anda hamil nona.
apa? apa maksud semua ini dokter? bagaimana ceritanya aku hamil? aku tidak pernah melakukan hal laknat itu pada siapapun. bahkan aku tidak pernah disentuh oleh laki-laki manapun.
bagaikan petir menyambar di siang bolong, dunia Angel seakan runtuh mendengar pernyataan dokter itu. Bagaimana caranya seorang gadis perawan mengandung? bayi apakah yang dikandung olehnya? apakah dia mengandung anak jin? oh,, tidak. Itu tidak mungkin. dia bukan wanita yang suka keluyuran. Bukan pula wanita nakal.
"ini gak mungkin, ini gak mungkin, aku gak mungkin hamil, aku gak mungkin hamil dokter " pecahlah sudah suara tangis gadis malang itu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tirning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malaikat kecil
Seperti yang sudah dijanjikan, hari ini Delon, Rian dan kedua orang tuanya menemani Angel periksa kandungan. Rian mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Setibanya di rumah sakit, mereka langsung menuju ruangan khusus yang sudah disediakan untuk mereka.
"Selamat pagi tuan Delon, nyonya, semuanya!" Ucap dokter Alvian.
"Selamat pagi dokter!" Sahut mereka semua.
"Silahkan duduk!" Ucap dokter Alvian.
Mereka duduk di sofa yang ada di ruangan itu. Dokter Alvian meminta Angel naik ke timbangan untuk mengetahui berat badan wanita hamil itu.
"Berat badan Nyonya masih kurang, hanya empat puluh lima kilogram saja. Padahal Nyonya hamil anak kembar. Setidaknya, berat badannya lima puluh lebih " Ucap dokter Alvian.
"Apa istriku kurang sehat dok? Kurang vitamin atau apa? " Delon sangat antusias.
"Kita lihat perkembangan janinnya nanti. Untuk berat badannya sebisa mungkin dinaikkan lagi. Tensinya normal, seratus dua puluh per delapan puluh." Sambungnya .
Dokter Alvian meminta Angel berbaring. Delon memberi sein pada Rian dan ayahnya, kedua pria beda usia itu langsung membelakangi Angel dan memandang layar monitor. Dokter Alvian menyingkap sedikit baju Angel keatas, lalu mengambil gel, mengoleskannya di perut buncit Angel. Dokter Alvian meletakkan transducer di perut Angel, menggerakkannya perlahan.
"Wah, kedua janinnya sangat aktif. Mereka sehat...detak jantungnya bagus. Air ketubannya cukup, posisi mereka juga bagus " Jelas dokter Alvian
Mereka semua takjub melihat kedua janin itu, tak terkecuali Angel. Mereka sangat senang karena ibu dan janinnya sehat.
"Sayang, lihat mereka semakin besar sekarang " Ucap Delon bahagia.
"Iya, Mas aku senang lihat mereka berkembang dengan baik " Sahut Angel. Pandanganya tidak lepas dari gambar kedua janin mereka.
Delon memperhatikan istrinya, senyumnya merekah. Ini kali pertama istrinya menyebut panggilan baru untuknya.
"Aku gak lagi mimpi kan? " Ucap Damian, dia sangat bahagia melihat gambar kedua calon cucunya.
"Tidak, Pa kita memang sedang melihat malaikat kecil. Gemas banget liatnya!" Sahut Rian.
"Cucuku, sebentar lagi aku akan menggendong kalian," Ucap Elisabeth gemas.
"Sayang, anak kita cowok. Lihat itu, mereka memperlihatkan jenis kelaminnya" Delon membungkuk mensejajarkan wajahnya dengan istrinya.
"Iya, Kak ponakanku dua duanya pangeran " Rian tak kalah senangnya.
"Iya, Mas mereka menyapa kita, tangannya melambai" Angel tersenyum manis melihat kedua buah hatinya bergerak aktif.
"Usia kandungan Nyonya sudah masuk dua puluh enam minggu. Jenis kelaminnya sudah sangat jelas" Ucap dokter Alvian.
"Iya, Dok selama ini mereka tidak mau memperlihatkan jenis kelaminnya." Sahut Delon.
Delon selalu menemani istrinya setiap melakukan pemeriksaan atau usg, namun baru kali ini jenis kelamin mereka terlihat sangat jelas.
"Mereka tidak ingin hanya kalian berdua yang melihatnya." Ujar Rian.
Mereka tertawa mendengar guyonan pria itu.
Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan, dokter Alvian memberi beberapa penjelasan sebagai panduan kepada calon ayah dan ibu itu. Mereka memasang telinga baik-baik, jangan sampai ada yang terlewatkan.
"Terima kasih ya sayang, kamu sudah menjaga cucu Mama dengan baik." Ucap Elisabeth memeluk menantu kesayangannya.
Hari ini, Riko dan Alek kembali dari luar kota. Selama beberapa minggu ini, mereka berada di luar kota untuk memantau pembangunan hotel di sana. Sarah sudah menunggu mereka di bandara sejak beberapa menit yang lalu. Dia sudah tidak sabar bertemu dengan sang pujaan hati. Kedua pria itu menghampiri Sarah dengan langkah lebar, saat melihat wanita itu sudah standby menunggu mereka.
"Sayang!" Ucap Riko memeluk gadis pujaannya.
"Aku kangen!" Sahut Sarah, air mata kerinduan luruh membasahi pipinya.
"Aku juga kangen banget sama kamu sayang. Maaf membuatmu menunggu " Riko mencium puncak kepala gadis itu.
"Ehem, bermesraannya nanti aja. Ada jomblo abadi di sini" Ucap Alex menggoda sejoli itu.
"Hehehe, maaf kamu sih gak mau cari pacar, gini 'kan jadi obat nyamuk!" Goda Sarah.
"Emang semudah beli minyak telon di mall? " Ucap Alex kesal
"Kamu terlalu pemilih, yang ini kurang cantik, yang itu kurang tinggi, yang lain kurang gemuk. Semua kurang, gak ada yang pas" Ucap Sarah menggandeng tangan kekasihnya.
"Sok-sokan, kata siapa aku kayak gitu? emang jodohnya aja yang belum datang" Alek menjitak kepala Sarah
"Jangan diladenin sayang, biarkan saja dia" Ucap Riko.
Mereka terus berjalan menuju mobil.
"Apa semua baik-baik aja sayang? "Tanya Riko
"Ehm, iya, meskipun ada sedikit masalah " Sahut Sarah.
"Masalah apa? " Tanya Alek khawatir.
Sarah menceritakan semuanya, kedua pria itu mengepalkan tangannya. Mereka marah, ada orang yang ingin mencelakai kakak ipar mereka.
"Pelakunya tidak mau mengaku, dia selalu bilang atas kemauan sendiri "
"Kita harus mendapatkan pelaku sebenarnya!" Ucap Riko.
"Lu benar, jangan sampai orang itu melukai kakak ipar" Sahut Alek.
Alex mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Beberapa menit kemudian mereka tiba di rumah Delon. Kedua pria itu memicingkan matanya melihat rumah sepi. Tidak biasanya rumah itu sesepi ini di jam segini.
"Apa gak ada orang? " Tanya Sarah.
"Sepertinya tidak" Sahut Riko.
Mereka masuk ke dalam rumah setelah di bukakan oleh bi Narti.
"Orang-orang pada kemana Bi?" Tanya Alek
"Mereka belum pulang dari rumah sakit Tuan" Jawab bi Narti.
"Hah, rumah sakit? Apa yang terjadi Bi? " Tanya Alek
"Tidak ada apa-apa Tuan, mereka menemani nyonya usg"
"Oh, syukurlah. Aku pikir kakak ipar kenapa-napa " Ucap Riko
"Sudah berapa lama mereka pergi Bi?" Tanya Sarah.
"Sudah dari pagi, Non mungkin sebentar lagi pulang " Jawab bi Narti.
Mereka duduk di ruang tamu menunggu penghuni rumah kembali. Bi Narti berlalu ke dapur untuk membuatkan minum untuk mereka. Bi Narti kembali membawa tiga gelas kopi di atas nampan.
"Silahkan diminum Tuan, Non" Ucap bi Narti meletakkan gelas kopi di depan mereka masing-masing.
"Terima kasih Bi" Ucap ketiganya .
Beberapa menit berlalu, keluarga cemara itu kembali ke rumah.
"Mereka datang!" Ucap Sarah.
"Mobil Sarah, kenapa dia tidak menghubungiku? " Heran Angel.
"Sepertinya dia bersama Riko dan Alek. Dia pasti menjemput mereka ke bandara " Ujar Delon.
"Mereka kembali hari ini? " Tanya Damian.
"Iya, Pa" Jawab Delon.
"Kamu ini, kamu sudah tau mereka kembali hari ini, kenapa tidak menyuruh supir untuk menjemput mereka? " Kesal Damian.
"Aku lupa, Pa aku fokus sama istriku. Aku khawatir dia kenapa-napa. Biarpun kejadiannya beberapa hari lalu, tapi aku masih belum bisa tenang sebelum melihat anak-anakku" Ujar Delon.
"Angel!" Sarah memeluk sahabatnya begitu tiba di ambang pintu.
"Kok gak kasih tau, kamu mau kesini? " Ucap Angel.
"Hehehe, maaf aku tadi jemput mereka dulu di bandara. Saat sampai sini, bi Narti bilang kalian sedang di rumah sakit. Jadi kita tunggu aja kalian kembali " Jelas Sarah.
Delon dan kedua temannya juga saling berpelukan, melepas rindu yang tidak bisa bersama beberapa minggu ini.
semangat
semangat berkarya akak thor,... 💪💪💪
semangat... 💪💪💪
lanjut terus.