Mencintai Kakak Ipar Suamiku

Rion langsung menuju ke rumah Mayang ketika mendapatkan kabar dari art yang mengatakan jika Mayang pingsan di kamar mandi.

Rion menghubungi Brian teman SMA nya yang merupakan dokter kandungan. Untuk datang ke rumah Mayang.

Saat sampai di rumah, Rion belum melihat mobil Brian terparkir. Ia segera berlari menuju ke dalam rumah dan mendatangi kamar Mayang.

"Sayang kamu kenapa?" tanya Rion ketika sampai di dalam kamar. Ia melihat Mayang tengah berbaring diatas ranjang dengan wajah pucat.

"Aku baru ingat sudah terlambat datang bulan selama 3 Minggu, aku memeriksakan diri menggunakan tespek." jawab Mayang dengan nada lemah.

"Lalu?" tanya Rion penasaran.

"Aku hamil mas." kata Mayang dengan mata berkaca-kaca.

Rion langsung memeluk Mayang dan mengecup pucuk kepala Mayang. "Its oke sayang. Aku disini bersama mu, tidak akan pernah meninggalkanmu." ucap Rion.

Tiba-tiba terdengar suara pintu di ketuk. Karena Rion tak menutup pintu kamarnya. Brian langsung masuk ke dalam.

"Ada apa sebenarnya?" tanya Brian sambil berjalan mendekati ranjang.

"Tolong periksa calon istri gw. Udah telat 3 Minggu" jelas Rion.

Brian mengangguk paham dan mulai memeriksa Mayang.

"Kapan hari terakhir datang bulan?" tanya Brian sambil menempelkan stetoskop di perut Mayang.

"Tanggal 6 bulan lalu dok."

Brian mengangguk paham. Dan melepaskan stetoskop dari telinganya. "Sudah melakukan pemeriksaan mandiri?"

Mayang mengangguk.

"Bagaimana hasilnya?"

"Positif." cicit Mayang. Sebenarnya ia merasa malu mengatakannya, namun tidak mungkin menutupi nya.

Rion sejak tadi berdiri dengan cemas melihat Mayang di periksa. Perasaannya campur aduk, senang, sedih dan juga takut menjadi satu.

Brian mengangguk paham. "Kalau begitu perlu pemeriksaan lanjutan, untuk mengetahui usia kehamilan dan kondisi janinnya." jawab Brian lalu menuliskan resep multivitamin untuk Mayang.

"Ini multivitamin yang harus di minum, besok datang ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan." ucap Brian sambil menyerahkan secarik kertas resep pada Rion.

"Baiklah! Besok aku akan membawa Mayang periksa."

"Kalau begitu aku pulang dulu." Brian bangkit dari duduknya dan berjalan keluar.

"Aku antar Brian dulu ya sayang." pamit Rion pada Mayang.

Mayang mengangguk lemah. Setelah Rion keluar, Mayang menangis tersedu. Ada rasa bahagia juga sedih mengetahui dirinya tengah hamil.

"Mah! Pah! Mayang kangen!" ucap Mayang dengan airmata berlinang.

Rion mengantarkan Brian hingga parkiran. Sejak tadi Brian menahan hasratnya untuk menghajar Rion. Kali ini ia akan melampiaskannya.

Brian memasukkan tas nya ke dalam mobil kemudian kembali mendekati Rion.

"Ada apa?" tanya Rion penasaran.

Bugh

Bugh

Bugh

3 kali Brian menghajar wajah Rion.

Rion yang di serang dalam keadaan tidak siap langsung terjerembab diatas paving blok.

Aaakh. Pekik Rion.

"Sialan!" Rion bangkit dari atas paving blok. Menatap tajam Brian.

"Apa-apaan kau ini?" Rion tidak terima Brian menghajarnya. Ia akan membalasnya namun dengan sigap Brian menahan kepalan tangan Rion.

"Sudah sejak tadi aku ingin menghajar mu."

"Apa masalahmu sebenarnya?"

"Tidak ada! hanya ingin saja menghajar wajahmu hingga babak belur." jawab Brian santai dengan seringai di bibirnya.

"Brengsek!" Rion menarik tangannya dari cekalan Brian.

"Dasar sinting." umpat Rion kesal, sambil mengusap ujung bibirnya yang pecah dan berdarah dengan jempol.

"Cepat nikahi gadis itu, jika tidak aku akan melaporkan pada om Doni jika kau menghamili wanita lain."

"Kau mengancam ku?"

Brian menggedikkan bahunya sambil terkekeh. "Istriku sedang hamil, dan aku sedang mengidam ingin menghajar wajah tampanmu."

"Orang gila." Rion benar-benar kesal sekali pada Brian.

"Teman macam apa kau ini. Apa masalahmu sebenarnya. Dasar edan, sinting, gila, tidak waras." Rion mengumpat Brian berkali-kali. Tapi Brian sama sekali tidak menanggapinya.

Ia melambaikan tangan tanpa menatap Rion sambil berjalan menuju mobilnya.