Raeesha gadis dingin ,pendiam badgirl ,urakan dan juga ahli beladiri .
Anak pertama yang di asingkan bahkan di anggap sampah oleh keluarganya , gadis penuh luka yang mencoba menutup lukanya sendiri.
Sayangnya dia harus meregang nyawa di tangan ayah kandungnya sendiri hanya karena adik tirinya yang tidak suka akan keberadaannya di rumah mereka , Raeesha yang mengira akan masuk ke akhirat ternyata memasuki tubuh seorang wanita yang menjalani kehidupan pahit dalam bilik rumah tangga , wanita yang terobsesi dengan suaminya sendiri tanpa perduli dengan kebencian dari suaminya.
akan kah Raeesha mampu mempertahankan kehidupan keduanya ? dan menemukan kebahagiaannya ?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eka zeya257, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
...Perubahan tidak akan datang dari kaki yang tetap diam....
...~Delvin~...
.......
.......
...✨✨✨...
Empat hari sudah berlalu sejak Ruby masuk rumah sakit, Valeri dan juga Delvin sudah menjenguk Ruby di mansion Zamora setelah dia pulang dua hari yang lalu.
Saat ini suasana kota jakarta pada siang hari sangat panas dan menyengat kulit, seperti halnya Delvin yang memilih bernaung di warung kaki lima untuk membeli minuman agar dahaganya segera hilang.
Delvin masuk ke dalam warung, dia baru saja keluar dari sekolahnya.
"Mang, es jeruk satu yah," pesan Delvin.
Penjual tersebut mengangguk dan langsung menyiapkan pesanan Delvin, sembari menunggu Delvin memainkan ponselnya, dia sedang membalas chat dari mamahnya yang mengatakan dia tidak boleh pulang terlambat.
Tak berselang lama minuman yang Delvin pesan pun datang, dia menikmati es jeruk tersebut sembari menatap sekelilingnya.
Namun tatapannya tiba-tiba terpaku ada satu sosok pria paruh baya yang sangat Delvin kenal.
"Papah?" gumamnya pelan.
Dia melihat papahnya sedang berjalan memasuki sebuah butik yang cukup terkenal di daerah tersebut, Delvin yang ingin mengejutkan papahnya bergegas mengeluarkan uang lima puluh ribuan lalu meletakannya di atas meja setelah menghabiskan minumannya terlebih dulu.
Delvin menaiki motornya tanpa memakai helm full face nya, butik tersebut ada di seberang jalan dia hanya perlu menyebrang.
"Tumben jam segini Papah ke butik, apa mungkin Mamah yang ajak?" gumam Delvin sembari menjalankan motornya menuju butik tersebut.
Beberapa saat kemudian Delvin sampai di depan butik itu, dia langsung turun dari motornya dan bergegas menyusul papahnya.
Drap. Drap. Drap.
Ketika Delvin masuk ke dalam butik dia sama sekali tidak melihat Zargo atau pun Valeri berada di sana, akhirnya Delvin menuju resepsionis untuk menanyakan hal tersebut.
"Kak, apa ada yang reservasi atas nama Zargo Sinaga di sini?" ujar Delvin.
Resepsionis itu langsung mengecek nama-nama pelanggan yang datang hari itu, dan ternyata ada nama Zargo di sana.
"Oh, Tuan Zargo, baru saja masuk ke ruang VVIP, Dek, kalau boleh tau anda siapa yah?" ujar resepsionis tersebut.
"Saya putranya, Kak, boleh tunjukkan ruangannya dimana?" pinta Delvin.
Resepsionis itu mengangguk, dia memimpin jalan menuju ruangan tempat Zargo berada.
Tap. Tap. Tap.
Sesaat kemudian mereka tiba di depan pintu berwarna cream bertuliskan VVIP.
"Tuan Zargo ada di dalam, Dek," ujar resepsionis tersebut.
Delvin mengangguk tak lupa dia mengucapkan terimakasih pada resepsionis tersebut, perlahan Delvin mulai memutar kenop pintu itu dia ingin mengagetkan papahnya namun tanpa dia duga justru dia yang mendapat kejutan.
Kedua bola mata Delvin membulat sempurna, di dalam ruang tersebut dia menyaksikan sang papah sedang bercumbu mesra dengan wanita lain.
"Nggak mungkin....ini pasti mimpi."
Delvin mengucek kedua matanya kasar, dia merasa seperti sedang bermimpi namun ketika dia kembali membuka kedua matanya kenyataan di depan matanya masih sama.
"Haha aku tidak bermimpi, apa mamah tau tentang hubungan mereka?" Delvin tertawa miris.
Untungnya mereka tidak menyadari kedatangan Delvin, sesaat kemudian dia langsung mengambil ponsel miliknya dan memotret papahnya serta selingkuhannya itu.
"Bajingan ternyata sifat bang Lucas nurun dari papah, ck sialan," umpat Delvin lalu kembali menutup pintu tersebut pelan.
Dia keluar dari butik dengan amarah yang membumbung tinggi, dia menaiki motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Dia tidak tau akan kemana hingga tanpa sadar dia malah sampai di halaman butik milik Ruby.
Delvin melepas helm full face miliknya, dia melangkah gontai menuju pintu masuk butik.
Krincing.
Suara lonceng pintu berbunyi saat Delvin mendorong pintu kaca tersebut, dia langsung di sambut oleh pegawai Ruby dengan ramah mereka sudah mengenal Delvin dengan baik.
"Mba, kak Ruby ada di sini?" tanya Delvin lemas.
"Nona ada di dalam ruangannya, Tuan muda," sahut pegawai Ruby.
Delvin mengangguk dia langsung menuju ruangan Ruby, tanpa mengetuk pintu Delvin langsung menerobos masuk ke dalam ruangan tersebut hingga membuat Ruby Terkejut.
"Kakak, masih sibuk?" ujar Delvin seraya berjalan menghampiri Ruby.
Ruby menggeleng pelan, dia meletakan berkas yang tadi dia pegang ke atas meja.
"Nggak juga, tumben kamu kesini ada apa, Vin?"
Delvin mendudukan tubuhnya di sofa panjang yang ada di ruangan itu. "Kak, papah, Kak."
Ruby mengernyit bingung, dia berdiri dari kursi kebesarannya lalu menghampiri Delvin dan duduk di sampingnya.
"Papah kenapa hm?" ujar Ruby lembut.
Delvin menundukkan kepalanya lesu, "Papah selingkuh dari mamah, Kak, tadi aku lihat papah sama wanita lain di butik."
Salah satu alis Ruby naik ke atas, "Kamu yakin? Bukannya papah lagi ada kerjaan di luar kota?"
"Nggak, Kak. papah pasti bohong! mata aku masih waras aku udah pastiin sendiri kalo itu papah," ujar Delvin tegas.
Dia mendongak menatap wajah Ruby, membuat Ruby terdiam dia melihat sorot mata Delvin penuh kekecewaan tidak ada kebohongan dari ucapan Delvin, tak tega melihat kegelisahan yang terjadi pada Delvin .
Ruby merengkuh tubuh Delvin masuk ke dalam pelukannya.
"Kamu nggak perlu cemas nanti biar, Kakak, yang bicara sama mamah, kamu belum ngasih tau hal ini sama mamah kan?"
Delvin menggeleng pelan di pelukan Ruby, dia selalu merasa nyaman jika berdekatan dengan Ruby dia sudah menganggap Ruby seperti kakak kandungnya sendiri.
"Kak, apa setiap orang yang menikah pasti ada yang selingkuh? baru kemarin bang Lucas nyakitin Kakak! sekarang papah yang nyakitin mamah apa setiap pernikahan selalu kaya gitu?"
"Kalau iya aku nggak mau menikah, aku mau hidup sama Kakak dan mamah aja biar aku nggak nyakitin wanita seperti mereka berdua." Ucap Delvin pelan.
Ruby tersenyum simpul tanpa sepengetahuan Delvin, dia mengelus rambut Delvin pelan.
"Vin, nggak semua pernikahan seperti itu. semua tergantung komitmen masing-masing kalau mereka berkomitmen setia maka sebesar apa pun godaan orang ketiga pasti nggak bisa membuat rumah tangga mereka hancur." Nasehat Ruby.
"Jadi papah nggak komitmen, Kak? makanya dia sampai seperti itu," tukas Delvin.
"Mungkin, Kakak juga nggak tau, Vin. ngomong-ngomong kamu kenal wanita yang bersama papah?" tanya Ruby mencoba mengorek infomasi.
Delvin mengangguk dia menegakan kembali tubuhnya, dia mengeluarkan ponselnya dari saku lalu membuka galeri miliknya, dia menunjukan sebuah foto yang sempat dia ambil tadi.
"Ini, Kak, orangnya aku nggak tau dia siapa tapi aku merasa pernah ketemu dia cuma aku lupa dimana ?"" ujar Delvin setelah menyodorkan ponselnya.
Kedua bola mata Ruby seketika membulat sempurna, dia benar-benar tidak menyangka jika orang yang menjadi selingkuhan papah Delvin adalah orang yang Ruby kenal.
"Vin, apa pun yang terjadi kamu jangan dulu kasih tau mamah sebelum Kakak yang kasih tau sama mamah," titah Ruby tak terbantahkan.
Delvin mengernyitkan dahinya, "Kenapa, Kak? Bukannya tadi Kakak juga udah bilang kalo Kakak yang bakal kasih tau mamah."
Ruby mengangguk tegas, dia meletakan ponsel Delvin di meja lalu Ruby menepuk kedua pundak Delvin pelan.
"Vin, mulai sekarang jangan pernah pulang terlambat, selalu kontak sama Kakak dan jaga mamah sebaik mungkin," perintah Ruby.
Delvin semakin bingung dengan ucapan Ruby, bahkan dalam nada bicaranya terkesan cemas.
"Kak, sebenarnya ada apa? Kenapa Kakak kaya ketakutan gitu?" heran Delvin.
"Kakak, nggak bisa jelasin sekarang! intinya kamu harus hati-hati terlebih kamu sudah mendapatkan foto ini, mereka pasti tidak akan tinggal diam," ucap Ruby memberi pengertian pada Delvin.
"Tapi aku ngambil fotonya nggak ada yang tau Kak, jadi pasti aman," ujar Delvin yakin.
Ruby menggeleng pelan, "Vin, di dunia ini banyak orang yang berkedok baik namun aslinya dia iblis, bisa saja ada seseorang yang mengawasi mu dari jauh, intinya kamu harus waspada sisanya biar kakak yang urus."
Delvin hanya bisa mengangguk pelan, meski dia tidak paham maksud Ruby namun Delvin selalu mempercayai Ruby lebih dari Lucas yang abangnya sendiri.
"Aku pasti ingat pesan Kakak, makasih udah mau dengerin cerita aku, Kak. kalo gitu aku pulang yah mamah tadi pesan katanya aku nggak boleh pulang terlambat," pamit Delvin setelah beberapa saat mereka berbincang.
Ruby mengangguk, dia mengantar Delvin hingga menaiki motornya tak lupa Delvin melambaikan tangan pada Ruby saat dia mulai meninggalkan halaman butiknya.
Setelah kepergian Delvin, Ruby bergegas kembali masuk dan mengambil tasnya lalu pergi meninggalkan butik untuk menemui Jean dan seseorang yang akan dia mintai bantuan.