Pagi itu memiliki embun yang menetes tanpa harus diminta. Kebahagiaan itu memiliki arti ketulusan tanpa di rencanakan. Sama halnya hati yang memiliki cinta tanpa harus diminta meskipun terkadang menyakitkan.
Menerima perjodohan dari keluarganya untuk menikah dengan gus Hilal, yang memang laki-laki pertama dalam hidupnya, membuat Khalifa merasa bahagia.
Walaupun gus Hilal seorang duda, akan tetapi bagi Khalifa yang memang mencintai karena Allah, ia bersedia dan yakin akan sanggup menerima semua konsekuensi nya.
Namun pada malam pernikahan mereka, suaminya mengatakan dia hanya menganggapnya sebagai adik perempuan...
Khalifa mengerti bahwa Hilal masih belum melupakan mantan istrinya yang telah meninggal, mencoba untuk paham, akan tetapi masalah selalu datang silih berganti.
Bagaimana Khalifa melewati pernikahannya dengan ditemani seorang suami yang masih belum bisa melepaskan masa lalunya?
Sanggupkah Khalifa dengan tekat awalnya untuk tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
...~Happy Reading~...
“Mas—“
“Kenapa Aca menangis?” Laki laki yang tak lain adalah Hilal itu, segera mendekati ranjang tempat tidur istrinya. Mendudukkan diri tepat di samping sang putri yang sedang menangis sesenggukan.
“Hanya sedikit salah paham,” kata Khalifa.
“Salah paham apa?” Hilal mengerutkan dahi nya.
“Bunda buang foto na ibu di kamal. Bunda gak bulehin Aca punya foto Ibu hiks hiks, Bunda gak sayang sama Ibu, Ayah hiks hiks.” Aca langsung bangkit dan meminta pangku kepada ayah nya.
Saat itu juga, Hilal langsung terkejut lantaran suhu tubuh Aca yang begitu tinggi, di tambah perkataan putri nya membuat Hilal tanpa sadar langsung menatap tajam kepada istrinya.
“B—bukan begitu Mas, aku hanya—“
“Jadi kamu yang memindahkan foto di kamar?” Hilal langsung memotong perkataan Khalifa, “Kamu tau kan Fa, gimana Aca menginginkan foto itu? Kenapa kamu tidak bicara dulu padaku? Kenapa kamu harus mengambil tindakan sendiri seperti ini, Khalifa!”
“Mas, tapi aku hanya—“
“Kamu cemburu dengan Kirana?” lagi lagi Hilal memotong perkataan Khalifa, “Ini juga sebab nya kamu seharian tidak pulang? Kamu lebih memilih diam disini, astagfirullah Khalifa. Sungguh aku gak nyangka kalau kamu memiliki hati sejahat ini.” Imbuh Hilal menggelengkan kepala.
Khalifa terdiam, wanita itu hanya bisa menundukkan kepala nya. Memang benar, dirinya sangat jahat, tidak sepantasnya ia cemburu kepada Kirana, dan juga tidak seharusnya ia menyimpan foto Kirana kala itu.
Seharusnya, waktu itu Khalifa tidak nekat untuk maju. Seharusnya, saat itu Khalifa sadar bahwa sampai kapan pun ia tidak akan bisa menggantikan posisi Kirana.
Dan seharusnya, ia sudah mundur kala itu, tapi mengapa ia harus maju? Mengapa Khalifa bisa memiliki keyakinan yang begitu tinggi, bahwa Hilal akan berubah mencintai nya.
Saat Hilal dan Khalifa berdebat, tiba tiba pelukan di tubuh Hilal perlahan merenggang dan sedetik kemudian, tangan putri yang di pangkuan nya melemas dan terjatuh.
“Nasha! Sayang! Hey bangun Nak,” Hilal berusaha mengguncang tubuh putri nya, namun tidak mendapatkan respon sama sekali.
“Astagfirullah, Mas Aca pingsan! Kita bawa ke rumah sakit!”
“Bahkan Aca sakit pun kamu tidak mau memberitahuku! Kenapa Khalifa!” seru Hilal dengan nada suara yang begit tinggi, membuat pergerakan Khalifa seketika langsung terhenti.
Nafas Hilal memburu, dengan cepat ia menggendong Putri nya dan membawa nya keluar untuk mencari orang. Sementara itu Khalifa yang mendapatkan bentakan dari suami nya hanya bisa terdiam.
Dirinya juga tidak tahu jika Aca tengah demam. Ia baru tahu beberapa saat yang lalu, dan apakah Hilal tidak melihat kompres yang masih berada di dahi Aca, itu sudah menjadi bukti bahwa dirinya perduli dan sayang kepada Aca.
Tapi kenapa Hilal justru malah menyalahkan nya. Laki laki itu terlalu sibuk dengan haul mendiang istrinya. Sampai melupakan istri dan anak nya, tapi justru Khalifa lah yang di salahkan. Menuduh yang bukan bukan tanpa mau mendengarkan penjelasan terlebih dulu.
Khalifa menarik napas nya cukup panjang, segera menghapus air matanya lalu bergegas turun untuk menyusul anak dan suami nya. Walau sakit hati yang di rasakan nya cukup membuat nya hampir tak bisa bernafas, namun Khalifa tetap perduli dengan putri sambung nya.
“Khal, kamu mau kemana?” Langkah kaki Khalifa di tahan oleh sang ayah ketika ia hendak mengejar mobil yang sudah melaju dengan cukup kencang di halaman pondok.
“Abi, Khalifa mau ikut Aca ke rumah sakit,” Wanita itu menatap wajah ayah nya dengan mata berkaca kaca.
Sekuat hati ia menahan agar tidka jatuh, namun ketika mendapatkan tatapan yang begitu lembut dari ayah nya, kini Khalifa merasa sudah tak mampu lagi untuk menahan.
“Sayang, kamu gapapa?” tanya abi Mike sekali lagi membuat tangisan Khalifa langsung pecah. Wanita itu segera memeluk ayah nya dengan begitu erat menumpahkan rasa kesal dan sesak yang sejak tadi ia rasakan seorang diri.
Sementara itu, abi Mike yang sudah lama tidak melihat putri nya menangis kini langsung terdiam. Meskipun Khalifa begitu lemah lembut, tapi ia sangat jarang menangis. Berbeda dengan Maira yang terlihat begitu bar-bar tapi sangat cengeng.
...~To be continue .......