Hati-hati Dengan Keinginanmu

Hati-hati Dengan Keinginanmu

Awal dari sebuah akhir

Pernahkah kamu bertanya pada dirimu sendiri tentang apa yang akan terjadi setelah kau mati?

Apakah ada dunia lain setelah semua hal yang pernah kau alami selama hidupmu?

Atau mungkin bahkan, seperti layaknya sebuah game, setelah tamat dengan stage saat ini, akankah hidup akan berlanjut ke sisi lain?

Semacam surga atau neraka atau tempat yang lain?

Jika seperti itu, selamat. Kita sama...

Namaku Akira. Tak ada embel-embel lain. Seperti layaknya tokoh dalam komik anime. Hanya Akira. Mungkin kau akan berpikir aku bukan orang dari negara ini, tapi sayangnya bukan demikian

Aku lahir di sebuah kota kecil di Jawa Tengah, dan sama sekali tak memiliki hubungan apapun dengan negara sakura. Kecuali jika fakta kakekku pernah jadi romusha dan selamat dari neraka itu dianggap sebagai sebuah hubungan, maka tak ada sedikitpun hubungan keluarga kami dengan negara itu. Sementara bahkan kontributor utama untuk nama itu, Ayahku, lebih suka komik Tapak Sakti yang tokoh utamanya bernama Sembilan Benua daripada beragam komik anime. Jadi bahkan aku sendiripun tak mengerti kenapa aku memiliki nama itu.

Tapi itu cuma sekelumit fakta tak penting dari hidupku.

Sekarang usiaku 38 tahun...

Dan dalam rentang waktu yang sudah kujalani di bumi, tanpa kebanggaan khusus, aku nyaris berani bilang sudah menjalani hidup yang sedemikian penuh.

Berawal dari kebosanan di rumah, aku mulai keluar dari rumah di usia yang terbilang muda, 14 tahun. Sementara satu perkenalan membawa ke hal yang lain, hidupku dibawa dari sekedar hangout dengan teman pecinta kegiatan luar ruangan dan penghobi kegiatan ekstrim ke dunia gelap peredaran obat bius terbesar di negara ini.

Surga tebing, gunung-gunung tinggi dan jeram terkejam di negara ini?

Aku sudah pernah disana!

Balap liar bertaruhan lebih dari puluhan juta dalam sekali "turun"?

Aku salah satu jokinya.

Siksa orang sampai setengah mati atau bahkan menghilangkan nyawanya sekalian?

Bukan sekali dua kali aku melakukannya.

Hingga akhirnya aku bosan...

Usiaku sudah 21 tahun, dan bahkan aku belum selesai kuliah ketika akhirnya Mama menyusul Ayah pulang ke Tuhan, yang membuatku sedikit berpikir akan hidup seperti apa yang ingin kujalani kemudian.

Terlambat?

Sangat!

Tapi aku tak perduli.

Dengan perjuangan, aku bisa meninggalkan dunia hitam yang selama ini kunikmati setiap detiknya.

Aku mulai kuliah dengan serius dan mampu menyelesaikannya dengan cepat. Dan meski kenyataan bahwa tanpa koneksi yang baik, hampir tak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan menghantamku dengan kuat, aku masih tetap optimis kalau hidup akan baik kedepannya.

Dan seperti yang selalu dibilang orang tentang hasil tak akan menghianati usaha, aku berhasil mendirikan perusahaanku sendiri ketika aku menginjak usia ke 26 tahun.

Dan sekarang usiaku 38 tahun...

12 tahun penuh petualangan di dunia usaha yang ternyata jauh lebih kejam daripada dunia hitam itu sendiri!

Meski aku berhasil selamat sejauh ini, beragam hal yang terjadi selama ini lumayan melelahkan. Lobbying, hiburan-hiburan malam untuk para petugas pembuat keputusan, suap dan beragam cara kotor yang digunakan dalam mendapatkan tender ini mulai membuatku muak..

......................

Pria paruh baya itu terus saja memasang senyum miring di wajahnya, sementara matanya terus saja mencuri lihat ke arah wajah cantik yang duduk di sebelahnya. Tak perlu dibilang, tangannya pasti tak henti bergerilya di bawah meja jika melihat semburat warna merah samar yang acap kali muncul di wajah wanita itu.

"Jadi, menurut Bapak, kans perusahaan kami untuk memenangkan tender itu seberapa besar kira-kira?"

Pria paruh baya itu kembali memunculkan senyum miring di mulutnya ketika ia sementara menghentikan aktivitas bawah mejanya.

"Pak Akira tenang saja. Saya pastikan 100%. Siapkan saja semuanya sesuai kesepakatan kita sebelumnya, dan minggu depan, kita mulai verifikasi dokumen sehingga pekerjaan bisa segera dimulai." ujarnya sambil menyalakan sebatang rokok.

Pria itu kemudian mengeluarkan map berisi dokumen tebal dari dalam tas dan mengangsurkannya pada lawan bicaranya, yang segera menyambut map itu dengan cepat.

"Atau begini saja, ini draft anggaran untuk project ini, Pak. Kalau tidak ada masalah, silahkan tanda tangani dan kita ketemu lagi besok..." sambungnya tanpa menyembunyikan tampilan puas di wajahnya.

Melihat map itu, pria muda yang dipanggil Akira itu tersenyum kecil, meski tampaknya senyum itu lebih seperti tampilan semata.

"Kalau demikian, saya tidak akan mengganggu waktu bapak lebih jauh." sahutnya sambil berdiri dan mengangsurkan tangannya.

"Saya akan menunggu konfirmasi dari Pak Akira secepatnya." sahut si pria paruh baya sembari menjabat tangan pria muda itu.

"Silahkan nikmati waktunya, Pak. Semua biaya sudah beres." ujar pria muda itu, dan sesaat kemudian ia menoleh pada wanita cantik yang tampaknya berusaha merapikan entah apa di bawah meja dan berujar, "Tolong temani kawan saya dengan baik ya, Win. Saya tak ingin dengar beliau mengeluhkan apapun selama waktu ini, okey?"

Dan pria muda itu berlalu, bahkan tanpa menunggu apapun. Langkahnya tegap dan ringan ketika beranjak meninggalkan restoran hotel bintang lima itu menuju lobby hotel yang mewah. Semua perilaku hormat dan santun segera menghilang dari wajahnya ketika ia sampai di counter reception. Wajahnya yang tampan tampak sangat biasa.

"Selamat siang, Pak Akira. Apa yang bisa saya bantu?"

Wajah cantik sang receptionist segera muncul dan menyambutnya dengan senyum manis. Tampaknya pria muda itu adalah salah satu orang yang terbilang dikenal di salah satu hotel mewah ini jika melihat reaksi si penerima tamu.

"Siang, Mbak Agnes. Tagihan kamar suite presidential semua masuk ke saya ya. Saya check out besok, tolong dibantu untuk bill saya." ujarnya datar tanpa menunjukkan ketertarikan khusus pada si receptionist yang tampak jelas menampakkan keinginan akan interaksi lanjutan dari pria muda tegap yang tampan itu.

"Baik Pak. Segera saya siapkan untuk bill-nya. Mungkin ada kebutuhan lain yang bisa dibantu, Pak?" sahut si penerima tamu dengan ramah, tanpa meninggalkan senyum dari wajahnya.

Sesaat pria muda itu terdiam, dan sekilas senyum kecil muncul di bibirnya.

"Mbak kerja sampai jam berapa hari ini?"

Semburat merah sejenak muncul di wajah cantik didepannya, sebelum dengan cepat kembali menghilang dan senyum manis makin lebar muncul di wajahnya.

Melihat ini, pria muda itu meninggalkan counter setelah tersenyum pada gadis itu. Ia bahkan tak menunggu jawaban, toh sudah hampir 3 malam gadis itu tidur di kamarnya...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!