Guru killer, yang ada dibenak semua orang pasti seorang guru yang galak dan suka menghukum siswanya bukan?
Begitu pula yang dialami oleh Evangeline Dorius (18 tahun) yang sangat tidak menyukai seorang guru killer karena selalu menyulitkannya atau memberinya tugas yang banyak.
Namun, apa jadinya jika guru killer itu jatuh cinta kepada dirinya? Bagaimana reaksi Eva terhadap pernyataan cinta Pak Theo?
Ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NKS Iravati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 - Akal Sehat
"Good morning, kamu sudah bangun?" Tanya seseorang dengan suara berat.
Mata Eva yang masih agak terpejam pun membulat sempurna tatkala mendengar suara yang tak asing di pendengarannya.
Degh!
Pandangannya tertuju pada pak Theo yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya lilitan handuk yang menutupi bagian pinggang ke bawah sementara bagian atas polos tanpa helaian kain. Jangan lupakan juga tetesan air yang jatuh dari rambut basahnya.
Saat ini, bagi Eva seperti melihat pahatan patung yang sempurna, wajah yang tampan dengan tubuh yang atletis oh iya, jangan lupakan pahatan roti sobek yang berjejer di perutnya.
Tunggu!
Seketika Eva pun tersadar, akal sehatnya pun kembali setelah pergi melanglang buana. "Akhhhh!!!!!" Teriaknya, lalu menutupi seluruh tubuhnya menggunakan selimut.
Pak Theo yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil pun jelas saja terkejut. Cepat-cepat dia menghampiri Eva, bisa menjadi masalah jika Eva berteriak lebih keras lagi.
"Hei! Ada apa? Kenapa kamu berteriak?!" Tanya pak Theo.
"Ke-kenapa bapak gak pake baju sih? Tunggu!" Seketika Eva melihat dirinya.
Fyuhhh.....
Eva bernafas lega, karena bajunya masih utuh seperti semalam. Itu artinya dia tidak melakukan hal yang diluar batas bersama Pak Theo. Eva bukanlah gadis yang polos, dia mengerti apa yang terjadi jika pria dan wanita berada di satu kamar. Siapa lagi yang mengajarkan nya hal ini jika bukan Grace.
"Saya baru saja habis mandi. Saya gak pake baju karena lupa membawa baju ke dalam." Jelas Pak Theo. Lalu beranjak mengambil baju menuju ke kamar mandi.
Eva pun menurunkan selimutnya setelah mendengar suara pintu kamar mandi yang sudah ditutup.
Wajahnya seketika memerah antara kehabisan oksigen atau memikirkan sesuatu yang berbau dewasa.
Drtt! Drtt!
Ponsel Eva pun berbunyi, dia pun mengambil ponselnya di atas nakas. Dilihatnya Grace yang menelponnya dengan video call.
Diangkatnya panggilan video call dari Grace.
📱"Hallo Eva, baru bangun ni ye…. Gimana, kamu menang kan?" Tanya Grace semangat.
"Pagi-pagi udah bisa video call, emang gak sekolah?" Tanya balik Eva.
📱"Sekolah sih. Salah kamu sendiri kemarin hp kamu gak bisa dihubungi jadinya gak bisa ngasih semangat." Cebik Grace.
"Ya maaf, kan udah peraturannya kayak gitu. Eh by the way Mitha mana?" Tanya Eva.
📱"Anjir, lupa gue si manusia satu itu belum ke invite. Bentar ye."
Tak beberapa lama, Mitha pun muncul.
"Good morning Mitha." Sapa Eva dan Grace berbarengan.
📱"Good morning. Hoammm…. Ngapain sih video call pagi-pagi." Ucap Mitha dengan muka bantal dan suara parau nya.
📱"Woi, ini tuh udah pagi. Liat aku aja udah pake seragam." Ujar Grace.
"Iya loh Mit, jangan-jangan kamu semalam begadang nonton film India lagi ya?" Eva menebak.
📱"Eva emang tau aja, semalem nonton film Kedarnath sedih banget. Mana Sad ending lagi." Ujar Mitha.
📱"Udah-udah, bahas film mulu! Bukannya kita mau kasih semangat buat Eva?!"
📱"Eh iya, semangat ya Eva, semoga menang loh. Kalau kamu menang ayo kita makan-makan aku yang traktir." Mitha memberi semangat.
"Siap bosku!"
"Eva, saya sudah selesai bersiap-siap, sekarang giliranmu." Pak Theo tiba-tiba berucap setelah keluar dari kamar mandi.
Terkejut? Tentu saja! Bahkan Mitha dan Grace pasti mendengarnya.
📱"Va? Itu suara siapa?" Tanya Mitha.
📱"Iya tuh, tapi suaranya kayak gak asing." Grace menimpali.
"Eh, engga, i-itu nanti aku telpon lagi." Cepat-cepat Eva mematikan sambungan video call bersama sahabatnya.
Eva pun menatap pak Theo dengan tatapan tajamnya. Lalu beranjak dari ranjang dan menuju kamar mandi.
"Maaf, saya tidak tahu kamu sedang berbicara di telepon." Ujar pak Theo merasa bersalah.
Eva menghela nafasnya. "Sudahlah pak, sekarang saya mau mandi, acaranya beberapa saat lagi akan dimulai."
"Eva, tunggu!" Pak Theo menghentikan langkah Eva, dengan menghentikan bahu bagian kanannya. Membuat Eva pun berbalik menatapnya.
"Em, itu saya sudah membawakan seragam mu dan pakaian ganti. Ambil saja di tas warna biru." Ujar pak Theo.
Eva pun menurut, lalu masuk ke kamar mandi membawa tas tersebut.
Sementara pak Theo mengambil ponselnya menghubungi seseorang. "Terimakasih." Ucapnya singkat di telepon, lalu mematikannya.
Bersambung……..
