Aurora Clarissa adalah seorang gadis piatu yang dibesarkan di panti asuhan sejak ia masih bayi, dia tidak pernah tahu siapa orang tuanya.
Suatu hari ibu panti memaksa Aurora untuk menikah dengan salah satu putra donatur panti, bagi kebanyakan orang itu adalah sebuah keberuntungan bisa menikah dengan orang terpandang, tapi tidak dengan Aurora, pernikahan ini bagaikan neraka di hidupnya karena telah merenggut kebebasan dan masa mudanya.
Seperti apa kelanjutan dan perjalanan hidup Aurora?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Himeka15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33
Aurora menopang dagunya dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya ia gunakan mengaduk kuah bakso yang tidak ada niat ingin dimakan sama sekali olehnya.
Chelsea dan Sherly saling memandang satu sama lain dengan alis yang terangkat dan kening berkerut.
"Aurora kenapa?" tanya Chelsea.
Aurora mengangkat pandangannya dan bergeleng pelan, "enggak apa-apa," jawabnya singkat.
"Terus Aurora kenapa termenung gitu kalau enggak apa-apa?" lontar Sherly memiringkan kepalanya.
Aurora menghela napas kasar sambil menyentuh kepalanya, "kalau kita berbuat salah kita harus apa?" tanyanya tiba-tiba.
"Minta maaf," jawab Chelsea dan Sherly serentak.
"Memang Rora buat salah apa?" tanya Chelsea.
"Susah diceritain," balas Aurora dengan wajah cemberut.
"Ya udah minta maaf sana," sambung Sherly sambil mencomot tempe goreng.
"Kayak mana agar dimaafin?" tanya Aurora dengan nada rendah.
"Gampang, Aurora minta maaf sambil kasih apa gitu ke dia," timpal Chelsea memberikan saran.
"Maksudnya gimana?" tanya Aurora sekali lagi dikarenakan ia tidak mengerti saran dari temannya.
"Cara agar orang maafin kita adalah waktu minta maaf kita kasih hadiah gitu ke dia," papar Chelsea bersemangat.
"Iya itu cara terbaik biasanya kalau aku lagi ngambek sama ayahku pasti dibeliin makanan enak sama ayah," sambung Sherly tersenyum lebar.
"Hadiah apa yang mau Rora kasih?" tanyanya meminta saran pada kedua temannya.
"Coklat, makanan, ayam goreng..." Sherly dan Chelsea kompak menyebutkan berbagai macam jenis makanan.
Aurora menekuk wajahnya mendengar saran teman-temannya yang tidak berguna karena Dion tidak bisa makan itu.
"Sudah berhenti Aurora pusing," pekiknya sambil memegang kepalanya.
Chelsea dan Sherly kompak menutup mulut mereka. Terdapat seorang gadis menghampiri meja mereka ia berdiri dan menatap Aurora untuk beberapa detik.
Aurora yang ditatap seperti itu sama orang asing merasa risih dan ia langsung bertanya saja ada gerangan apa orang itu padanya.
"Ngapain natap Aurora gitu? Aurora tahu kali kalau aku itu cantik," ujarnya penuh percaya diri seraya mengibaskan rambutnya.
Sherly memasang raut wajah cengo, "temanmu itu," ucapnya.
"Yang Aurora bilang kan enggak salah memang dia cantik," balas Chelsea dengan nada polos.
Sherly menepuk jidatnya sendiri, "nasib-nasib punya kawan kayak gini," gerutunya.
Aurora memicingkan matanya, "siapa? terus ada apa sama Aurora?" tanyanya langsung ke inti.
Gadis itu tidak menjawab ia malah meremas ujung roknya. Sherly merasa cukup familiar dengan wajah gadis itu dia mencoba mengingat di mana ia pernah melihatnya.
Sherly langsung ingat dan secara reflek mulutnya mengeluarkan suara. "Kamu Rara kan anak dari ekskul jurnalistik?" tanyanya.
"Anak jurnalistik," beo Chelsea dan secara mengejutkan ia menggebrak meja yang berhasil membuat jatuh kedua temannya mau loncat dari tempatnya.
"Chelsea mau buat kami kenak serangan jantung apa!" pekik Aurora dengan nada ketus.
Chelsea tidak peduli dengan Sherly dan Aurora yang mengomel padanya, dia terfokus pada gadis yang memakai kacamata.
"Sherly bilang tadi kau anak jurnalistik jangan bilang kau yang sebarkan gosip tentang Aurora beberapa hari lalu," ujar Chelsea melayangkan tatapan tajam pada Rara yang berhasil membuatnya merasa terintimidasi.
Kenapa Chelsea bisa menuduh dan beranggapan Rara seperti itu karena biasanya anak jurnalistik jarang menunjukkan wajahnya di kantin ini apalagi baru beberapa hari lalu gosip tidak benar tentang temannya.
Aurora dan Sherly merasa dan melihat temannya Chelsea seakan memiliki kepribadian yang lain.
Aurora mengalihkan pikiran dan atensinya pada Rara yang menunduk tidak berani mengangkat wajahnya.
"Apa kau merasa terancam?" Aurora melontarkan pertanyaan dengan tersenyum sinis.
Rara tidak menjawab ia masih tetap dalam posisi seperti tadi.
"Chelsea, Sherly apa kalian akan memaafkan orang yang menyebarkan berita buruk tentang kalian?" tanya Aurora pada kedua temannya.
"Kalau aku tidak akan maafin orang itu," jawab Sherly.
"Chelsea akan buat hidup orang itu menderita biar perlu kita sebarkan aib-nya biar dia enggak berani menunjukkan wajahnya pada orang-orang," sambung Chelsea tersenyum polos sambil menghisap susu kotaknya yang dibalas anggukan oleh Sherly.
Aurora menoleh dan memiringkan kepalanya tidak lupa pula ia menarik lebar sudut bibirnya, "itu jawabanku jika tujuanmu kemari ingin minta maaf samaku," ucapnya.
Aurora tidak ingin lama di sini dia mengajak kedua temannya untuk cabut dari kantin ini, ketika mereka akan beranjak Rara malah menahan lengan Aurora.
Aurora menatap dingin Rara yang menyentuh lengannya. Rara dengan raut wajah ketakutan terpaksa harus mendongakkan kepalanya tatapannya bertemu dengan Aurora ia menelan salivanya memandang mata Aurora yang dingin dan raut wajah yang datar.
Rara tidak bisa pergi dari sini sebelum tujuannya tercapai ia terpaksa menebalkan mukanya. "Aku minta maaf," ucapnya suara rendah.
"Kau tidak mungkin minta maaf tanpa alasan kan?" Aurora tersenyum sinis.
"Aku minta maaf karena sudah menyebarkan berita buruk tentangmu," ulang Rara sekali lagi dengan kalimat yang jelas.
Aurora tahu gadis di depannya ini pasti tidak akan repot-repot minta maaf padanya setelah apa yang dia lakukan pada dirinya. Aurora baru teringat jika sekolah ini dibawah naungan keluarga suaminya ia melipat lengannya dan menatap datar Rara.
"Apa kepala sekolah mengancam?" tanya Aurora.
"Enggak," jawabnya cepat.
Tentu saja Rara berbohong jika ia mengatakan sebenarnya bisa habis riwayatnya.
Aurora melihat suasana kantin yang ramai sekelebat terlintas di otaknya sebuah rencana.
"Kenapa kau melakukan itu sama Aurora?" tanyanya dengan suara lantang yang berhasil membuat tatapan orang-orang tertuju pada mereka.
Rara menatap Aurora tidak pernah ia pikirkan gadis di depannya ini akan berteriak seperti ini.
"Apa salah Aurora terhadapmu? Padahal kita tidak kenal. Kenapa kau menyebarkan berita buruk tentang Aurora padahal aku lagi bahagia setelah sekian lama akhirnya aku punya keluarga. Bagaimana jika mama melihat berita itu pasti orang tuaku akan bertengkar dan aku akan merasa bersalah karena aku mereka bertengkar padahal itu semua adalah salahmu." Aurora berteriak dengan kristal bening yang telah mengalir dari pelupuk matanya.
Rara tidak bisa berkata-kata ia akui dirinya merasa bersalah pada gadis ini, ia kepikiran bisa buat berita seperti ini karena tidak sengaja melihat Aurora berjalan bersama Zafar.
Aurora berlari meninggalkan kantin Chelsea dan Sherly menatap tajam pada Rara.
"Sebelum buat berita cari tahu dulu faktanya," ujar Sherly ketus.
Chelsea beserta Sherly menyusul Aurora meninggalkan Rara yang masih berdiri terpaku menatap mereka.
Aku enggak sangka Rara yang buat itu gosip.
Aku kasihan pada Aurora padahal dia lagi bahagia punya orang tua tapi sih kawan malah sebarkan gosip murahan.
Kalian bela siapa Aurora atau Rara?
Tentu saja Aurora walaupun dia cuma anak angkat seenggaknya kita bisa bangun koneksi dengannya.
Rara tidak tahan dengan omongan orang-orang tentangnya ia memilih pergi dari sana.
Bersambung...
Segi penokohan ya unik biasanya pemeran utama selalu digambarkan secara sempurna tanpa cela. Tapi di cerita ini setiap tokoh memiliki kekurangan masing-masing.