Cantik dan kaya, dua hal yang tidak dimiliki oleh Anjani. Hal ini membuatnya diperlakukan secara tidak adil oleh suami dan keluarganya. Dihina, diselingkuhi dan diperlakukan dengan kasar, membuat Anjani akhirnya menyerah.
Keputusan bercerai pun di ambil. Sayangnya, sesuatu hal buruk terjadi pada wanita itu dan membawanya bertemu dengan seorang Kelvin Stewart yang merubah hidupnya.
Keinginannya saat ini hanya satu, yaitu membalaskan dendamnya pada Andrew Johanson Sanjaya, mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naya_handa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana
“Hey, kok senyum-senyum sendiri? Kayaknya happy banget kamu Mas,” tanya Cheryl saat melihat suaminya tersenyum di depan cermin. Wanita yang masih berada di atas ranjang dan sedang memainkan ponlnya itu, segera mendekat pada Andrew yang sedang mematut dirinya sebelum berangkat kerja.
“Gak apa-apa. Aku cuma lagi ngerasa seneng aja pagi ini,” sahut Andrew dengan santai. Ia masih merapikan dasinya, bagian yang selalu sulit untuk dilakukan sendiri.
“Emang Mas mimpi apa semalam?” Cheryl segera mengambil alih dasi itu. Ia membalik tubuh suaminya menghadap dirinya, lalu mengikatkan simpul itu dengan rapi.
Andrew menatap wajah sang istri yang ada di hadapannya lantas memalingkan wajahnya, lebih memilih becermin. “Mimpi apa ya? Aku juga lupa.” Laki-laki itu berujar dengan santai.
“Hem, gak bisa ya nyenengin aku dikit aja? Bilang kek kalau Mas mimpiin aku.” Cheryl mulai merajuk dengan bibir yang mengerucut sambil mengusap dada bidang sang suami, lantas bersidekap memandangi Andrew yang terlihat segar pagi ini. Laki-laki ini mandi basah, padahal mereka tidak melakukan petualangan semalam.
“Ya ampun sayang, kalau kamu sih gak usah aku mimpiin, kan jelas ada di depan aku.” Andrew berusaha membujuk, ia tidak mau mood istrinya jelek yang akibatnya, dirinya sendiri yang akan di buat pusing seharian.
“Bisa aja kamu,” ucap Cheryl seraya menjawil hidung suaminya dan mengecup bibir Andrew singkat. Andrew membalasnya, sambil meraih tengkuk Cheryl untuk merapatkan jarak mereka.
“Mamamamama….” Suara si kecil tiba-tiba menjadi gangguang di tengah-tengah kesenangan mereka.
“Hahahaha… dia udah bangun. Aku cek dia dulu,” Cheryl terpaksa melepaskan pagutannya dan menghampiri sang anak yang baru terbangun. Ia segera memeriksa Leon yang masih berada di box bayinya. Bayi berumur enam bulan itu tampak sudah segar. Tangan gempalnya menepuk-nepuk satu sama lain.
“Morning prince….” Sapa lembut Cheryl. Ia segera menggendong Leon dan mengecupinya.
“Hey, princenya Papa, udah bangun aja. Sama Mama dulu yaa, soalnya Papa udah harus berangkat ke kantor,” ujar Andrew saat melihat sang putra yang mengulurkan tangannya minta di gendong.
“Iya Papa, Papa kerja dulu aja biar aku sama Mama bisa shopping.” Cheryl dengan suaranya yang di buat seperti kecil.
“Mau ke mana? Ke Singapore?” tawar Andrew tiba-tiba.
“Singapore? Kenapa Singapore? Kemaren Mas males-malesan di ajak ke Singapore,” tanya Cheryl dengan kesal. Ia masih ingat bagaimana sulitnya membujuk Andrew untuk menemaninya ke Singapore, padahal acara yang harus ia hadiri sangat penting. Ia sedang berusaha mendapatkan tawaran untuk menjadi BA parfum terkenal setelah vaccum beberapa bulan ini.
“Yaaa, karena sekarang aku pikir kalau Singapore gak seburuk itu.” Andrew beralasan.
“Heemm, jadi boleh nih ke Singapore lagi?”
“Iya, boleh!”
“Bulan depan boleh?”
“Ya boleh. Minggu depan juga ayok.” Andrew terlihat sangat bersemangat.
“Aaakkk… makasih… kita ajak Leon yaaa, biar dia main juga. Kasian di tinggal terus.”
“Kita bertiga aja kan?”
“Nggak laaah, sama susternya juga dong. Mau siapa yang gantiin popok, mandiin sama nyuapin Leon kalau bukan susternya? Males aku, aku maunya happy-happy berdua aja sama Mas,” ujar wanita itu dengan santai. Semua tugas itu memang di pegang oleh susternya. Cheryl hanya menemani Leon tidur dan bermain. Asi pun tidak ia berikan karena takut dua harta berharganya jadi mengendur.
“Hem, ya udah. Terserah kamu,” seperti biasa, Andrew akhirnya mengalah.
“Yeaaayyy!!! Makasih Papa. Kiss Papa nak,” Cheryl menyodorkan Leon pada Andrew dan bayi kecil itu pun menjilat pipi Andrew hingga basah.
“Hahahaha….” Mereka tertawa bersamaan melihat tingkah menggemaskan Leon. Hanya ini pengobat hati Andrew.
Dalam perjalanan menuju kantor, Andrew masih senyum-senyum sendiri. Cheryl benar, kalau ia mimpi indah semalam. Hanya saja, mimpi indahnya bukan bersama Cheryl, melainkan dengan seorang wanita yang ia temui sekilas saat di Singapore.
Andrew langsung melakukan pencarian melalui tabletnya. Duduk di belakang benar-benar membuat Andrew leluasa. Ia mencari sebuah profil media sosial wanita bernama Jharna itu. Hanya sepenggal nama itu yang ia tahu. Tidak ada nama belakang yang bisa mempermudah pencariannya.
“Gak mungkin kan, dia gak punya medsos?” Andrew bertanya sendiri. Sudah beberapa hari ini ia mencari akun Wanita itu, tetapi belum juga ia temukan. Namun, meskipun demikian, ia tidak patah semangat. Ia mencari akun Jharna melalui akun brand parfum itu. Wajah Andrew berubah cerah saat ternyata ada dua foto Jharna yang dipajang di akun tersebut.
Andrew tersenyum kecil, menopang dagunya dengan tangan kiri sambil memandangi wajah Jharna yang semalam hadir di mimpinya. Tidak ada akun medsos yang di tag brand itu, hanya nama wanita itu saja yang dicantumkan sebagai ‘Jharna Mikayla.’
“Nama yang cantik, seperti orangnya,” gumam Andrew. Ia masih mengingat bagaimana mimpinya semalam begitu indah dan panas. Ia bisa memeluk wanita itu, mengecup bibirnya yang tipis lalu mengusap punggung yang putih halus tanpa sehelai benangpun. Telinganya seolah mendengar kalau Wanita itu mendes4hkan Namanya. Akh, bulu kuduknya masih meremang sampai saat ini. Adik kecilnyapun ikut berkedutan. Harus Andrew akui, kalau wanita itu membuatnya tertarik bahkan sejak pada pandangan pertama. Matanya yang bulat, seolah ikut tersenyum saat memperkenalkan dirinya. Kapan ia bisa bertemu kembali dengan wanita itu, apa mungkin ia harus kembali ke Singapore siang ini, hanya untuk mencari wanita itu?
Di dalam bus yang sedang melaju kencang, wanita yang di bayangkan Andrew sedang melamun seorang diri. Beberapa saat lalu ia memutuskan untuk menjelaskan semuanya pada sang ibu. Seolah ikatan batin mereka memang sangat kuat, hingga sang ibu langsung percaya kalau Jharna yang sekarang memang seorang Anjani. Katanya perasaan seorang ibu tidak bisa dibohongi dan itu benar adanya.
Jharna menjelaskan apa yang terjadi pada dirinya sebagai sebuah kecelakaan. Ia tidak mengatakan kalau itu sebuah usaha pembunuhan. Ia tidak mau sang ibu semakin bersedih. Hanya saja ia menegaskan pada sang ibu kalau ia mungkin akan berpisah dengan Andrew. Suaminya sudah menikah lagi dan hidup terpisah di rasa lebih baik.
Berbekal izin sang ibu, Jharna berniat menghubungi kembali pengacaranya untuk menanyakan status perceraiannya dengan Andrew. Ia tahu ini akan mengagetkan bagi pengacaranya, karena itu Jharna akan mencari waktu yang tepat untuk menemui pengacaranya secara langsung.
Perjalanan beberapa jam, membawa Jharna tiba di terminal bus. Ia segera turun, bergantian dengan penumpang lainnya. Langkahnya sempat terjeda saat ia melihat seseorang melambaikan tangannya. Seorang laki-laki yang kemudian berlari menghampirinya. Siapa lagi kalau bukan Kelvin. Laki-laki itu benar-benar menjemput Jharna ke terminal bus.
“Hay,” sapa Kelvin saat mereka sudah berdiri berhadapan.
“Hay,” sahut Jharna.
“Gimana gimana kabar kamu sama ibu?” laki-laki itu segera bertanya. Ia juga mengambil alih tas ransel di tangan Jharna lantas berjalan bersisian menuju tempat parkir.
“Baik. Beliau titip salam buat kamu, katanya makasih udah nyelamatin dan nolongin aku. Gak tau lagi gimana caranya buat ngebalas kebaikan kamu," ungkap Jharna dengan penuh perasaan.
Kelvin mengernyitkan dahinya mendengar ucapan Jharna. “Beliau tau, kamu Anjani?”
Jharna mengangguk pasti. “Aku udah certain semuanya, kecuali alasan aku jatuh ke laut. Aku gak sampe hati bilang sama ibu kalau itu usaha pembunuhan.” Jharna mengatakan yang seadanya.
"Awas!" tiba-tiba saja Kelvin menarik tangan Jharna, saat seorang laki-laki yang membawa bawaan berat di tangannya nyaris menyenggol Jharna. Tubuh Jharna saat ini berada di dekapan Kelvin dengan jarak yang sangat dekat. Mata keduanya saling bertatapan, membuat kegelisahan di hati keduanya kembali terasa.
"Thanks," Jharna segera menegakkan tubuhnya, ia terlihat salah tingkah dan tersenyum dengan canggung.
Terlihat Kelvin menghembuskan napasnya lega, ia melingkarkan tangannya di bahu Jharna lalu mengusapnya pelan untuk menyemangati wanita itu. Jharna hanya tersenyum kecil mendapat perlakuan manis dari Kelvin. Apa hanya Jharna yang merasa jantungnya berdebar kencang saat Kelvin ada di dekatnya?
Wanita itu memandangi Kelvin yang mengajaknya kembali berjalan tanpan mengatakan apa pun. “Masuklah,” ujar Kelvin sesaat setelah membukakan pintu.
Jharna segera masuk dan tidak lama disusul Kelvin. Kelvin mulai melajukan mobilnya keluar dari tempat parkir lantas berbaur dengan kendaraan lainnya.
“Kamu masih tinggal di hotel, Vin?” tanya Jharna penasaran.
“Iya. Rencananya hari ini aku mau ngajak kamu nyari rumah. Mungkin sorean, setelah kamu istirahat dulu.” sambil mengemudikan stirnya, kelvin menoleh Jharna.
“Eem, aku boleh gak ikut menentukan tempat tinggalnya?” Jharna terlihat ragu-ragu, tetapi keinginannya jelas sangat kuat.
“Boleh. Kamu mau tinggal di daerah mana?”
Jharna tidak lantas menjawab, ia hanya tersenyum lantas melihat ke luar jendela. Mata Kelvin jadi memincing, penasaran dengan tempat tinggal yang akan di pilih Jharna.
****
ingat di ujung cambuk kehidupan ada emas berlian intan menanti mu✌️