Fabian dipaksa untuk menggantikan anaknya yang lari di hari pernikahannya, menikahi seorang gadis muda belia yang bernama Febi.
Bagaimana kehidupan pernikahan mereka selanjutnya?
Bagaimana reaksi Edwin saat mengetahui pacarnya, menikah dengan ayah kandungnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myatra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 2
Persiapan pernikahan dilakukan oleh keluarga kedua belah pihak. Orang tua Edwin bahkan datang ke rumah keluarga Febi untuk melamar Febi secara resmi.
Meskipun Febi dan Edwin tak pernah bertemu, mereka tetap menjalin komunikasi, via chat, telepon bahkan panggilan video.
Lydia bahkan membawa Febi ke butik ternama langganan keluarganya untuk fitting baju pengantin. Tak ada sedikitpun keanehan yang ditunjukan keluarga Edwin, jika mereka akan mangkir pada hari pernikahan.
¤¤FH¤¤
Pa ustadz yang bermaksud menikahkan Edwin dan Febi, memberi saran supaya pernikahan dibatalkan saja. Pernikahan memang dilakukan hanya secara agama, mengingat usia Febi yang belum bisa didaftarkan untuk pernikahan resmi negara.
Usia Febi, baru menginjak tujuh belas tahun, sedang Edwin lebih tua dua tahun, karena sewaktu sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, Edwin sempat tidak naik kelas.
Motivasi belajar Edwin sedikit meningkat, saat sekolah menengah atas karena pengaruh Febi. Hal itu juga yang menjadikan alasan Lidya memberi restu pernikahan ini, berharap Febi membawa perubahan baik untuk Edwin.
Pa Sofyan bimbang, nama baik keluarga yang dipertaruhkan. Kegagalan pernikahan akan berdampak pada psikis putrinya.
Para tetangga yang hadir, mulai merasakan ada yang tak beres, kasak-kusuk mulai terjadi, ada yang bersimpati, namun tak sedikit yang mencibir.
Kebanyakan mereka mengira, Febi hamil diluar nikah, karena baru lulus sudah dinikahkan.
Ditengah kegaduhan yang terjadi, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang mirip sekali wajahnya dengan Edwin, hanya versi dewasa.
Laki-laki tersebut langsung menghampiri, kerumunan yang bisa dipastikan keluarga inti dari mempelai wanita.
"Maaf apa akadnya sudah selesai?" laki-laki tersebut bertanya pada semua yang ada di sana. Perhatian langsung tertuju pada laki-laki tersebut.
"Anda siapa?" papanya Febi balik bertanya.
"Saya, Fabian. Papa kandungnya Edwin!" Fabian mengulurkan tangannya pada papanya Febi.
Pa Sofyan menerima uluran tangan Fabian dan berjabat tangan. Nampak keterkejutan di wajah pak Sofyan, mendengar pengakuan laki-laki yang mengaku sebagai papanya Edwin. Karena masih terlihat muda, malah seperti kakaknya Edwin dan sepengetahuannya, papanya Edwin adalah pak Tino, pria paruh baya, yang dulu datang bersama mamahnya Edwin.
"Mari ikut saya ke dalam, pak!" pak Sofyan mengajak Fabian ke ruangan lain, untuk merundingkan yang terjadi. Karena hanya Fabian saja yang datang dari pihak keluarga Edwin.
Pa sofyan juga mengajak serta pa ustadz, agar nanti bisa dimintai pendapat.
"Maaf dengan pak ,,,," pak Sofyan memulai obrolan.
"Saya, Fabian," Fabian memperkenalkan namanya.
"Apa betul, anda papa kandung Edwin?"
"Betul, pak. Dulu saya dan mamahnya Edwin, menikah muda. Karena sama-sama belum dewasa, akhirnya kami sama-sama memutuskan berpisah saat usia Edwin empat tahun.
saya diberitahu Edwin, jika hari ini dia akan menikah. Kebetulan saya tinggal di kota sebelah. makanya saya baru bisa datang ke sini, tadi kebetulan di jalan macet."
"Begini, pak. Edwin dan keluarganya, sampai saat ini tak kunjung datang.sudah coba dihubungi, namun nomornya tak ada satupun yang aktif. dan menurut saudara yang saya minta mendatangi rumah Edwin, rumahnya kosong," pak Sofyan langsung menjelaskan yang terjadi saat ini.
Fabian terperangah mendengar penuturan pak Sofyan. Tak menyangka sama sekali, Edwin tak mengabari jika dia akan membatalkan pernikahannya.
Fabian mencoba menghubungi Edwin menggunakan ponselnya, sama, nomor Edwin tak dapat dihubungi. Fabian bingung, apa yang harus dilakukannya saat ini.
"Apa pak Fabian sudah menikah lagi?"
Mendengar pertanyaan pak Sofyan yang tiba-tiba, Fabian yang sedang melamun kaget, dan spontan menjawab.
"Belum, pak. Saya belum menikah lagi!"
"Bagaimana kalau pak Fabian yang menggantikan Edwin menikah dengan putri saya?"
Fabian semakin kaget dengan permintaan konyol dari calon mertua anaknya ini. Tak tahu harus menjawab apa.
"Bagaimana pak ustadz, bolehkan jika mempelai laki-lakinya di ganti oleh papanya Edwin?" kali ini pak Sofyan, bertanya kepada pa ustadz.
"Boleh.... hanya saja, harus dipastikan, jika nak Febi, belum pernah berhubungan badan dengan nak Edwin," pak ustadz merasa tak enak mengatakannya.
Sebenarnya pak ustadz, enggan menikahkan Febi dan Edwin, karena mendengar kabar jika Febi menikah karena sudah hamil duluan, namun pak Sofyan meyakinkan jika saat ini, Febi tidak sedang hamil, dan dibuktikan dengan laporan dari dokter kandungan.
Namun tak menutup kemungkinan, jika mereka pernah melakukan hubungan haram untuk pasangan belum menikah itu. Setelah pak Sofyan mengatakan yang menjadi penyebab sebenarnya anaknya dinikahkan.
Pak sofyan berfikir sejenak. Memang saat memergoki Edwin dan Febi, saat itu mereka belum melakukannya, namun tak menutup kemungkinan jika sebelumnya mereka sudah melakukannya.
Pak sofyan semakin frustasi membayangkan kenakalan putrinya dalam bergaul.
"Saya panggilkan saja anak saya, untuk ditanyai secara langsung."
Pak Sofyan beranjak ke kamar Febi, untuk mengajaknya memecahkan masalah yang terjadi.
Saat memasuki kamar, terlihat Febi sedang menangis, penampilannya sangat memprihatinkan.
"Hapus air matamu! Ayo keluar ikut papa!"
Febi sudah tak memiliki kekuatan lagi untuk menolak permintaan papanya. Segera Febi menghapus air matanya. Mamah tiri Febi membantu membersihkan lelehan maskara, eye shadow dan blush on yang bercampur dengan air mata Febi.
Setelah siap, Febi dituntun mamah tirinya keluar. Febi memperhatikan sekeliling, hanya ada papanya, pak ustadz dan laki-laki yang mirip Edwin.
Febi diminta duduk, kemudian dikenalkan dengan laki-laki tersebut, yang ternyata papa kandungnya Edwin. Febi teringat, Edwin pernah bercerita jika papanya yang serumah dengannya, hanya papa tirinya, papa kandungnya tinggal di luar kota. Baru hari ini, Febi melihat papa kandung Edwin, ternyata mereka mirip sekali.
Febi hanya menganggukan kepala, sebagai bentuk penghormatan. Lalu pak Sofyan mulai mengatakan rencananya menikahkan papanya Edwin dengan Febi, sebagai pengganti Edwin.
Febi sama kagetnya dengan Fabian mendengar ide sang papa.
"Sekarang jawab yang jujur! apa Febi pernah berhubungan badan dengan Edwin?" pak Sofyan langsung ke pokok pembicaraan.
"Saya harap, nak Febi menjawab dengan jujur, sehingga bisa menentukan keputusan bisa tidaknya nak Febi menikah dengan pak Fabian," pa ustadz menegaskan kembali.
"Belum pernah, pa. Demi Tuhan, Febi belum pernah melakukan hubungan badan dengan siapapun."
Semua yang mendengar menarik nafas lega.
"Pak Fabian, bagaimana? Apa bisa bertanggung jawab menggantikan Edwin yang tak datang hari ini untuk menikahi putri saya Febi?
Karena saya tak ingin pernikahan ini gagal! dan pak Fabian satu-satunya dari pihak Edwin yang hari ini datang."
Pak Sofyan menuntut lagi kesediaan Fabian menikahi Febi. Semua mata mengarah pada Fabian, menunggu jawaban yang akan diberikan Fabian.
Sedang Fabian bimbang harus memberikan jawaban apa, baginya hal ini terlalu mendadak. Dirinya belum ada keinginan menikah lagi, tak ingin kembali terikat dengan wanita manapun.
Pandangannya beralih pada Febi yang sedari tadi hanya menunduk, sambil terus terisak pelan.
"Saya......"
BERSAMBUNG.
penasaran terus
gak enak banget dibaca
semoga bian dan Febi bahagia selalu
kan katanya sejak kecil Fabian kurang kasih sayang mama