Aku Hanya Lelah

Ganin masih belum menurunkan senjatanya ke arah Bayu. Jika selama ini mereka semua hanya melihat sisi kekanakan Ganin, tidak kali ini.

Ganin seperti sosok yang berbeda dengan aura yang sangat kuat. Perlahan kaki Ganin melangkah mendekat ke arah Hima dan Bayu.

Bayu menarik mundur Hima hingga Hima terseok-seok mengikuti langkah Bayu.

"Buang senjata mu, dan biarkan aku pergi!", kata Bayu.

"Ini bukan drama India Pak Bayu!", kata Ganin dengan tatapan tajamnya.

Sisi lain dari sekedar Ganindra yang sama sekali tak di ketahui oleh para karyawan supermarket tersebut.

"Ckkkk...aku tidak akan mudah di bodohi! Lepaskan aku, dan aku jamin Hima akan baik-baik saja. Tapi ... selangkah saja kamu tak membiarkan ku pergi, taruhannya nyawa gadis cantik ku ini! Cuppp!!", kata Bayu dengan ujung pisau yang kembali menggores luka di rahang Hima kali ini tapi ia sempat mengecup rahang Hima.

Hima terpekik kesal bukan karena lukanya tapi karena Bayu yang menciumnya meski hanya rahangnya.

Ganin merasa tidak terima kekasih hatinya di perlakukan seperti itu.

Mau tak mau, Ganin meletakkan senjata nya di lantai. Saat Bayu lengah dengan kecepatan tinggi Ganin menarik tangan Bayu yang memegang pisau.

Ia berusaha melindungi Hima dan menarik-narik paksa tangan Bayu dari area leher Hima. Setelahnya, ia meraih Hima dengan tangan satunya.

Hima terpelanting ke belakang Ganin dan Bayu di sergap oleh Eros juga Tyo dari belakang.

Hima yang jatuh tersungkur di bantu bangun oleh anak-anak lori. Ya, mereka sesolid itu pada emak nya.

"Hima, leher Lo keluar darah terus ini....!", kata salah seorang anak lori. Hima hanya mengangguk.

Dan setelahnya ia terkejut saat Ganin memberikan bogeman pada Bayu.

Buggghhh!!!

"Bawa dia ke kantor!", perintah Ganin pada dua rekannya. Bayu mengumpat dengan emosi berapi-api. Tubuhnya meronta saat Eros dan Tyo memeganginya.

Setelah Bayu di bawa keluar, Ganin beralih mendekati Ganin.

"Kita ke klinik ya, obati luka kamu!", kata Ganin lembut pada Hima. Anak lori yang tadi masih di samping Hima pun memilih menjauh, ia tak enak pada Ganin.

Jika selama ini, mereka hanya menganggap Ganin anak kemarin sore... berbeda saat ini. Nyatanya Ganin lebih dewasa dari mereka. Entah dari segi usia atau pemikirannya.

"Iya, aku ke klinik! Bang Ari, temenin ke klinik?!", pinta Hima pada Ari. Ari tak langsung mengiyakan tapi menoleh lebih dulu pada Ganin.

"Bang Ari tetap di sini, kalau kamu dan bang Ari pergi, siapa yang bertanggung jawab di sini?", tanya Ganin lagi pelan.

Ari menatap iba pada Hima. Yang Ari pikirkan pasti Hima terkejut karena baru mengetahui siapa Ganin sebenarnya.

"Ayo!", ajak Ganin menggandeng tangan Hima.

Hima tak mau lebay di depan teman-temannya. Makanya ia pasrah saja saat Ganin menggandengnya.

Ganin menoleh sebentar ke anak-anak lori termasuk bang Ari.

"Terimakasih!", kata Ganin yang entah untuk hal apa. Yang pasti setelah itu, ia tersenyum pada anak-anak itu.

Mereka hanya mengangguk kaku. Tak terkecuali Ari.

"Aku...ambil tas ku dulu!", kata Hima melepaskan tangan Ganin dari tangannya. Ganin pun melepasnya lalu membiarkan gadis pujaannya itu kembali ke mejanya.

Tapi belum juga tangannya sampai di mejanya, tiba-tiba badannya terasa lemas. Dan akhirnya Hima pun mendadak pingsan.

"Hima!!", Ganin langsung menghampiri Hima begitu juga dengan yang lain.

Ganin menyibak jilbab Hima yang basah karena darah. Ia pikir luka di leher dan rahangnya tak seberapa tapi kenyataannya, goresan itu cukup dalam.

"Bayu brengsek!", Ganin langsung membopong tubuh Hima. Tak lupa ia juga membawa tas Hima yang mungkin menurut Hima berisi sesuatu yang sangat penting.

Anak-anak tak bisa banyak membantu Ganin. Hari ini benar-benar kacau. Supermarket Xxx itu sudah di tutup sejak beberapa jam yang lalu. Akan tetapi petinggi atau pemiliknya belum ada satupun yang mendatangi gedung itu.

"Bang, apa big bos ngga tahu ya kasus hari ini?",tanya salah seorang anak lori pada bang Ari.

"Mungkin! Coba aku tanya ke anak-anak Pa. Kita mau gimana setelah ini. Mau nutup cepet apa gimana!", ujar Ari. Anak-anak pun setuju. Mereka memang bisa percaya pada bang Ari yang merupakan karyawan paling senior di gudang ini.

Beralih ke Hima dan Ganin.

Ganin membopong tubuh kecil Hima dan keluar gedung. Masih ada beberapa rekannya yang ada di sana.

"Ndan!", sapa salah seorang anak buah Ganin.

"Siapa yang bawa mobil?", tanya Ganin pada anak buahnya.

"Saya bawa Ndan , mari!!!", ajak anak buah Ganin ke mobilnya dan membukakan pintu belakang untuk Ganin dan Hima.

Lalu setelahnya, mobil itu meluncur ke klinik dua puluh empat jam yang lebih dekat dari supermarket Xxx tersebut.

Ganin membuka jarum yang ada di bawah dagu Hima agar Hima lebih relaks. Darah kental masih keluar dari leher Hima. Sedang rahangnya pun terlihat ada goresan cukup dalam.

Tak ada suara apapun di dalam mobil rekan Ganin tersebut hingga mobil itu tiba di klinik.

Dengan terburu-buru Ganin membawa Hima menuju keruang dokter jaga. Bukan tidak perduli terhadap antrian tapi kali ini apa yang terjadi pada Hima cukup urgent.

Beruntung pasien yang mengantri cukup memahami kondisi Hima. Apalagi teman Ganin yang memakai seragam instansinya. Tentu mereka bisa menebak-nebak apa yang terjadi dengan gadis yang di bawa ke dalam ruangan tersebut.

Ganin meminta maaf pada para pasien yang sudah lama menunggu karena ia meminta dokter mendahulukan Hima.

Mereka semua tak keberatan sama sekali. Toh sakit mereka bukan yang harus secepatnya di tangani.

Pintu ruangan terbuka.

"Gimana dok?"

"Pasien masih belum siuman. Tapi tidak ada yang perlu di khawatirkan. Hanya saja...lukanya banyak jahitan pak."

Ganin mendesah pelan. Tapi setelah itu ia pun berterima kasih kepada dokter. Untuk sementara Hima di pindahkan ke ruangan satu lagi agar dokter bisa melayani pasien lain.

"Kamu kembali ke kantor saja! Terimakasih!", ujar Ganin.

"Siap Ndan!"

Setelah anak buahnya pergi, Ganin mendudukkan dirinya di samping Hima yang masih memejamkan matanya. Perban di leher dan rahang menghiasi wajah cantik Hima.

Tangan Ganin terulur mengusap puncak kepala Hima.

"Maaf ya, aku tidak bisa melindungi kamu!", kata Ganin dengan tangannya yang tak mau berhenti.

Di sisi lain, Bayu dan Helga sudah berada di ruang interogasi.

Eros dan Tyo yang sedang bertanya banyak hal di sana. Terutama big bos mereka yang berada di atas Bayu dan Helga.

Seperti biasa, jika di interogasi seperti itu kebanyakan akan mengelak. Helga yang biasa sombong dan pemarah hanya bisa menangis dan tersentak saat Eros membentaknya karena ia tak mau menjawab pertanyaan Eros.

Sedang Tyo yang menginterogasi Bayu terlihat kesal karena Bayu memang menyahuti dengan menyebalkan dan tidak kooperatif. Apalagi Tyo ingat betul saat Bayu sengaja melukai sanderanya yang tak lain kekasih sahabatnya.

Dan ruangan interogasi itu terdengar cukup mencekam.

Di sebuah gedung tinggi, seseorang sedang menghembuskan asap rokoknya.

"Bayu dan Helga sudah di bawa aparat tuan! Dan salah seorang karyawan anda terluka karena menjadi sandera Bayu!"

Lelaki yang di panggil Tuan itu tak menjawab apapun.

Mendengar berita dari anak buahnya, lelaki itu kembali menghisap rokoknya. Lalu setelah itu, ia mengibaskan tangannya agar anak buahnya keluar dari ruangannya.

Lalu ia menghubungi seseorang yang entah siapa. Setelah mengatakan semuanya, ia mematikan sambungan teleponnya.

"Bayu sudah tidak berguna!", kata lelaki itu. Dan setelah itu, ia menghancurkan sisa rokoknya di atas asbak yang ada di mejanya.

"Anak bawang kemarin sore sudah bermain-main dengan ku!", kata tuan itu tersenyum smirk.

🌾🌾🌾🌾🌾

terimakasih 🤗🤗🤗