3
Daffa Alfano Dirgantara, laki laki matang berusia 28 tahun. Di usianya yang hampir menginjak kepala tiga, ia sama sekali belum berkeinginan untuk mencari pendamping hidup. Semua ini terjadi karena ibunya meninggal saat dulu melahirkan dirinya dan saudara kembarnya ke dunia ini.
Setelah ibunya meninggal, ia diasuh oleh ayahnya, tapi setelah ia dan saudara kembarnya berusia tiga tahun, ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang Daffa tahu berasal dari masa lalu ayahnya. Daffa sangat membenci wanita itu, bahkan jika bisa Daffa ingin menyingkirkan wanita itu, karena ia yakin wanita seperti ibu sambungnya itu hanya ingin mengincar harta kekayaan keluarganya. Hingga akhirnya ditengah kebenciannya yang kian memuncak pada ibu sambungnya itu, ayahnya justru meminta dirinya untuk menikah dengan wanita pilihan mereka, dan hal ini justru membuat Daffa semakin tidak menyukai ibu sambungnya, karena wanita yang akan di jodohkan dengannya, merupakan keponakan jauh dari ibu sambungnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Daffa meninggalkan rumah sakit tempat praktek sahabatnya dengan pertanyaan di dalam benaknya. Benarkah hatinya yang membatu kini mulai luluh, dan mencintai istrinya. Jika ada pertanyaan tentang siapa orang yang sangat ingin ia hindari maka jawabannya adalah istrinya, tapi bagaimana bisa sahabat baiknya itu mengatakan bahwa dirinya mencintai istrinya
ting
Pesan masuk dari nomor tidak dikenal, Daffa segera membuka isi pesan tersebut "Selamat siang suamiku, jangan lupa makan siang" Daffa meletakkan ponselnya pada dashboard mobil, ternyata pesan singkat itu berasal dari istrinya.
Ia segera kembali melajukan mobilnya menuju kantor. Tiba di kantor, ia langsung menuju ruangannya, dan kembali mencoba untuk fokus. Namun lagi lagi, pikirannya tidak bisa diajak kompromi
"Antarkan kopi ke ruanganku sekarang" ucap Daffa melalui sambungan teleponnya
Tidak lama kemudian kopi yang ia minta telah datang. Daffa meminta Office Girl tersebut untuk keluar dari ruangannya, baru setelah itu ia mulai menghirup aroma dari kopi panas yang tersaji didepan matanya. Namun anehnya, bau kopi ini nampak berbeda, tidak mau ambil pusing, Daffa meminum kopi tersebut, dan benar saja, rasa kopi itu benar benar tidak enak. Daffa kembali meletakkan cangkir kopi tersebut
"Baiklah dengarkan aku. Apakah selama ini kau pernah merasakan debaran seperti yang kau rasakan saat ini? Saat kau jatuh cinta, hormon yang dilepaskan dari otak akan mengalir melalui darah, dan menyebabkan jantung berdebar lebih kuat, dan aku yakin dengan dugaanku sekarang bahwa kau sedang jatuh cinta"
Kembali kata kata terakhir sahabatnya terngiang ngiang di benaknya. Tidak lama kemudian, pintu ruangan terbuka, menampilkan sekretarisnya "Ada apa?"
"Ada seseorang yang ingin menemui Bapak" ucap sekretaris tersebut
"Katakan aku tidak ingin di ganggu"
"Tapi Pak..."
"Kau berani melawan..." Daffa tidak melanjutkan kata katanya saat melihat kehadiran istrinya tepat dibelakang sang sekretaris
"Apa kau akan mengusirku?" tanya Sekar sembari berjalan masuk dengan membawa sebuah paper bag ditangannya. Sekretaris yang semula berdiri diambang pintu langsung menutup pintu ruangan atasannya
Sekar duduk di sofa ruangan suaminya, dan membuka paper bag yang ia bawa. Ia mengeluarkan dua kotak bekal dari sana, satu kotak berisi nasi dan lauk pauk, sedangkan satu kotak lainnya berisi buah buahan segar yang sudah di potong. Daffa berjalan menuju sofa dimana istrinya duduk, dan langsung duduk berhadapan disana
"Aku membawakanmu makanan, ayo dimakan" ucap Sekar
"Apa kau memang benar benar tidak tahu malu?" ucap Daffa
"Kenapa harus malu, bukankah aku mendatangi kantor suamiku sendiri? Semua orang tahu itu" jelas Sekar, berusaha tidak terpancing dengan perkataan pedas dari suaminya "Aku akan mengambil air minum di pantry, apa kau membutuhkan sesuatu yang lain?" tanya Sekar saat ia akan beranjak menuju pantry. Namun ucapannya sama sekali tidak mendapat jawaban dari Daffa
Sekar berjalan tanpa menghiraukan Daffa. Tiba di pantry, ia mengambil satu buah teko dan mengisinya dengan air putih, barusaja melangkah untuk kembali ke ruangan suaminya, ia kembali menghentikan langkahnya. Ia menaruh kembali teko yang berisi air tersebut, dan membuat secangkir kopi untuk suaminya. Ia teringat dengan perkataan Bik Wati bahwa suaminya sangat menyukai kopi, dan suaminya selalu mengkonsumsi kopi sebanyak tiga kali sehari
Selesai dengan pembuatan kopi, Sekar kembali menuju ruangan suaminya. Ia masuk kedalam ruangan, dan suaminya masih duduk diam di sofa. Bahkan makanan yang sudah ia hidangkan sama sekali belum tersentuh
"Kenapa makanannya tidak dimakan, kau mau aku suapi?" goda Sekar, sekar segera duduk disamping suaminya, dan meraih kotak bekal tersebut. Ia mengambil satu sendok nasi dan mengarahkannya pada suaminya dengan senyum indah yang ia terbitkan disudut bibirnya. Namun seketika dadanya bergemuruh hebat saat suaminya melempar kotak bekal berisi makanan yang ada ditangannya
"Aku sudah bilang, jangan pernah melangkahi batasanmu, dan kau sudah berjalan terlalu jauh untuk itu. Apa yang kau inginkan sebenarnya? Uang?" Daffa mengeluarkan dompetnya, dan mengeluarkan tiga kartu dari dalam dompetnya, dan melemparkannya keatas meja "Pilih yang kau mau, Ini yang kau inginkan kan? Harta, uang, bahkan aku yakin kau sudah melakukan hal murahan ini pada semua laki laki yang kau temui"
Plak
Sekar menatap tangannya yang sudah menampar pipi suaminya. Jujur ia tidak mau melakukan ini, bahkan ini seakan terjadi diluar kuasanya. Ia tidak terima dikatakan wanita murahan oleh suaminya sendiri, apalagi harga dirinya direndahkan hanya dengan tiga kartu yang saat ini ada dihadapannya. Ia ambil ke-tiga kartu itu, lalu ia raih tangan suaminya, dan mengembalikan ke-tiga kartu tersebut
"Se-rendah itukah aku dimatamu? Aku memang menggodamu, tapi bisakah kau memberi keyakinan pada hatimu bahwa apa yang aku lakukan padamu juga aku lakukan pada orang lain? Aku tidak pernah menggoda laki laki manapun selain kau"