Pernikahan Rere dan Haikal yang tinggal menghitung hari, terpaksa batal karena Rere diketahui hamil. Rere merasa jika dirinya menjadi korban perkosaan, tapi dia tak tahu siapa yang melakukannya karena dia dalam kondisi tidak sadar saat itu. Disaat dia hancur karena pernikahannya batal dan mengandung janin dari orang yang tidak dia kenal, Romeo datang dan menawarkan diri untuk menikahinya. Tanpa Rere tahu, jika sebenarnya, Romeo adalah orang yang telah menodainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JULIET
Karena sudah sangat malam, rumah sudah gelap saat Romeo dan Rere pulang. Kedua orang tua Rere sepertinya sudah tidur.
"Mau kurebuskan air untuk mandi?" tawar Romeo. Dia takut Rere sakit jika tak mandi dulu karena kena hujan tadi.
"Gak usah mandi." Rere justru tak enak hati. Disaat baju Romeo basah dan tubuhnya menggigil kedinginan, pria itu masih saja memikirkannya. "Mending kamu aja yang buruan mandi."
"Ya udah kalau gitu kamu cepetan tidur gih, udah malam." Rere langsung mengangguk. Dia naik kelantai atas menuju kamarnya. Sementara Romeo, segera mengambil baju ganti lalu mandi. Karena kedinginan, dia mandi ala kadarnya, cepat cepat.
Keluar dari kamar mandi, dia mendapati Rere yang sedang ada didapur. Ternyata Rere hanya naik untuk ganti baju, setelah itu kembali lagi kedapur.
"Bikin apa?" Tanya Romeo saat melihat air mendidih diatas kompor. Dia pikir, Rere kembali lapar dan ingin membuat mie instan. Ternyata dia salah, Rere mengambil gelas.
"Buatin kamu teh hangat." Rere menuang gula kedalam gelas lalu memasukkan teh cecup.
"Tak perlu repot repot, tidurlah."
Rere menghela nafas lalu membalikkan badan menatap Romeo. "Setidaknya, biarkan aku menjadi istri yang berguna. Hanya membuatkan suamiku teh, tidak repot sama sekali."
Antara senang dan sedih, dua rasa itu bercampur. Senang karena Rere benar benar sudah menganggapnya suami. Sedih jika ingat rahasia yang dia sembunyikan.
Setelah dua gelas teh hangat siap, Rere membawanya keatas meja makan yang terletak satu ruang dengan dapur.
"Minumlah biar hangat."
Romeo mengangkup gelas teh tersebut dengan kedua telapak tangannya. Rasanya hangat sekali. Bisa dibilang 50 persen dinginnanya langsung hilang. Dan saat dia menyeruputnya teh tersebut, kehangatan seketika menjalar keseluruh tubuh.
"Hangat sekali rasanya, seperti pelukan seorang istri."
Rere menyebaikkan bibir mendengar Romeo yang mulai menggombal. Tak mau menanggapi, dia mimilih meminum teh miliknya.
"Aku pikir, teh made in Jepang yang paling enak, ternyata aku salah. Teh made in istri yang paling nikmat sedunia."
"Mulai deh." Rere memutar kedua bola mataya jengah, padahal dalam hati, dia suka digombalin. "Cewek tadi, siapa namanya?"
Romeo tergelak mendengar pertanyaan itu. Menurutnya, Rere hanya sedang basa basi. Ada hal lain, lebih dari hanya sekedar nama yang dia ingin tahu.
"To the poin aja, mau nanya apa? Aku pikir namanya tak lah terlalu penting buat kamu."
Rere nyengir saat Romeo bisa membaca pikirannya. "Tadi, dia memberimu nomor telepon?"
Romeo kembali tertawa sambil geleng geleng. Boleh gak dia sedikit ge er, menganggap jika Rere sedang cemburu.
"Iya, tapi aku sudah membuangnya."
"Kenapa, bukankah dia cantik? Selain itu dia juga seksi."
Romeo tak habis pikir, bisa bisanya Rere menanyakan hal itu. Harusnya dia sudah tahu apa alasannya. Apa mungkin semua wanita seperti Rere, suka mancing mancing.
"Disaat kamu punya sebuah pena limited edition, sangat istimewa, mungkinkah kamu masih melirik pena biasa yang banyak dijual ditoko?"
Rere terdiam mendengar perumpamaan itu. Hatinya membuncah, seistimewa itukah dia dimata Romeo.
"Aku adalah pria beristri Re. Entah kamu mengakui aku sebagai suamimu atau tidak, aku tetap menganggapmu istriku."
"Maaf." Rere merasa telah salah bertanya dan menyinggung perasaan Romeo. "Harusnya aku tak bertanya seperti itu."
"Sudahlah lupakan. Segera habiskan teh mu lalu tidur. Jangan sampai karena kehujanan dan kurang tidur, kamu jadi sakit."
"Berhentilah untuk selalu mencemaskanku Rom."
"Itu sudah menjadi tugasku sebagai suami."
Rere tiba tiba teringat sesuatu. Sejak beberapa hari ini dia memikirkan nama yang tepat untuk toko bunganya, tapi sampai sekarang belum juga menemukan nama yang cocok.
"Emm...apakah kamu punya ide nama untuk toko bungaku."
"Nama." Romeo garuk garuk kepala. Dia kurang pandai jika urusan nama menamai.
"Iya, nama."
"Emm...gimana kalau Renata florist?"
Rere menggeleng. "Nama itu kurang menjual.
"Cantik, lovely, indah?"
Rere menggeleng, menurutnya nama nama itu kurang menjual.
"RR, RR Florist." Romeo mendadak teringat inisial depan nama mereka.
"Bagus juga sih, tapi aku masih kurang suka."
Romeo garuk garuk kepala, bingung harus memberi ide apa agar Anna setuju.
"Juliet, gimana kalau aku menamainya Juliet florist."
"Juliet?" Romeo mengernyitkan kening.
"Iya Juliet. Bukankan itu nama pasangannya Romeo. Toko bunga itu milik istri Romeokan, itu artinya milik Juliet."
"Kamu Julieatnya?" Tanya Romeo sambil terkekeh. Dia tak mengira Rere sampai kepikiran nama Juliet.
selamat meo n rere 💐🤗
momen yg dinanti reader, pengakuan Romeo, dan akhir cerita kisah Romeo nd Rere /Slight/
deg-degan juga menuggu momen itu 🙁