I'M The Male Antagonist'S Wife
...☠️☠️☠️...
Di sebuah sekolah menengah atas terlihat satu orang gadis yang sedang berjalan menyusuri lorong menuju parkiran.
Dia Raeesha gadis berumur 18 tahun yang baru menduduki bangku kelas tiga SMA. gadis dengan julukan kulkas berjalan tersebut hanya memiliki satu sahabat yang selalu ada untuknya.
''RAEESHA.'' Panggilan dari seseorang menghentikan langkah Raeesha.
Dia menoleh dan melihat sahabatnya yang bernama Naomi dan kekasihnya Zaen Arfian sedang berlari ke arahnya.
Drap. Drap. Drap.
''Lo mau balik, Ra?'' ujar Naomi saat sampai di samping Raeesha.
''Hm.'' Jawabnya singkat .
Zaen menatap wajah Raeesha yang terdapat luka memar di pelipis dan sudut bibirnya .
''Ra, lo yakin mau pulang?'' pertanyaan Zaen mendapat anggukan dari kekasihnya.
''Mending lo ke rumah gue aja, Ra. mamah sama papah gue juga udah ngizinin lo kalo tinggal di sana.'' Usul Naomi.
Raeesha tersenyum tipis, ''Makasih, Na. tapi gue nggak mau jadi beban buat keluarga lo.''
''Ck lo bukan beban, Ra. jangan dengerin omongan ibu tiri lo yang gila itu." Gerutu Naomi.
''Nggak lah, buat apa juga gue dengerin ocehan mahluk astral seperti mereka.'' Sahut Raeesha yang di sambut kekehan dari kedua orang di hadapannya.
Raeesha menatap Zaen, ''Gue titip Naomi sama lo, Zaen. jangan bikin dia nangis kalo sampai gue tau lo bikin dia nangis gue tonjok lo.''
''Lo tenang aja, pasti gue jagain dengan baik tapi lo mau kemana, Ra? Lo kaya orang yang mau pergi jauh aja.'' Heran Zaen .
Raeesha mengangkat kedua bahunya acuh, ''Gak tau mungkin aja ini pertemuan terakhir kita.''
Plak.
Naomi menabok lengan Raeesha pelan dia memberikan tatapan tajam pada sahabatnya, ''Lo kalo ngomong yang benar dong, Ra. jangan bikin gue over thinking.''
Raeesha tertawa, tawa tulus yang baru pertama kali dia tunjukan pada Naomi dan Zaen.
''L-lo ketawa, Ra?'' tatapan tak percaya terlihat jelas di wajah Naomi dan Zaen .
'Lo cantik kalo senyum, Ra.' batin Zaen tanpa sadar menarik sudut bibirnya ke atas.
Zaen Arfian lelaki yang sejak dulu menyukai Raeesha, lelaki yang dulu sempat membuat Raeesha goyah. Namun saat Zaen menyatakan perasaan nya, Raeesha menolak bukan karena dia tidak menyukai Zaen hanya saja dia tau jika sahabatnya juga menyukai Zaen, maka dari itu Raeesha lebih memilih mengalah demi sahabatnya dia tidak ingin membuat persahabatannya hancur hanya karena satu laki-laki.
Raeesha mengangguk singkat mendengar pertanyaan sahabatnya, "Hm sekali-kali.''
Dia membenarkan ransel di pundaknya yang melorot, setelahnya dia mengusap pucuk kepala Naomi pelan dia sudah menganggap Naomi sebagai adiknya sendiri meski umur mereka sama. Namun sifat Naomi lebih mirip seperti anak tk hal itu yang membuat Raeesha menyayangi Naomi .
''Lo jaga diri baik-baik yah, jangan kebanyakan jajan nanti sakit perut.'' Pesan Raeesha ,kemudian dia menghentikan usapan di pucuk kepala Naomi .
'' Ck lo kaya mak gue aja deh." Gerutu Naomi .
Raeesha hanya tersenyum simpul dia kini menatap Zaen, ''Makasih buat semua bantuan lo selama ini, Zaen .''
''Nggak masalah, Ra. kita kan teman sudah sepantasnya gue bantuin lo.'' Jawab Zaen di selingi senyum tipis.
Raeesha mengangguk singkat, ''Gue cabut dulu yah badan gue nggak enak.''
''Mau kita anterin nggak?'' tanya Zaen khawatir.
Raeesha menggeleng, ''Nggak usah, lagian gue bawa motor kok.''
''Lo hati-hati di jalan, Ra. kabarin gue kalo sudah sampai." Pesan Naomi .
Raeesha mengangguk dan berlalu dari hadapan kedua temannya, Raeesha merasa hari ini tubuhnya sangat lelah dan dia ingin segera pulang dan tidur.
...--------------------------------------...
Empat puluh lima menit kemudiaan Raeesha telah sampai di depan kediamannya, satpam membukakan pintu gerbang untuknya .
''Makasih, pak.'' Ucap Raeesha pada satpam tersebut .
''Sama-sama, non.''
Raeesha membawa motornya menuju garasi, saat dia tiba di garasi dia melihat mobil papahnya sudah ada di sana.
'Ternyata mereka sudah pulang, gue kira bakalan lama perginya.' Batin Raeesha lelah.
Kedua orang tuanya telah kembali setelah melakukan liburan keluarga tanpa dirinya selama empat hari. Dia turun dari motornya
setelah melepas helm dan kunci motornya lalu dia berjalan menuju pintu utama.
Sebelum masuk dia menghela nafas berat, dia merasa akan sulit untuk istirahat terlebih para manusia yang membencinya kini ada di rumah.
Ceklek.
Raeesha membuka pintu dan mulai memasuki kediamannya, ibu Raeesha telah meninggal dua tahun yang lalu dan kini papahnya telah menikah kembali dengan janda beranak satu yang berhasil menghasut papahnya untuk semakin membenci dan menyiksanya.
Tap. Tap. Tap.
Dari kejauhan dia dapat mendengar gelak tawa dari ruang keluarga yang dia yakini adalah ayah dan istri barunya. Saat Raeesha tiba di ujung tangga tiba-tiba terdengar teriakan dari papahnya yang memanggil namanya.
"RAEESHA, SINI KAMU." Teriakan penuh amarah berhasil membuat telinga Raeesha berdengung.
Tanpa memperdulikan panggilan dari papahnya, Raeesha hendak kembali melanjutkan langkahnya menaiki tangga menuju kamarnya berada.
Namun baru saja dia melangkah tiba-tiba pergelangan tangannya di tarik secara paksa hingga dia terjatuh ke lantai.
SREET.
BRUUKK.
"KAMU TULI HAH? KENAPA TADI PAPAH PANGGIL KAMU TIDAK MENYAHUT, RAEESHA." Bentak sang papah menatap marah putrinya.
Raeesha menatap datar wajah papahnya yang merah padam, tanpa mengeluh sedikit pun Raeesha berdiri jatuhnya.
"Seandainya saya menyahut, apakah anda tidak akan memukul saya?" ujar Raeesha pada papahnya .
"Apa-apaan pertanyaan kamu,Raeesha!" hardik sang papah.
Tidak ada ekspresi marah atau pun sedih di wajah Raeesha, dia hanya menatap datar pada papahnya .
"Jika tidak ada yang ingin ada katakan pada saya, maka biarkan saya pergi."
Geram dengan ucapan putrinya, tiba-tiba satu tamparan mendarat di pipi Raeesha hingga membuat sudut bibirnya kembali terluka.
PLAK.
"APA INI YANG KAMU PELAJARI SELAMA DI SEKOLAH, RAEESHA? KAMU BERANI SAMA PAPAH!" bentak papah Raeesha.
Raeesha muak, dia sangat muak dengan perlakuan papahnya selama ini yang selalu melampiaskan amarahnya pada dirinya, dia menghela nafas berat sebelum menjawab ucapan papahnya.
"Haah apa jawaban saya anda butuhkan? Bukankah selama ini semua yang saya ucapkan selalu salah di mata anda." Jawaban Raeesha membuat papahnya kembali marah.
"Kamu mau jadi anak durhaka hah? Kamu harusnya contoh adik kamu, dia selalu bersikap sopan sama papah tidak seperti kamu yang urakan dan tidak tau diri."
Ucapan papahnya mampu membuat amarah Raeesha keluar, dia menatap benci pada sosok papahnya yang bernama Luke.
"Bukankah ini yang anda mau? anda yang mendidik saya menjadi orang seperti ini! ANDA YANG MEMBUAT SAYA MENJADI SOSOK GADIS JAHAT YANG MENENTANG SEMUA UCAPAN ANDA!" nafas Raeesha naik turun, wajahnya sudah berubah merah padam.
"ANDA BAHKAN TIDAK PERDULI DENGAN KONDISI PUTRI KANDUNG ANDA, YANG ANDA PEDULIKAN HANYA DUA ULAR YANG BERHASIL MASUK MENJADI KELUARGA ANDA."
PLAK.
Satu tamparan kembali melayang di pipi Raeesha, kali ini lebih keras hingga membuat Raeesha terhuyung.
"LANCANG SEKALI KAMU BICARA, MEREKA KELUARGA KAMU TIDAK SEPANTASNYA KAMU MENGATAKAN MEREKA ULAR, RAEESHA."
Raeesha tertawa hambar, " Lantas apa julukan yang pantas untuk mereka? Mereka telah merebut semuanya dariku bahkan mereka membuat anda semakin membenci saya, apa mereka masih pantas di sebut keluarga heh?"
BUGH.
Bukan jawaban yang Raeesha dapat melainkan tonjokan di perutnya yang membuat tubuhnya limbung dan jatuh ke lantai.
"Semakin hari ucapan kamu semakin keterlaluan, Raeesha. Papah tidak menyangka bisa memiliki putri seperti, kamu jika saja kamu tidak lahir pasti hidup Papah tidak akan menderita seperti ini!" sentak Luke.
"Pfft menderita? apa saya tidak salah dengar. Di sini saya korbannya bukan anda, bisa-bisanya anda berbicara seolah-olah anda yang paling tersakiti," Raeesha tertawa sinis .
Sedangkan di ruang keluarga ibu tiri dan adik tirinya sedang tersenyum kemenangan melihat ayah dan anak yang saling beradu argumen.
Raeesha kembali berdiri dan menatap marah pada papahnya, "Saya muak selalu menjadi orang yang di salahkan, bahkan anda yang seharusnya menjadi panutan untuk saya sama sekali tidak menunjukan peran anda sebagai orang tua. Jika saja saya bisa memilih lebih baik saya menjadi yatim piatu dari pada harus hidup dengan orang seperti kalian."
Mendengar ucapan tersebut amarah Luke membumbung tinggi, dia mengambil vas bunga yang ada di sampingnya dan melemparnya hingga mengenai mata kanan Raeesha.
PRAANG.
Tubuh Raeesha kembali terhuyung, dia memegangi mata kanannya yang terasa sakit dan perih, Di saat Raeesha berusaha mengatasi rasa sakitnya. Tiba-tiba kepalanya di tarik secara paksa dan di benturkan pada sudut meja hingga berkali-kali.
"LEBIH BAIK KAMU MATI, RAEESHA. SAYA TIDAK SUDI MEMILIKI PUTRI SEPERTIMU."
DUAGH. DUAGH. DUAGH.
BRAAK.
Tubuh Raeesha di lempar dengan kasar ke arah piano yang ada di ruangan tersebut, sayangnya leher Raeesha berhasil membentur sisi piano itu hingga membuat kesadaran semakin menipis.
'Jadi pada akhirnya gue mati di tangan ayah kandung gue sendiri? Haha takdir yang sangat lucu. Bahkan gue belum sempat merasakan apa itu bahagia.' Batin Raeesha sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Sondang Meyer
kenapa sih author novel2 ini pada bilang papa harus papah....mama jadi mamah....geliii jadinyaa...yg alami aja lahhh...ga ush lebay/Drowsy//Drowsy/
2024-10-20
0
Buke Chika
menyedihkan
2024-10-18
0
xxeyra
tolong Thor ad part penyesalan ayah raeesha
2024-10-13
0