[𝐄𝐥𝐝𝐡𝐨𝐫𝐚 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬#𝟏]
ON GOING!!!
Percayakah kalian dengan sesuatu yang berbau sihir?. Di Eldhora itu sudah menjadi hal yang lumrah. Namun tak hanya karena penyihirnya, ada keluarga bangsawan, ksatria, dan roh yang diberi kesempatan kedua menjadi satu dalam tempat ini
Alarice Academy. Sebuah sekolah yang menjadi tempat impian semua warga Eldhora. Cerita ini tentang Esther, seorang bangsawan yang memiliki takdir luar biasa
Bersama dengan anak-anak dari asrama lain, mereka diberi tugas untuk menyelesaikan apa yang belum terselesaikan di masa lalu
Apakah mereka mampu mengalahkan kegelapan yang telah lama terkunci, ataukah nasib Eldhora akan terjebak dalam lingkaran tak berujung?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FILIA_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 15
...𝚂𝚃𝙾𝚁𝚈 𝙱𝚈 @𝙴𝙲𝙻𝙸𝙿𝚂𝚅𝙴𝙽𝚄𝙴...
...•...
...*•.¸♡ HAPPY READING ♡¸.•*...
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
Saat berbincang di acara minum teh dadakan tadi, Esther langsung kabur ketika Ophelia malah menyuruh dirinya menjadi ratu
Bukannya tidak mau, dia lebih tidak siap. Esther melangkahkan kakinya dengan cepat menuju perpustakaan karena ingin bertemu seseorang
"ARU!!"
Aru tersentak dan tersenyum, dia segera menyambut Esther yang berlari dan memeluknya
"Lama tak bertemu anda, nona. Bagaimana kabar anda?"
"Hehe aku baik kok. Kau tak akan percaya apa saja yang ku lalui selama sebulan ini."
"Saya sudah dengar. Anda adalah penerus kaisar pertama kan?" Esther mengangguk dan duduk dengan wajah cemberut
"Kenapa tidak senang?. Bukannya anda ingin menjadi pahlawan seperti nenek anda?" Esther tertegun dan tersenyum
"Kau yang paling tau aku Aru. Ah kau sedang mengerjakan apa?"
"Hanya menyimpan kembali gulungan-gulungan cerita kuno ini."
Esther membantu membereskan gulungan-gulungan disana, hingga dia tak sengaja menyenggol salah satu gulungan dan terbuka ke lantai
"Oh apa ini?" Aru menengok
"Itu adalah naga, nona."
"Iya aku tau kali. Tapi … aku tak pernah dengar kalau naga itu sebenarnya ada."
Aru beranjak dan meraih gulungan itu dari tangan Esther membuat tubuh mereka berdua tak berjarak. Esther tertegun saat bertatapan dengan mata biru malam Aru yang berkilau
"Apa nona mau mendengarnya sedikit?" Esther tersentak
"B-boleh."
"Naga ini bernama Obsidian, konon katanya dia membantu kaisar pertama dan keempat pahlawan melawan kegelapan. Entah itu benar atau tidak, tapi para ilmuwan berhasil menemukan fosil dari naga tersebut."
"Hee begitu, terimakasih sudah menjel-." Esther terduduk saat kupingnya berdenging nyaring membuat Aru panik dan segera memanggil para pelayan
"Nona anda baik'saja?!"
"Ya, aku baik-." Sebuah cahaya tiba-tiba saja muncul dari jendela membuat mereka semua menutup mata
Ketika cahaya itu berangsur-angsur menghilang, Esther terbelalak saat sebuah cincin emas jatuh ke tangannya
"Empyreal Circlet?"
"Aku harus kembali ke akademi, siapkan kudaku!"
"Baik nona!"
...Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ...
"Nak kau baik'saja?"
Erynn tak menjawab dan terus menatap keluar jendela dengan tangannya yang menggenggam kalung. Dia juga ikut pulang ke rumahnya
"Nak?" Erynn tersentak dan tersenyum pada sang ibu
"Aku baik bu. Ah apa ibu mau ku temani tidur?"
Ibu Erynn atau ratu Erica saat ini sedang sakit-sakitan dan harus selalu berada di kasurnya dengan ditemani para tabib wanita
"Nona, anda harus diluar sementara kami mengobati Yang Mulia ratu," ujar salah satu tabib. Erynn mengangguk dan hendak pergi tapi kemudian tangannya ditahan
"Erynn, ibu tau apa yang kau khawatirkan saat ini." Erynn tersentak
"Ibu tau?" Erica mengangguk
"Tapi ibu percaya kau adalah wanita kuat. Terus ikuti kata hatimu dan jangan lupa untuk bersimpati pada semua orang."
Erynn tersenyum dan mengangguk, dia keluar dari kamar
"Tolong siapkan kudaku."
"Baik nona!"
...Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ...
Di kediaman keluarga penyihir Venelle, Freya saat ini tengah disibukkan membuat kue bersama adiknya yang berbeda lima tahun darinya
"Ah kita kehabisan ceri!. Della kau mau mengambilnya?"
"Aku kan dari tadi sudah kakak suruh beli bahan dan semuanya. Kakak saja yang ambil."
Freya mendengus kesal, dia melepas celemek nya dan pergi ke belakang rumah sederhana mereka. Disana ada kebun dimana sebelah kanan diisi oleh buah-buahan dan sebelah kiri diisi sayuran
"Ibu!" Freya berlari dan langsung memeluk nyonya Venelle, Viona namanya
"Astaga kau ini tak bosan-bosannya memeluk ibumu ya," sahut sang ayah, Oby
"Hehe aku hanya sangat merindukan kalian. Oh ya dimana ceri?. Aku mau membuat kue buah bersama adik."
"Itu di sebelah sana. Cabutnya pelan-pelan ya agar akarnya tidak rusak, nanti buahnya tidak bisa tumbuh lagi," kata Viona
Freya melakukan hormat kemudian pergi mengambil beberapa buah ceri yang ia taruh di keranjang kecil. Viona pun mendekat dan membantu putri sulungnya
"Bagaimana tahun ketiga mu?. Apa kau masih diganggu anak-anak bangsawan disana?. Mau ibu ajukan permintaan keluar saja?"
Freya tersenyum
"Tidak perlu bu. Sekarang aku punya teman. Yahh walau harus di cap 'pembuat onar' tapi tetap saja itu membuatku senang. Tidak semua bangsawan itu buruk ibu." Viona tertegun dan tersenyum
Acara masak-memasak selesai dan keluarga kecil itu akhirnya memakan kue bersama-sama. Tapi baru saja menghabiskan tiga kue, Freya merasa ada yang mengganggu pikirannya
"Kenapa nak?" tanya Oby
Dan lagi tanpa mereka sadari, mata kiri Freya berubah menjadi bintang dan di penglihatannya dia melihat ada suatu tempat yang saat ini diselimuti bayangan
"Akademi…"
"Nak?"
"Maaf ayah ibu Della, aku akan menemui kalian besok atau minggu depan." Freya tiba-tiba saja bangun membereskan barang-barangnya
"Tunggu kak kenapa kau buru-buru?" ucap Della tak terima
"Della, itu sudah tugas kakakmu … sebagai Pahlawan Terpilih." Freya tertegun
"Pergilah nak, kami bangga padamu."
Freya tersenyum dan memeluk mereka semua. Dia dengan cepat mengambil sapunya dan terbang pergi
"Esther ku harap kau melihat hal yang sama."
...Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ...
Berbeda dengan yang lain, Renji dan Atlas tidak pergi menginap diluar akademi. Alasannya karena tidak punya keluarga
Renji adalah roh yang lupa siapa dirinya dan bagaimana keluarganya, sementara Atlas adalah anak yatim-piatu dan bisa saja pulang. Tapi memilih untuk tetap di akademi karena tak mau merepotkan paman bibinya
"Atlas bukannya bunga ini terlihat cantik?!" seru Renji dengan mata berbinar. Atlas menatap datar dan memberikan satu es krim yang ia beli
"Oh terimakasih kawan!"
Mereka berdua saat ini berjalan-jalan di pasar Eldhora. Atlas yang memilih tempat tersebut karena ada alat sihir yang mau dia cari dan Renji bisa ditebak, karena tak punya teman dia mengikuti Atlas saat ini
Tapi itu bukanlah hal yang buruk atau mengganggu sekalipun
KRINGG
"Selamat datang di toko alat-alat sihir paling langka di Eldhora!. Oh kau datang lagi rambut merah."
"Kenapa menatapku begitu?. Aku bayar kok. Sudahlah, bisa kau carikan aku sebuah tempat kuat untuk batu-batu sihir?"
"Tentu!. Tunggu sebentar ya."
"Jangan sentuh!" seru Atlas karena takut dengan sikap ceroboh Renji, bisa-bisa dia harus membayar biaya satu toko karena ulah roh itu
"Santai kawan, aku juga tau ini mahal."
"Nah ini dia yang paling kuat. Bandul atau liontin yang bisa kau pasang di pinggangmu, karena laki-laki tidak identik dengan kalung kan?"
Atlas menimang-nimang sampai mengukur beratnya
"Apa ini … benar-benar kuat?"
"Tentu saja. Aku jamin seratus persen." Atlas mengalah dan akhirnya membayar, mereka kemudian keluar dari toko itu
"Tapi ngomong-ngomong kenapa kau beli benda aneh begitu?" tanya Renji
"Bodoh, kemarin master Molly menyebutkan kalau kita berlima adalah Pahlawan Terpilih. Dan kalau itu memang benar, artinya aku akan mendapat Chimeric Gem. Batu sihir yang dipakai pahlawan dari Alkemis."
Renji mengangguk-angguk paham. Mereka berjalan hendak menuju toko selanjutnya hingga tiba-tiba sesuatu melintas dengan cepat
"Kalian berdua!"
"Freya?!"
"Pergi ke akademi, sekarang!"
Atlas dan Renji saling tatap. Mereka segera menyusul ke akademi mengikuti Freya, tepat ketika ketiganya sampai mereka berpapasan dengan dua perempuan yang juga datang menggunakan kuda dari arah berbeda
"Kalian … merasakannya juga?" tutur Esther diangguki yang lain
Kedua laki-laki itu sebenarnya tak tahu menahu tapi akademi yang ada di hadapan mereka ini memiliki aura berbahaya
"Ugh gerbangnya dikunci!" seru Freya
"Kalian minggir." Semuanya menengok pada Erynn yang maju
Gadis itu melepas kalungnya dan tiba-tiba saja liontin itu berubah menjadi pedang asli. Erynn melayangkan pedangnya, tapi bukannya gerbang itu hancur melainkan kekuatan gelap yang menguncinya telah lepas
"Freya matamu!" sentak Renji tiba-tiba menarik perhatian mereka
Freya mengeluarkan cermin agar bisa melihat matanya sendiri
"J-jadi karena ini."
"Sekarang ayo masuk dulu," ucap Esther
Mereka semua masuk dan melihat banyak orang yang berkumpul di lapangan dengan tubuh yang terikat tali bayangan
Perhatian Esther teralihkan pada Valent dan para guru lainnya saat ini menyerang seseorang yang dikuasi oleh kegelapan
"Itu bukannya … Alice Paramitha?" gumam Freya
"Erynn kau bantu lepaskan orang-orang ini dan yang lain bersama Freya evakuasi murid yang masih ada di dalam akademi."
"Baik!"
"Hey aku ikut denganmu." Esther menahan Atlas
"Kau kan belum menemukan kekuatanmu, biarkan aku melindungi mu juga. Kau tak perlu khawatir karena aku punya ini." Atlas tertegun melihat cincin emas itu yang berada di jari manis tangan kirinya Esther
"Hmph, ya sudah kalau begitu. Kalau kau sampai terluka aku akan memarahimu lho."
Esther terkekeh kemudian masuk ke akademi, tapi ketika sampai di lantai dua dia terhempas saat sebuah angin dahsyat datang
"A-apa itu tadi?" Mata Esther terbelalak melihat Gunther kini berdiri di hadapannya
"Hmm, diantara yang lain kau punya cahaya paling besar ya. Cincin itu juga terlihat cantik. Khekhe, berikan padaku."
"Jangan harap!" Esther tersentak saat Gunther tiba-tiba muncul di belakangnya dan mengangkat tangannya yang memiliki kuku tajam
SRAKK
...T͇O͇ ͇B͇E͇ ͇C͇O͇N͇T͇I͇N͇U͇E͇>͇>͇>͇...