NovelToon NovelToon
Lebih Dari Dia

Lebih Dari Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Kravei

Leo Evano mencintai Bianca Anulika di hari pertama dia menatapnya. Namun, Bianca memiliki pria yang dia cintai bernama Gavin.
Padahal Gavin tidak mencintai Bianca sebaik yang dia harapkan, tapi Bianca bersikeras ingin setia terhadapnya.
“Sampai dia membuatmu menangis, aku bersumpah aku akan merebutmu darinya. Saat itu, aku tidak akan takut kau benci. Aku akan melakukan apa pun untuk menyeretmu keluar dari rumahnya.” Itu adalah apa yang Leo tanamkan dalam hati dan hari itu pun datang. Leo memantapkan diri, membuktikan dia bisa memperlakukan Bianca lebih dari pria yang dia cintai. Berharap bahwa Bianca akan segera mencintainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kravei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hanya Kegagalan

Setelah beberapa saat, akhirnya Bianca keluar dari kamar mandi. Dia tidak berbicara, tapi menyerahkan lima testpack di tangannya untuk Leo lihat.

Bianca tidak mengharapkan apa pun, hanya menyakini Leo akan sangat bahagia atau setidaknya memeluknya karena melihat dua garis merah itu karena bukankah itu tujuannya? Menjebak Bianca agar tidak pernah terlepas darinya.

Dugaan Bianca meleset. Leo menatapnya menggunakan pandangan yang susah diartikan dan bahkan terlihat seperti menjaga jarak. “Aku lupa ada hal yang harus aku urus.” Dia pergi begitu saja setelah kalimat itu, membuat Bianca merasa seperti kekasih yang akan segera dicampakkan.

“Leo?” Bianca memanggil. Dia menyusul sampai ke lantai atas tapi Leo malah memasuki ruang kerja di dekat balkon belakang dan mengunci pintu. “Leo? Kau baik-baik saja?” Bianca mengetuk pintu ketika tidak berhasil memutar knob.

Pikiran Bianca masih berantakan. Dia ingin membicarakan apa yang harus dirinya, tidak, mereka lakukan mengenai dua garis merah itu. Padahal Bianca sangat yakin Leo akan bersorak, tapi mengapa yang terjadi malah sebaliknya dan membuatnya kebinggungan?

“Apa aku membuat kesalahan?” Bianca bertanya pada diri sendiri. “Apa aku tak sengaja melakukan sesuatu yang membuatnya bersikap seperti itu?”

Lamuan Bianca buyar, disentak oleh suara barang pecah dari balik pintu di depannya. “Leo, kau baik-baik saja?” Binca menarik knob pintu tapi masih tidak bisa membukanya. Suara-suara pecahan dan barang jatuh semakin menggila di dalam sana sampai menghadirkan kepanikan.

Bianca tidak tahu apa yang bisa dirinya lakukan kecuali menelepon seseorang yang mungkin bisa mendekati Leo. Dia pergi ke kamar untuk mengambil hp, mencari-cari nama Ian dan melakukan panggilan telepon.

Di seberang sana Ian menyetir sembari menikmati sebutir permen di dalam mulutnya. Dia mengangkat panggilan dari Bianca dan menekan tombol loud speaker. “Apa?” sapaannya jauh dari kata ramah.

“Leo tiba-tiba mengunci diri di kamar dan aku dengar suara-suara kuat dari dalamnya. Dia tidak mau membuka pintu dan mengabaikanku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, jadi aku meneleponmu, Ian.”

Ian tidak merespon tapi berpikir, “hal apa yang bisa membuat Leo mengamuk sampai mengabaikan kekhawatirkan Bianca yang notabanenya adalah perempuan yang sangat dia gilai?”

Sudah pasti terjadi sesuatu yang lebih gila! Ian mematikan panggilan setelah menjawab, “oke.”

Tidak dibutuhkan waktu lama untuk tiba. Bianca menuntun Ian menuju ruang kerja dan berhenti di depan pintu. Ian memutar knob dan yang benar saja, pintu itu dikunci. Sisi baiknya adalah tidak ada lagi suara gaduh atau barang pecah dari dalamnya.

Ian mengetuk pintu sebelum mengancam, “kau mau buka atau aku patahkan?”

Senyap satu menit sampai suara klik terdengar. Ian tidak langsung membuka pintu tapi menatap Bianca. Tangan kirinya melakukan gestur mengusir dan dia masuk ke dalam setelah berkata, “menjauh dari sini dan jangan menguping.”

Biasanya Ian tidak peduli tapi kali ini terdengar serius dia tidak mau berbuat kesalahan.

Bianca menatap Ian sampai menghilang di balik pintu yang kembali dikunci. Bianca penasaran tapi tak berani mendekat, jadi dia memgambil langkah mundur dan menunggu di ruang tamu.

“Apa yang terjadi padanya?” Bianca bertanya entah pada siapa. Kemudian, dia menatap ke arah perut dan mengelusnya sebentar. “Aku merasa seperti … Leo marah karena aku hamil?”

Sementara itu, Ian masih berdiri di balik pintu sembari mengamati sekitar. Berantakan. Semua buku dan berkas jauh dari tempatnya, bingkai foto dan lampu tegak di samping meja hancur berserak di lantai. Dari semua itu, Leo terlihat yang paling berantakan. Dia duduk menyandari dinding dengan tangan dan kaki yang dipenuhi oleh luka gores. Dia menopang kepalanya dan termenung.

“Kau tidak mau memberitahuku apa yang terjadi sampai kau mengabaikan Bianca?” Nama Bianca sudah cukup untuk menyadarkan Leo dari lamuan dan membuatnya menoleh.

“Aku sudah berusaha sangat keras,” suaranya terdengar parau dan wajahnya memerah. “Aku berusaha sangat keras untuk mendapatkannya. Aku bahkan belum setengah berhasil. Dia baru saja berniat menceraikan Gavin dan sekarang dia hamil anaknya. Bagaimana cara aku mengakali hal itu? Aku bisa membuatnya terlihat seolah kami tidur bersama, tapi bagaimana cara aku membuatnya percaya kalau dia hamil anakku?”

Bianca tidak bodoh. Cepat atau lambat, usia kandungan itu akan membongkar bahwa kenyataannya itu adalah anak Gavin dan semuanya akan menjadi lebih berantakan daripada mengaku sekarang.

“Aku tidak mau dia kembali pada Gavin.” Apalagi setelah semua yang terjadi, Leo tidak sanggup membayangkan akan seperti apa penderitaan Bianca, tapi apa Gavin mau melepaskannya bila dia tahu Bianca hamil anaknya?

“Semua yang Gavin lakukan hanya diam dan tidur, tapi mengapa Bianca seolah-olah ditarik mengarah padanya? Aku melakukan semua yang aku bisa, tapi aku terus kehilangan kesempatan untuk bersamanya.”

Leo merasa kacau, otaknya seperti akan meledak sampai-sampai dia tidak bisa menahan air mata yang memberontak keluar. “Sial …, aku baru merasa sangat bahagia tadi pagi dan di saat yang sama aku merasa seperti akan gila.”

Leo menjatuhkan wajahnya di lipatan tangan di atas lutut. Setelah dia tidak lagi mengoceh, Ian mendekat dan menepuk pundaknya. “Kau menakutinya,” hanya itu yang dia katakan.

Leo terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, jadi dia melupakan Bianca untuk sejenak. “Aku hanya belum sanggup menatapnya,” katanya tanpa mengangkat wajahnya.

“Bisa bantu aku?” kata Leo beberapa saat kemudian. “Tolong bawa Bianca pergi memeriksa kandungan.” Bahkan di saat-saat seperti itu, Leo tidak melupakan apa yang paling penting.

Bukan Leo tidak lagi peduli pada Bianca, tapi dia tidak sanggup ketahuan. Setelah semua usaha yang dirinya lakukan, memikirkan Bianca akan segera meninggalkannya membuatnya ingin mencekik diri sendiri.

“Oke.” Ian menurut. “Aku akan membantumu asal kau tidak mencoba menghancurkan ruangan ini lagi.” Leo tidak merespon, jadi Ian pergi sesuai janjinya.

Dia melewati ruang tamu membuat Bianca buru-buru menghampiri. “Leo baik-baik saja?”

“Kau menjadi perhatian padanya.”

Tentu saja, Bianca berpikir dia hamil anak Leo dan pastinya dia takut ditinggalkan. Itu yang Ian yakini. “ikut aku,” katanya, singkat. Dia membuka pintu masuk dan memberi jalan agar Bianca keluar lebih dulu.

“Ke mana?”

“Leo memintaku membawamu pergi memeriksa kandungan.”

“Kenapa tidak dia saja?” Bianca terlalu banyak bertanya, jadi Ian menariknya dengan hati-hati dan memasukkannya ke dalam mobil.

“Kau belum menjawabku,” kata Bianca setelah mobil hitam Ian melaju di jalan raya.

Lagi-lagi Ian mengabaikannya. Kemudian, membuat topik pembicaraannya sendiri, “Leo memaksaku minta maaf padamu atas kejadian di club kemarin, tapi aku belum melakukannya sampai hari ini. Sebagai permintaan maafku, kau bisa bertanya apa saja padaku. Singkat kata, aku tahu banyak hal soal Gavin dan Leo yang kau tidak tahu.”

Terdengar menggiurkan, seketika saja Bianca melupakan masalah dan isi perutnya. Ragu-ragu dia berkata, “tentang … Gavin?”

1
Jennifer Alexander
thorr semangat thorr aku di sini menunggu kelanjutan ceritanya /Drool//Smirk/
Kravei: Thank uuu🥰🥰🫶
total 1 replies
Masdi Masdi
sebenarnya AQ merasa Gavin GX cinta hanya merasa terbiasa aja jdi GX mau kehilangan. kalo Leo itu cinta Krn sebegitu terluka nya pun dia berusaha keras untuk tetap bertahan dgn hati tentunya tidak baik² saja untung nya GX sampai gila. di pertahankan pun selamanya Bianca tx akan pernah bahagia.
Kravei: Hihi wajib nantikan flashback di mana Leo galau parah karena Bianca mau persiapan nikah xixi
total 1 replies
Masdi Masdi
hai,,,salam kenal kak... rajin² update ya kak,agar kita GX lupa alur ceritanya.... sampai disini cerita nya bagus banget. AQ suka.🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Kravei: Siap, Kak … bakalan ditambah babnya kalau makin ramai
Makasih karena sudah meninggalkan komentar🥰<3
total 1 replies
Jennifer Alexander
thorr lanjutin ya ceritanya..ada aku di sini yg selalu menunggu kelanjutannya.. ceritamu bagus...kalo episode nya lebih banyak pasti lebih banyak yg baca /Smirk/
Kravei: Hihi makasih banyak, Kak🥰 nanti kalau makin rame, babnya ditambah juga yaaa <3
total 1 replies
Jennifer Alexander
lanjutkan thorr aku menunggu karyamu /Applaud//Kiss/
Jennifer Alexander
lanjut Thor aku sukaaa bangettt
Jannah Sakinah
Semangat Thor nulisnya. rajin update ya. hehehe
Bening Hijau
ikut event dong cerita ini bagus banget
Bening Hijau
sama q juga pecinta second lead
Bening Hijau
bagus banget alur nya
Bening Hijau
bagus banget
Kravei
Hi, salam kenal, Kak🥰
Amelia
halo salam kenal ❤️🙏
Mưa buồn
Jujur aja, ini cerita paling baik yang pernah aku baca.
Kravei: Awww thank you, Akak🥰
total 1 replies
Fatima Rubio
Wah, cerita yang luar biasa! Semangat terus author!
Kravei: Hi, Kak
Makasih ya🥰
Jangan lupa dilika dan follow supaya tidak ketinggalan!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!