selingkuhan suamiku merampok semua hartaku dan papaku, suamiku berubah saat bertemu wanita iblis bernama Syifa, aku tidak menyangka perubahan sikap yang ditunjukkan oleh suamiku karena pengaruh guna-guna wanita iblis bernama Syifa itu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rika ananda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
guna-guna si pelakor
Richard menatap Syifa dengan tatapan dingin, tidak ada lagi sisa-sisa kelembutan di matanya. "Syifa," suaranya tegas, "aku sudah mengatakannya berkali-kali. Aku tidak mau berhubungan lagi denganmu."
Syifa terlihat terkejut. Ia tidak menyangka Richard akan setega ini. "Tapi Richard..." Ia mencoba meraih tangan Richard, namun Richard menghindar.
"Tidak ada tapi-tapian," potong Richard, suaranya meninggi. "Kau sudah menyakitiku dan keluargaku. Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Ayahku sudah cukup menderita karena ulahmu."
Syifa menahan air matanya, wajahnya pucat. Ia tahu bahwa Richard berbicara dengan serius. "Aku mencintaimu, Richard," lirihnya.
"Cintamu hanya menyakitkan," jawab Richard dengan tegas. "Pergilah, Syifa. Jangan pernah muncul lagi di hadapanku."
Syifa menunduk, air matanya akhirnya tumpah. Ia mengepalkan tangannya, menahan rasa sakit hati yang mendalam. Ia tahu bahwa kali ini, ia benar-benar kalah.
Richard menatap Syifa sejenak, kemudian berbalik dan masuk ke dalam rumah. Ia tidak mau berlama-lama berurusan dengan Syifa. Ia harus melindungi keluarganya, terutama ayahnya, dari rasa sakit hati yang lebih dalam. Ia tidak ingin ayah marah lagi karena perbuatan Syifa. Keputusan Richard tegas: Syifa harus menghilang dari hidupnya selamanya. Rumahnya adalah tempat yang suci dan ia tidak mau Syifa menodai kesucian rumah itu lagi.
Syifa tersentak ketika mendengar pintu rumah tertutup dengan keras. Ia tinggal sendiri, terbuang dan terluka. Ia tahu bahwa ia harus menerima konsekuensi dari perbuatannya. Kini, ia hanya bisa menyesali segala sesuatu yang telah ia lakukan.
Andre kembali duduk di kursinya, matanya masih tertuju pada jendela tempat ia menyaksikan Richard mengusir Syifa. Pikirannya melayang pada Alice, istri Richard. Ia ingat betul janji Richard kepada Alice, janji untuk mengakhiri hubungannya dengan Syifa dan menjaga rumah tangganya.
Sebuah rasa bangga yang mendalam mengalir di hati Andre. Ia tidak hanya bangga karena Richard telah menepati janjinya kepada Alice, namun juga karena Richard telah menunjukkan kematangan dan kedewasaannya dalam menghadapi masalah. Richard telah membuktikan bahwa ia adalah seorang suami dan putra yang bertanggung jawab.
Andre tersenyum lebar, senyum yang penuh dengan kebanggaan dan rasa syukur. Ia tahu bahwa Alice akan sangat bahagia mengetahui hal ini. Ia membayangkan wajah Alice yang tersenyum bahagia, wajah yang mencerminkan ketenangan dan kedamaian.
Andre mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat yang telah diberikan. Ia berharap keluarga kecilnya akan selalu diberikan kebahagiaan dan kedamaian. Ia juga berharap Richard akan selalu menjaga janjinya dan menjaga rumah tangganya dengan baik. Ia yakin bahwa Richard akan menjadi seorang suami dan ayah yang baik untuk keluarganya. Dan itu adalah sesuatu yang membuat Andre sangat bangga.
Richard tersenyum lebar, sebuah senyum yang tulus dan penuh kebahagiaan. Ia merasa beban berat di dadanya akhirnya terangkat. Ia telah mengambil keputusan yang tepat, keputusan yang akan membawa kedamaian bagi keluarganya. Ia telah menepati janjinya kepada Alice, istrinya.
Dengan langkah tegas, Richard menuju mobil mewahnya. Ia masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin, dan kemudian menyetir mobilnya menuju rumah Alice. Sepanjang perjalanan, senyum Richard tidak pernah pudar. Ia mendengarkan musik favoritnya, merasakan alunan musik yang menenangkan jiwanya.
Richard menyetir dengan hati yang gembira. Ia tidak sabar untuk bertemu Alice lagi. Ia ingin melihat senyum Alice, ingin memeluk Alice, ingin mengatakan betapa ia mencintai Alice. Ia ingin memperbaiki semua kesalahannya di masa lalu.
Ketika mobil Richard mencapai rumah Alice, ia melihat Alice sedang berdiri di teras rumah. Alice tersenyum ketika melihat Richard datang. Richard mempercepat langkahnya, mendekati Alice.
"Alice," sapa Richard dengan suara yang penuh dengan kasih sayang.
Alice tersenyum dan memeluk Richard dengan erat. "Richard," ucap Alice dengan suara yang gemetar. "Aku sangat merindukanmu."
Richard memeluk Alice dengan erat, merasakan hangatnya pelukan Alice. Ia mencium Alice dengan lembut, menyatakan perasaannya yang mendalam. Ia sangat senang bisa rujuk lagi dengan Alice. Ia ingin membuat Alice bahagia selamanya. Ia akan selalu ada untuk Alice, untuk keluarganya. Ia akan menjaga keluarganya dengan baik. Ia akan menciptakan rumah tangga yang bahagia dan harmonis. Ia telah menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang sejati.
Syifa mengepalkan tangannya, kuku-kukunya menancap kuat ke telapak tangan hingga menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit itu tak sebanding dengan rasa sakit hati yang menggebu di dadanya. Air mata membasahi pipinya, bukan air mata penyesalan, melainkan air mata kemarahan dan dendam. Richard telah mengusirnya, menolaknya mentah-mentah. Ia tidak terima!
Ia menatap bayangannya di cermin, wajahnya yang cantik kini terlihat kusam karena air mata dan amarah. Namun, di balik air mata dan kemarahan itu, sebuah rencana licik mulai terpatri di benaknya. Ia tidak akan membiarkan Richard pergi begitu saja. Ia akan merebut Richard kembali, biar bagaimanapun caranya.
Syifa mengambil ponselnya, jari-jarinya dengan cepat mengetik sebuah pesan teks. Pesan itu dialamatkan kepada seseorang yang ia yakini bisa membantunya. Sebuah senyum sinis terukir di bibir Syifa. Rencananya sudah matang. Ia akan memanfaatkan kelemahan Richard, memanfaatkan segala sesuatu yang bisa membantunya untuk kembali memperoleh Richard. Ia akan melakukan apa saja untuk mendapatkan Richard kembali, meskipun harus dengan cara-cara yang licik dan tidak terpuji. Ia akan membuat Richard menyesal telah mengabaikannya. Ia akan membuat Richard kembali ke pelukannya. Rasa dendam dan ambisi telah membutakan matanya. Ia tidak peduli lagi benar atau salah, yang penting ia bisa mendapatkan Richard kembali.
Udara malam terasa dingin menusuk tulang, berbeda dengan hawa panas yang membara dalam dada Syifa. Ia berjalan cepat, langkahnya tak tentu arah, mengarahkannya ke sebuah rumah tua yang remang-remang diterangi cahaya lampu minyak. Rumah dukun. Rumah yang ia harapkan bisa mengembalikan Richard ke pelukannya.
Dengan dada berdebar-debar, Syifa mengetuk pintu rumah itu. Bunyi ketukan itu terdengar nyaring di tengah kesunyian malam. Tak lama kemudian, pintu itu dibuka oleh seorang perempuan tua dengan wajah keriput dan tatapan tajam.
"Ada apa kau mencariku di malam sebegini?" tanya perempuan tua itu dengan suara serak.
"Saya… saya ingin meminta bantuan Anda," jawab Syifa dengan suara gemetar. Ia mencoba mengatasi rasa takut dan gugup yang ia rasakan.
"Bantuan apa?" tanya perempuan tua itu lagi. Ia memandang Syifa dengan tatapan yang tajam dan mengancam.
"Saya… saya ingin memikat hati seorang pria," ucap Syifa dengan suara yang makin gemetar. Ia mengeluarkan foto Richard dari tasnya dan memberikannya kepada perempuan tua itu.
Perempuan tua itu menerima foto itu dan melihatnya dengan seksama. Ia tersenyum sinis. "Jadi, kau ingin menggunakan guna-guna?"
Syifa mengangguk dengan cepat. Ia sudah tak peduli lagi dengan cara apapun untuk mendapatkan Richard kembali.
"Baiklah," kata perempuan tua itu. "Aku akan membantu kau. Tapi kau harus menyiapkan sesuatu sebagai bayaran."
Syifa mengeluarkan sejumlah uang dari tasnya dan memberikannya kepada perempuan tua itu. Ia sudah tak peduli lagi dengan uang itu. Yang penting adalah ia bisa mendapatkan Richard kembali.
Perempuan tua itu menerima uang itu dan kemudian memulai ritual guna-guna nya. Syifa hanya bisa menunggu dengan harap-harap cemas. Ia berharap ritual guna-guna itu akan berhasil dan Richard akan kembali ke pelukannya. Ia tidak peduli lagi dengan konsekuensi yang akan ia hadapi. Yang penting adalah ia bisa mendapatkan Richard kembali. Ia bertekad untuk melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.