mau, tulis aja sekalian. Besok, bawa copy KTP, dan copy ijazah terakhir ya. Besok ketemu saya lagi disini jam 11 siang ya."

Rombongan pria sangar itu malah terdiam ketika mendengar ini semua. Mereka tak bisa mempercayai hal ini sama sekali.

"Malah pada bengong. Apa masih kepikiran map ini to kalian?" sergah Bang Jek yang sontak mengejutkan mereka sementara Akira terbahak makin keras.

Sungguh, orang-orang ini benar-benar lucu...

......................

Setelah orang-orang itu pergi dengan semangat baru, Bang Jek juga turut pergi. Pria itu jarang bisa tinggal di satu tempat dalam waktu yang lama. Kebiasaan ketika ia masih hidup di dunia hitam sudah menempel terlalu erat padanya. Hanya setelah bercanda sejenak dengan Andini, Bang Jek segera berlalu.

"Mas, jujur. Aku tu tadi ngeri, sumpah! Tukang-tukang pada disuruh berhenti kerja. Pak Kamto sampai pucat. Pak Bondan sampai lari sana sini biar tukang nggak pada berkelahi..." keluh Andini ketika akhirnya situasi kembali seperti biasa sepeninggal orang-orang tadi.

"Biasa hal kayak gini terjadi kalau di proyek, Pin. Nggak papa, itung-itung latihan." sembur Akira terbahak. Gadis itu selalu ekspresif ketika bercerita.

"iya sih, cuma kok Mas Kolep kayaknya santai banget deh. Bingung aku liatnya."

"Belajar ngomong dan perkuat mental, biar selow kalau ngadepin beginian kedepannya." jawab Akira sekenanya, sementara Andini cuma bersungut-sungut. Mengharapkan atasannya ini memberi penjelasan panjang lebar itu ibarat menunggu ayam menghasilkan telur berwarna hitam.

Tapi Akira memang sudah tak terlalu memperhatikan gadis itu. Sejak setelah menelpon Bang Jek tadi ia memang hanya menaruh Handphone-nya sembarangan di atas meja dan ketika ia melihatnya lagi, satu panggilan tak terjawab menampakkan deretan angka yang dikenalnya. Nomor rumahnya. Sedikit rasa cemas langsung muncul di hatinya. Dari semua nomor yang menghubunginya, ini satu-satunya nomor yang tersimpan dan tak pernah menghubunginya tanpa hal yang benar-benar mendesak. Hatinya agak tak karuan ketika menunggu panggilan itu tersambung.

"Kediaman Mas Akira, selamat sore..."

Entah kenapa, hatinya melonjak dengan girang. Mendapati gadis itu baik-baik saja ternyata mampu membuat Akira senang.

"Sih, ini mas. Tadi telpon ada apa?"

Akira segera menjauhkan HP dari telinganya ketika suara gelotakan terdengar dari speaker handphone-nya.

"Ah, anu... Mboten, Mas. Anu, Asih cuma mau tanya... Ap. Ap. Appa Mas nanti pulang? Saya siapkan kopinya..." sahut Asih setelah jeda beberapa waktu. Bukan tak mungkin gadis itu menjatuhkan gagang telpon ketika tahu Akira yang menelponnya jika dilihat dari gelotakan keras yang sebelumnya terdengar.

Sambil tertawa kecil, Akira menjawab, "iya. Sekitar setengah jam lagi mas sampai rumah. Terima kasih ya, Sih."

Akira masih tersenyum ketika mengakhiri panggilan. Segera ia membereskan segala hal, termasuk lembaran kertas berisi nama-nama para pemuda tadi. Ia perlu mendaftarkan list nama ini ke pusdiklat security yang ia tahu akan bisa memenuhi standardnya. Entah kenapa ia merasa bersemangat untuk segera pulang. Masih penuh dengan rasa geli ketika membayangkan Asih yang menjatuhkan gagang telpon karena telponnya, Akira melangkah keluar setelah berpamitan pada Andini. Ia sama sekali tak menyadari pandangan sedih bercampur keinginan yang mengiringi kepergiannya. Akira sudah larut dalam pikirannya sendiri.

Setelah berhenti sejenak di sebuah tempat pelatihan dan pendidikan security dan mendaftarkan nama kelima belas orang yang muncul tadi pagi, Akira beranjak pulang.

Setelah panggilan telpon yang lumayan mengejutkan tadi, ia sedikit berharap ada kejutan lain yang menantinya.

Seorang Asih, menelponnya hanya untuk bertanya apakah dia akan pulang atau tidak!

Sungguh tidak mudah dipercaya...

Tapi kembali kejutan menyapa ketika Akira sampai di rumah.

Asih menunggu di teras depan!

Begitu gadis itu melihat mobil besar itu mendekat, ia segera membukakan gerbang dan menutupnya setelah mobil itu masuk.

Belum lagi habis rasa terkejut Akira, gadis itu sudah menunggu dan membukakan pintu mobil untuknya.

Okey, this is not weird at all. Kesurupan apa anak ini???

Dan kemudian, gadis itu mencium tangannya!

Wow, jangan-jangan ini bukan Asih? Atau dia mengalami hal sama sepertiku, pindah raga???

Akira bengong...

1
Akbar Asahan
Lagi fokus baca dulu ya kak
Dpangky: ahihihi, silahkan
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!