Pertanyaan “Kapan nikah?” pasti sering muncul ketika bertemu dengan keluarga besar atau teman lama, salah satunya pada momen kumpul keluarga atau reuni sekolah.
Pertanyaan ini sering menjadi m0mok bagi sebagian orang terutama kaum hawa. Dapat memicu munculnya rasa cemas dan stres dalam lingkungan sosial atau pergaulan. Tak terkecuali bagi seorang wanita berusia tiga puluh tahun bernama Yumna Salsabila.
Terlebih ibunya menuntut Yumna untuk segera menikah. Dikarenakan Salwa, adik Yumna, juga berencana menikah dengan kekasihnya.
Hidup Yumna mendadak jungkir balik saat kedatangan mantan playboy kelas kakap bukan kelas bulu, bernama Alden Pratama Bentley. Lelaki blasteran yang satu ini telah jatuh hati pada Yumna sejak pertama kali mereka berjumpa. Sementara Yumna belum bisa dengan cepat naik pelaminan bersama Alden karena ada bias di masa lalu yang ia pendam.
Bagaimana jungkir balik cinta Yumna ? Simak kisah mereka💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 - Bu Titik Meninggal dan Kehamilan Yulia (Masa Lalu~Part 3)
"Yul, apa aku harus mengatakan pada Yumna jika mendiang Mas Latif dan aku sebenarnya bukan orang tua kandungnya?" batin Bu Ratih seraya tangannya masih setia menggenggam foto usang pernikahan Yulia dan Bagas tiga puluh tiga tahun silam.
Ya, Yumna bukanlah putri kandung Bu Ratih. Yumna adalah keponakan Bu Ratih. Calon istri Alden tersebut adalah putri kandung Yulia dan Bagas. Yulia meninggal dunia setelah melahirkan Yumna.
Bu Ratih yang akhirnya mengasuh Yumna sejak lahir dan sudah menganggapnya seperti anak kandungnya sendiri. Dua tahun setelah Bagas dan Yulia menikah, Bu Titik meninggal dunia akibat penyakit darah tinggi.
Yulia sempat terkejut ketika dirinya pulang ke kampungnya. Ia melihat banyak tetangga tengah sibuk di depan rumahnya. Terlihat sudah berdiri tenda dan bendera kuning tanda bahwa ada seseorang yang baru saja meninggal dunia.
"Siapa yang meninggal?" batin Yulia yang masih bingung.
Pikiran wanita ini sedang kacau dan tidak fokus akibat permasalahan rumah tangganya dengan Bagas serta ibu mertuanya. Ya, Yulia memutuskan pergi meninggalkan Bagas.
Kini Yulia melihat dari kejauhan banyak orang yang keluar dari rumahnya, layaknya seperti orang yang baru saja menangis. Ia pun menjadi semakin bingung.
Sebenarnya Yulia pulang kampung hanya berniat melihat dari kejauhan secara diam-diam aktivitas sang ibu dan kakaknya. Ia sedang benar-benar rindu dengan ibu dan kakaknya itu.
Yulia tak berani langsung menginjakkan kakinya di rumah sang ibu karena merasa sudah tak punya hak lagi setelah dua tahun yang lalu dirinya diusir dari rumah karena menikah dengan Bagas tanpa restu.
Namun niatnya itu urung terlaksana karena rasa penasaran yang mendera batinnya saat ini. Hal ini membuat langkah kakinya justru maju ke pintu rumahnya bukan pergi dari sana.
Saat dirinya sudah berada di ambang pintu utama, seketika kakinya mendadak kaku dan terhenti setelah melihat tubuh ibunya sudah terbujur kaku serta berbalut kain kafan putih dan memejamkan mata. Hanya terlihat bagian wajahnya saja yang belum tertutup kain.
Deg...
"Ibu," ucap Yulia masih dengan nada suara yang lirih dan bergetar.
Ia perlahan melangkah untuk lebih mendekat ke tempat Bu Titik berbaring. Yulia semakin yakin jika ibunya sudah meninggal dunia.
"IBU !!" pekik Yulia.
Ratih yang berada di dapur, seketika berlari keluar ke ruang tamu setelah ruang dengarnya mendadak dipenuhi oleh suara yang dirindukannya yakni suara adiknya, Yulia.
"IBU ! Bangun, Bu !!" jerit Yulia semakin histeris seraya menggoyang-goyangkan tubuh Bu Titik.
Beberapa tetangga yang ada di ruang tamu, berusaha menenangkan Yulia.
"Yulia," sapa Ratih.
Seketika Yulia menoleh ke sumber suara yang terdengar familiar di telinganya. Yulia pun akhirnya bisa melihat kakaknya. Wajah Yulia sudah basah oleh air mata.
"Mbak, ibu kenapa tidur di sini? Ibu kenapa pakai baju putih begini? Bukankah ibu enggak suka pakai baju putih karena katanya cepat kotor," racau Yulia pada Ratih.
Grepp...
Pelukan hangat dari Ratih seketika mendarat pada tubuh Yulia. Ia begitu merindukan adiknya karena sejak peristiwa pengusiran oleh Bu Titik, Ratih tak pernah bertemu Yulia lagi.
Setelah Yulia menikah dengan Bagas, tas Ratih kecopetan di mikrolet ketika berangkat kerja. Sejak itu dirinya tak bisa menghubungi Yulia maupun Bagas karena lupa tak menyimpan kontak-kontak penting di buku atau notes.
"Yul, ibu sudah meninggal. Kita jadi anak yatim piatu, Yul. Hiks...hiks...hiks..." bisik Ratih di telinga Yulia seraya terisak pilu.
"Enggak, Mbak. Ibu enggak boleh meninggal! Aku belum minta maaf pada ibu. Huhu..." ucap Yulia setengah berteriak di sela isak tangisnya.
"Ibu sudah maafin kamu kok, Yul. Sebelum ibu meninggal, dia selalu nyebut namamu dan bilang rindu kamu."
"Ibu sudah maafin aku, Mbak?"
"Iya," jawab Ratih.
"Mbak enggak bohong?"
"Mbak enggak mungkin bohongin kamu, Yul."
Hening tercipta beberapa detik. Kemudian...
"Semua bohong!!" pekik Yulia mendadak histeris.
Ratih otomatis terkejut melihat perubahan Yulia yang mendadak aneh. Bahkan Yulia kini menangis, lalu sebentar kemudian tertawa tidak jelas. Yulia juga mengacak-acak rambutnya sendiri dengan jari-jemarinya. Terlihat seperti orang frustasi.
"Kamu kenapa, Yul?"
"Dasar pembohong !! Aku benci kalian semua!" teriak Yulia semakin menjadi-jadi.
Yulia pun seketika mendekat ke jenazah ibunya. Namun berhasil dicegah oleh beberapa tetangga. Ratih akhirnya menyuruh para tetangganya untuk membawa Yulia masuk ke dalam kamar.
"Lepasin!!" teriak Yulia seraya berusaha untuk berontak melepaskan diri.
Ratih begitu sedih melihat kondisi Yulia. Ia tak tahu apa yang terjadi pada adiknya itu sampai seperti ini. Rasanya tak mungkin jika Yulia merasa terpukul dengan kepergian ibunya lalu berubah aneh begini mirip seperti orang depresi cenderung gi_la.
Di dalam kamar, Yulia terpaksa diikat tali dan selimut agar tidak berontak atau membuat kekacauan ketika acara pemakaman Bu Titik. Ratih akhirnya fokus untuk memakamkan ibunya dahulu. Sementara ia pergi ke makam, ada tetangga yang membantu menjaga Yulia di kamar.
☘️☘️
Selepas penguburan Bu Titik selesai, Ratih memanggil bidan di desanya. Sebab mendadak Yulia mengalami mual-mual yang cukup hebat. Ratih pun kebingungan. Ia takut jika Yulia menderita penyakit serius. Dirinya sudah kehilangan ibunya. Tentu Ratih tak ingin kehilangan satu-satunya keluarga yakni adik kandungnya.
"Selamat Mbak Ratih, sebentar lagi punya keponakan nih."
"Hah, maksud Bu Bidan apa?" tanya Ratih.
"Adikmu positif hamil," jawab bidan tersebut seraya tersenyum pada Ratih.
"Apa? Hamil ??"
Bersambung...
🍁🍁🍁
*Apa yang terjadi pada Yulia maupun Bagas menurut kaca mata othor, itu bukan sebuah karma dari sumpah atau ucapan orang tua yang tak memberi restu. Karena niat dan tujuan pernikahan mereka adalah baik. Hanya kurang saling komunikasi dan pemahaman kolot masih menempel perihal langkah melangkahi saja. Yang terjadi pada Yulia dan Bagas adalah takdir, bukan karma. Sepakat dimengerti ya ?💋
Yumna sebaiknya cerita in sj ke alden masa lalumu... toh bukan karena disengaja to di jebak