Magika dan Azzrafiq tak sengaja bertemu di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya.
Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka melakukan hal-hal gila yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, mereka melakukannya atas dasar kesenangan belaka.
Keduanya berpikir tak akan pernah berjumpa lagi dan hanya malam ini saja mereka bertemu untuk yang pertama sekaligus yang terakhir.
Namun takdir berkata lain, Magika dan Azzrafiq dipertemukan lagi, karena mereka diterima di kampus yang sama dan lebih tak disangka lagi mereka satu jurusan, tapi keduanya tidak saling mengenali karena saat pertemuan malam itu, mereka dalam pengaruh alkohol yang membuat keduanya tak ingat apa yang telah terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengagumkan, Melemahkan Aku Melihat Tatap Matanya
Empat bulan berlalu, setelah kejadian malam syahdu itu, Magika tak pernah bertemu lagi dengan Azzrafiq, dan yang tak habis pikir, setiap malam lelaki itu selalu menghantuinya melalui mimpi, seakan kejadian malam itu terus berulang setiap harinya ketika Magika tertidur.
Masih terasa sangat jelas ciumannya bersama Azzrafiq, namun sayangnya Magika tak pernah ingat dengan wajah lelaki itu, sekuat apapun dia berusaha mengingatnya.
Dia sangat salut pada Azzrafiq karena masih menghormatinya, lelaki itu tak menyentuhnya selama dirinya tak sadarkan diri, zaman sekarang mana ada lelaki yang seperti itu?
Padahal begitu banyak kesempatan untuk Azzrafiq berbuat sesuka hati padanya, tapi apa yang dilakukannya benar-benar sesuatu yang sangat langka, dan hal itu yang membuat Magika semakin kagum pada Azzrafiq yang pada saat itu mengaku namanya Edward.
"Seandainya hp aku gak ilang, aku pasti bakalan cari kamu Edward, sampai ketemu di dalam mimpi." Gumam Magika yang sudah bersiap untuk tidur, dia tahu akan didatangi Azzrafiq dalam mimpinya, karena memang setiap malamnya selalu seperti itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Azzrafiq terbangun dari tidurnya dengan keadaan sekujur tubuh yang basah oleh keringat, dia bermimpi bertemu lagi dengan Magika dan kali ini, dia berhasil menaklukkannya, tapi wajah Magika tampak buram, sampai saat ini Azzafiq masih belum mengetahui keberadaan wanita itu.
"Mimpi yang sempurna, cuma kenapa muka Bella masih belum jelas?" Ucap Azzrafiq sambil tersenyum senang, sebelum beranjak dari tempat tidur, dia menggeliatkan tubuhnya.
Selama beberapa bulan ini Azzrafiq mencari tahu siapa Magika yang dia tahu itu Bella, namun tak pernah ada lagi kabar tentang wanita itu, seolah hilang bagaikan di telan Bumi.
Hubungannya bersama Bianca mulai terasa jenuh, dan semakin menjauh, hati Azzrafiq saat ini malah tertuju pada Magika. Dia selalu berharap bertemu dengan wanita itu apapun keadaannya.
Azzrafiq mengecek ponselnya yang berada di bawah bantal, tak ada notifikasi pesan dari Bianca, kekasih yang telah dia pacari hampir dua tahun lamanya.
"Kemana sih tuh anak? Ngilang terus, giliran diputusin langsung muncul beserta khodamnya." Gerutu Azzrafiq.
Lagi-lagi Bianca mengabaikannya, perasaan tidak karuan menemaninya pagi ini, bukan karena Bianca tetapi karena dia baru saja memimpikan Bella, dengan malas Azzrafiq turun dari tempat tidurnya dan melangkah menuju kamar mandi.
Azzrafiq berkaca melihat wajahnya yang tampak berantakan, dia membasuh wajahnya dengan facial wash yang diberikan oleh Bianca. Azzrafiq selalu menuruti perkataan Bianca mengenai perawatan wajahnya.
Selesai mandi, dia berpakaian seadanya, dia memakai kaus oblong yang dibalut dengan jaket jeans dan celana jeans yang sobek di lututnya, peraturan kampus mengharuskan untuk memakai pakaian rapi, jika ingin menggunakan kaos pun harus yang berkerah, tapi Azzrafiq tak memedulikan aturan yang satu itu.
"Yakin lo, ke Kampus pake baju gituan?" Tanya Yudhistira seraya memperhatikan pakaian Azzrafiq.
"Palingan juga kalo Dosen ngeliat gue, langsung diusir." Jawab Azzrafiq pasrah.
"Niat gak sih lo kuliah?"
"Kagak, oh ya si Maul udah pergi?"
"Udah dari tadi, lo kan tahu dia ambis banget jadi tentara, jadinya pagi buta dia udah berangkat, disiplin nomor satu soal Dosen belum datang nomor dua." Sahut Yudhistira.
"Oh, gue berangkat dulu." Azzrafiq berpamitan dengan wajah yang muram.
Azzrafiq keluar dari kost nya, dan berjalan menuju kampus, beberapa orang yang mengenalnya menyapanya sepanjang jalan. Begitu juga para wanita yang mengagumi ketampanannya tak terlewat menyapanya.
"Azzrafiq." Sapa seorang wanita ketika Azzrafiq berjalan menuju Gedung perkuliahan.
Azzrafiq mendongakkan kepalanya barangkali saja dia mengenali orang yang menyapanya. Ternyata dia tak kenal, wanita itu mendekatinya dan memberikan sebuah papper bag padanya.
Azzrafiq bingung, apakah dia harus menerimanya? Rasanya seperti ditodong, bahkan dia saja lupa siapa wanita yang ada di hadapannya ini, tak mungkin juga dapat menolaknya.
"Itu makanan buat sarapan kamu dan bikinan aku sendiri loh, dimakan ya." Ucap wanita itu dengan nada sedikit menekan.
Dengan sungkan dan dicampur bingung Azzrafiq menerimanya. "Kamu jualan?"
Wanita itu terkekeh. "Bukan, ini untuk kamu."
"Oh.. makasih, tapi lain kali gak usah repot-repot begini, saya duluan ya." Ucap Azzrafiq seraya akan meninggalkan wanita itu.
"Oh ya Azzrafiq..." Tahan wanita itu.
Terpaksa Azzrafiq menolehkan kepalanya lagi pada wanita itu. "Ya kenapa?"
"Boleh minta nomor handphone nya?"
Azzrafiq menaikkan sebelah alisnya, dia menggaruk rambutnya sambil mencari alasan untuk tidak memberikannya.
"Saya gak hafal nomor saya, hp nya ada di tas, Saya lagi buru-buru, maaf ya." Ucap Azzrafiq seraya melanjutkan langkahnya menuju gedung perkuliahan.
Keadaan kelas masih belum terlalu ramai, hanya ada beberapa teman-temannya yang baru datang, Azzrafiq duduk paling depan, dia membuka papper bag yang diberikan oleh wanita tadi, dan mengeluarkan wadah yang ada di dalamnya, isinya onigiri terlihat sangat menarik, kebetulan juga dia belum sarapan.
"Tumben bawa bekal." Seru Maulana yang baru datang.
Azzrafiq menawarkannya pada Maulana sambil melahap onigiri. "Lumayan nih rasanya."
"Jangan bilang ada yang ngasih lagi, enak banget jadi lo." Seru Maulana seraya mengambil onigiri yang diberikan Azzrafiq.
"Biasalah, namanya juga rezeki anak sholeh."
"Lagak lo, kayak yang iya aja sholeh." Protes Maulana.
"Bukannya lo udah duluan pergi ya tadi, kok duluan gue yang nyampe kelas?" Tanya Azzrafiq heran.
"Nganterin dulu si Daphnie tadi, hati-hati tuh makanan ada peletnya." Celetuk Maulana sambil tertawa.
Baru terpikirkan olehnya, sudah setengah dimakan, Azzrafiq tak melanjutkan makannya lagi. Tiba-tiba rasa laparnya hilang ketika mendengar celetukkan Maulana.
"Buat lo aja semuanya, sama tempat-tempatnya juga tuh." Kata Azzrafiq.
"Hahaha gitu doang juga langsung terpengaruh, gue cuma bercanda Fiq."
"Males, selera makan gue jadi hilang." Ucap Azzrafiq ketus.
"Jangan sampe kambuh lagi tuh sakit maag." Maulana memperingati.
Tetap saja tak mempengaruhi Azzrafiq yang sudah kadung tak nafsu makan, dia terlalu was-was, bisa saja makanan itu memang ada apa-apanya. Walaupun terkesan konyol, dia bertekad mulai saat ini, tak akan sembarangan menerima pemberian dari orang yang belum dia kenal.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah selesai bersolek, Magika segera bersiap untuk berangkat, sebelumnya dia sarapan terlebih dahulu karena Tante Karina sudah menyiapkannya di atas meja makan.
Selama kuliah, Magika tinggal bersama dengan Tante dan Om nya, karena mereka tidak memiliki anak, jadi dengan senang hati Tante dan Om membolehkannya tinggal di sana, dan sudah menganggapnya seperti anak mereka sendiri.
Jarak rumah orang tua Magika cukup jauh dengan kampus, walaupun masih bisa ditempuh, rasanya akan membuat hidupnya tua di jalan.
"Gee, nanti pulang kuliah jam berapa?" Tanya Tante Karina.
"Biasa Tante sore, kalo ada tugas kelompok mungkin bisa malam pulangnya." Jawab Magika sambil memakai sepatu converse nya.
"Kalo gitu kamu bawa makanan ya, Tante udah beli kemaren camilan kesukaan kamu." Seru Tante Karina seraya memberikan sekotak camilan coklat chic-choc pada Magika.
"Waaah makasih Tante, Magika pergi dulu ya, Assallamualaikum." Magika pamitan seraya berjalan keluar pintu.
"Walaikumsalam, hati-hati ya Gee." Teriak Tante Karina dari dalam rumah.
Magika memakai helm sebelum pergi menggunakan scooter vespa kuningnya, dia menghidupkan mesinnya dan melesat keluar perumahan, ketika sampai di jalan raya yang besar, dia sudah disambut dengan antrean panjang mobil dan motor.
Suara klakson yang saling bersahutan mewarnai pagi hari Magika yang akan berangkat ke kampus, belum lagi asap dari bus Damri yang hitam pekat mengepul ke udara.
Suasana jalanan hari senin, di Bandung Timur yang membuat sedikit gila para pengendara jalanan, karena dikejar waktu mereka berebutan jalan saling mendahului.
"Tua di jalan aku, bisa-bisa nyampe kampus aku sudah punya cucu." Gerutu Magika yang terjebak macet.
Akhirnya Magika sampai juga di kampus, normalnya hanya butuh waktu sepuluh menit berangkat dari rumah Tante Karina, tapi karena macet, dia menghabiskan waktu hingga tiga puluh menit untuk sampai ke kampus.
Sebelum masuk Gedung perkuliahan, Magika berkaca pada spion untuk merapikan rambutnya, dirasa sudah sangat telat dia berjalan dengan cepat.
Di dalam Gedung perkuliahan, banyak mahasiswa yang berlalu lalang untuk masuk kelas mata kuliah yang akan diambil, dan masih banyak lagi yang sibuk dengan urusannya masing-masing.
Di tengah terburu-burunya, Magika masih sempat melirik seorang lelaki yang mengalihkan perhatiannya, dia melihat lelaki itu karena penampilannya yang berbeda dengan Mahasiswa lainnya.
Ke kampus pake jaket denim dan kaos oblong biasa, kok bisa sampai gak ditegur Dosen? Mana celana jeansnya sobek-sobek pula. Batin Magika.
Magika melambatkan laju langkahnya, sambil menatap lelaki yang membuatnya terpesona. Ya lelaki itu Azzrafiq, lelaki yang selama ini dia cari, namun karena Magika tak ingat wajahnya, dia hanya menatap penuh kagum, seolah pertama kalinya bertemu lelaki tampan itu.
Azzrafiq yang sedang bersandar di dinding kelas yang akan dimasukinya, hanya fokus memainkan ponselnya, dia tak sadar ada seseorang yang sedang memperhatikannya.
Magika berjalan di hadapannya sambil mencuri pandang menatapnya, tiba-tiba seseorang menyenggol bahunya cukup keras, hingga membuat charm bracelet miliknya terjatuh tepat di kaki Azzrafiq.
"Aww." Rintih Magika seraya mengusap bahunya.
Azzrafiq tersentak dengan suara benda yang terjatuh didekatnya, dia melihat sebuah gelang tergeletak di antara sepatunya, lalu berjongkok untuk mengambilnya.
...(Charm Bracelet Harry Potter milik Magika)...
Azzrafiq melihat ada wanita yang berdiri di hadapannya, mungkin itu pemilik gelang yang jatuh ini, gelang itu mengingatkannya pada Bella, karena modelnya sama seperti gelang Bella yang tertinggal di Hotel, dia mendekati wanita itu untuk mengembalikannya.
Magika masih sibuk mengusap-ngusap bahunya, lalu menolehkan kepalanya pada Azzrafiq yang kini berada di sampingnya, keduanya saling bertatapan, mata Azzrafiq seketika terperangkap oleh kedua mata Magika yang indah mempesona.
Azzrafiq terpikat oleh kecantikan wanita berkulit sawo matang tersebut hingga berhasil membuatnya terdiam dan membeku.
Azzrafiq langsung jatuh hati, Magika begitu tampak sangat mengagumkan bagi dirinya.
Begitu juga yang dirasakan Magika, ketika menatap wajah Azzrafiq sedekat ini, dia merasa dunia berhenti berputar, dan membuat jantungnya berdebar dengan kencang.
Azzrafiq merasa familiar, apakah mereka pernah saling bertemu sebelumnya? Apakah itu Bella?
Azzrafiq menepiskan pikirannya, yang mempunyai dan menyukai gelang seperti ini pasti bukan hanya Bella, dia segera tersadarkan dan mengembalikan gelang yang terjatuh tadi pada pemiliknya, dia khawatir Magika malah risi diperhatikan olehnya.
"Ini gelang punya kamu?" Tanya Azzrafiq memecahkan lamunan Magika.
"Oh iya, thank's ya udah ngambilin." Sahut Magika yang tersadarkan ketika terlalu lama menatap Azzrafiq.
Azzrafiq memberikan charm bracelet itu pada Magika. "Iya sama-sama."
Magika menerima charm braceletnya sambil tersenyum dan memperlihatkan lesung pipi di wajahnya, yang membuatnya tampak semakin manis, Azzrafiq kian terpikat olehnya, lalu wanita itu lanjut pergi dan meninggalkan jejak wangi parfum aroma baby powder, wangi yang sangat menarik dan unik bagi Azzrafiq.
"Kayaknya wangi ini, gue pernah cium sebelumnya." Gumam Azzrafiq seraya mengingat-ingat, pupil matanya melebar ketika dia ingat itu wangi parfum Bella.
"Apa itu Bella? Tapi kalo iya Bella, dia pasti ingat gue, tapi tadi tuh cewek kayak baru pertama kali lihat gue, mungkin yang punya wangi itu bukan cuma Bella." Azzrafiq coba menerka-nerka.
Ketika akan melangkah, Azzrafiq menginjak sesuatu yang keras di bawah sepatunya, dia memundurkan kakinya dan mendapati bagian dari gelang wanita tadi yang tertinggal, lantas dia mengambilnya untuk dikembalikan pada pemiliknya, memberikan kesempatan padanya untuk bertemu lagi dengan wanita yang berhasil mengalihkan dunianya.
"Bentuknya kayak topi seleksi di Harry Potter." Ucap Azzrafiq sambil tersenyum, lalu menyimpan charm yang terjatuh itu ke dalam saku jaket jeans-nya.
Magika berjalan sambil tersenyum menahan rasa kagumnya pada lelaki itu, Tuh cowok semester berapa dan jurusan apa ya? He is so adorable, tapi kok kayak familiar gitu ya wajahnya? Batin Magika.
Di dalam kelas, Magika menebarkan senyum yang sumringah karena baru saja bertatapan dengan lelaki yang berhasil mengalihkan dunianya, dia duduk paling depan, bangkunya sudah dicarter oleh teman-temannya untuk dirinya.
"Kenapa Gee kok kelihatan berseri-seri gitu?" Tanya Vanilla dari bangku sebelah kiri yang Magika duduki.
"Lagi semangat aja Nill." Jawab Magika seadanya.
"Semangat banget kayaknya, sampe dari jauh kelihatan senyum-senyum sendiri." Zea menimpali, mengingat Magika selalu menunjukkan wajah letih ketika masuk kelas karena bergelut dengan kemacetan sebelumnya."Tinggal Alin yang belum datang." Sambung Zea yang tampak sedang membalas pesan dari ponselnya.
"Kayak yang lagi banyak uang aja senyumnya." Celetuk Vanilla.
Magika terkekeh."Emangnya senyum yang lagi banyak uang kayak gimana sih?"
"Kayak kamu tadi." Tukas Vanilla.
Zea menoleh pada Magika dan Vanilla setelah selesai dengan ponselnya."Kalo yang aku lihat sih kayak orang yang lagi jatuh cinta."
"Dua-duanya sama-sama bikin bahagia sih, punya banyak uang sekaligus jatuh cinta." Sahut Vanilla.
"Uang muluk perasaan." Gerutu Zea.
"Yang aku butuhkan hanya uang, uang dan uang." Celetuk Vanilla.
Magika memakaikan kembali charm bracelet pada tangannya, namun ada yang hilang salah satu charm nya yang berbentuk topi seleksi di Harry Potter.
Charm bracelet milik Magika bertema Harry Potter, padahal charm bracelet yang dia pakai hari ini salah satu gelang kesayangannya, karena sulit didapatkan, dia sampai harus jauh-jauh ke Korea untuk membelinya.
Karena pada saat itu online shop masih kurang eksistensinya jadi barang yang di inginkan belum mudah didapat seperti saat ini.
"Ish jadi ompong gini kelihatannya." Gerutu Magika.
Magika kembali keluar kelas untuk mencarinya, siapa tahu masih ada dan tergeletak di lantai dimana tadi gelangnya terjatuh, namun ketika sedang mencarinya, Dosen yang mengajar di kelasnya sudah datang dan melewatinya, terpaksa Magika kembali menuju kelas dengan tangan kosong, dia berjalan menyusul Dosen sebelum beliau menutup pintu kelas.