Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata!
"Aku kecewa karena suamiku sendiri berniat menjandakan aku demi membahagiakan wanita lain."
Pelangi Faranisa, seorang gadis taat agama yang dijodohkan dengan pria brutal. Di malam resepsi pernikahan, ia dipermalukan oleh suaminya sendiri yang pergi tanpa permisi dan lebih memilih mabuk-mabukan.
Pemberontak, pembangkang, pembuat onar dan pemabuk berat. Itulah gambaran sosok Awan Wisnu Dewanto.
"Kamu tidak usah terlalu percaya diri! Aku tidak akan pernah tertarik denganmu, meskipun kamu tidak memakai apa-apa di hadapanku!" ~ Awan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Memang Kecewa!
Pelangi meraih sebuah pashmina dan menutup kepalanya. Bukan karena tak ingin memperlihatkan keindahannya di hadapan sang suami, tetapi perkataan Awan yang tak akan berselera meskipun dirinya tampil tanpa pakaian, telah menggoreskan luka yang teramat dalam. Awan menolaknya, sehingga telah luntur kepercayaan diri Pelangi untuk sekedar bersolek di hadapan suaminya sendiri.
Naluri seorang istri yang selalu ingin cantik dihadapan suaminya justru telah diruntuhkan oleh suaminya sendiri.
“Meskipun lo nggak pakai apa-apa sekalipun, gue nggak akan tertarik atau berselera dengan perempuan kayak lo!” Ucapan Awan kala itu.
“Maaf, aku masuknya tiba-tiba,” ucap Awan yang mendadak merasa kikuk.
“Tidak apa-apa.” Wanita itu menundukkan pandangan. Wajahnya memerah.
“Tadi aku mau ke kamar Zidan. Tapi ayah suruh ke sini.”
Pelangi mengangguk. “Mas sudah mau istirahat?”
“Belum. Sebenarnya ada yang mau aku tanyakan dulu.”
Pelangi terdiam. Dalam benak menebak hal apa yang akan ditanyakan Awan kepadanya. “Ada apa?”
Awan mengeluarkan ponsel dari saku celana dan membuka folder video. Kemudian ia berikan kepada Pelangi. Sebuah rekaman yang menayangkan pertemuan Pelangi tadi dengan sang mertua. Awan yang terheran karena Pelangi tiba-tiba meminta izin pulang ke rumah orang tuanya lantas curiga dan memeriksa rekaman CCTV di rumah.
Awan pun menemukan rekaman saat-saat kedatangan Ibu Sofie setelah hampir satu jam memeriksa rekaman CCTV. Mata Pelangi terpejam. Rasa sakit yang coba ia lupakan sejak tadi kembali merasuk.
“Ibu bicara apa sama kamu tadi? Apa ibu bicara yang bukan-bukan?” tanya Awan.
“Tidak, Mas. Aku rasa ucapan ibu tadi tidak ada yang salah.”
“Terus kenapa tadi kamu menangis? Kamu telepon aku hanya beberapa jam setelah kedatangan ibu.”
“Ibu cuma bilang menginginkan kebahagiaan anaknya.”
“Apa cuma itu?” tanya Awan hendak memastikan.
Pelangi mengangguk yakin, tetapi justru membuat Awan semakin curiga. Menurutnya, Pelangi bukanlah tipe orang yang suka mengadu, apa lagi jika mengadukan sesuatu yang akan menimbulkan keributan.
“Ngomong-ngomong ... Laki-laki yang datang tadi sangat akrab dengan keluargamu. Apa kamu juga begitu?” Awan mencoba mengalihkan pembicaraan. Ia akan langsung bertanya kepada ibunya nanti.
Pelangi menggeleng pelan.
“Tapi dia tahu banyak hal tentang kamu yang bahkan aku sendiri tidak tahu. Kulihat ayah, ibu dan Zidan juga sangat menyukainya. Apa kamu tahu, tujuan dia datang ke mari?”
Lagi, Pelangi menjawab dengan gelengan kepala.
“Melamar kamu!” Pelangi terkejut. Kepalanya terangkat menatap Awan. Kemudian menunduk lagi saat tatapan keduanya bertemu.
Awan menatap Pelangi penuh selidik. Akankah ada raut kekecewaan di sana karena telah menikah dengan Awan, yang membuatnya kehilangan keberuntungan untuk diperistri oleh lelaki yang secara nyata jauh lebih baik di atas Awan?
“Aku minta maaf. Seharusnya kamu bisa menikah dengan orang yang lebih baik. Tapi kamu malah terjebak pernikahan dengan aku yang pasti jauh dari kata layak bagi kamu.”
Pelangi masih terdiam. Pandangannya terus tertunduk. Sungguh ironis, ketika ada pria lain yang menginginkannya, suaminya sendiri malah menghabiskan waktunya untuk mencintai wanita lain.
“Aku mencintai Priska dan hanya dia!” ucapan Awan kala itu masih melekat dalam ingatannya.
Lelehan air mata mengalir di wajah Pelangi, yang diartikan Awan sebagai bentuk kekecewaan atas perjodohannya dengan Awan. Wanita mana yang akan menolak lamaran dari pria bernama Guntur tadi? Jika dilihat dari penampilan, ia seorang pria yang berasal dari kalangan atas. Selain itu Guntur terlihat memiliki bekal agama yang tinggi, dilihat dari cara bersikap dan tutur katanya.
“Kamu kecewa?”
“Iya, sangat!”
“Maaf. Seandainya perjodohan kita tidak pernah terjadi, mungkin ....”
"Aku kecewa bukan karena itu," lirihnya. "Aku kecewa karena suamiku sendiri berniat menjandakan aku demi membahagiakan wanita lain.”
Awan terhenyak.
****