Gabriel Atmaja seorang CEO muda yang suka bergonta ganti pasangan. Malam itu dia harus menyalurkan hasratnya dan menyuruh asisten kepercayaannya untuk mencari seorang wanita bayaran untuk menyalurkan hasratnya. Naya Reynita gadis cantik yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri setelah orangtuanya meninggal. Harta orangtuanya telah dikuasai oleh pamannya dan dia memperlakukan Naya seperti pembantu dirumahnya sendiri.
Malam itu saat dia baru pulang kerja dan menunggu bus yang lewat, dia diculik oleh dua orang pria yang tak dikenal untuk dibawa ke hotel. Sejak malam itulah kehidupan Naya berubah drastis karena selain kehilangan kesuciannya dia juga hamil sehingga membuat dia diusir dari rumahnya sendiri.
Akankah Naya akan bertemu dengan pria yang sudah menodainya?
Ataukah dia akan hidup bahagia hanya dengan anaknya kelak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rianti45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Sayang kamu kenapa matanya kayak gitu sakit ya?"kata Gabriel.
"Aku gak suka jika om El dilihatin oleh orang banyak, yang bisa melihat hanya aku dan bunda saja."kata Elya kesal membuat Gabriel semakin kesal.
"Sayang, mereka punya mata makanya mereka melihat ke om."kata Gabriel.
"Tetap saja aku gak suka."kata Elya.
"Baiklah kalau kayak gitu apa Elya bawa topi biar om pakai dan gak ada yang melihat wajah om lagi?"kata Gabriel mengalah agar gadis kecil itu tak kesal.
"Aku akan tanya sama bunda dulu, om El tunggu aku disini."kata Elya setelah itu langsung saja berlari menemui bunda dan teman-teamannya.
"El jangan lari-lari nanti jatuh."kata Naya sambil berjalan mendekati putrinya itu.
"Bun, apa bunda bawa topi untuk dipakai om El."kata Elya.
"Memangnya kenapa om El harus pakai topi nanti tampannya gak kelihatan dong?"kata Tami.
"Aku gak suka tante-tante itu melihat om El, om El hanya aku yang boleh liat."kata Elya.
"Bunda gak bawa sayang."kata Naya.
"Ya sudah kalau gitu bunda ikut aku."kata Elya mengeret tangan bundanya untuk dia ajak mendekati Gabriel.
"Kita mau kemana sayang?"kata Naya sambil mengikuti putrinya.
"Aku mau bunda duduk disebelah om El agar tante itu tak memandang kearah om El."kata Elya membuat Naya langsung terdiam.
Naya teringat masa kecilnya yang selalu posesif dengan papanya. Dia akan marah jika papanya dipandang oleh perempuan lain selain mamanya pasti dia akan marah. Ternyata sifat posesifnya dulu menurun pada Elya padahal dulu saat dia jalan bersama manta Naya, Elya tak pernah sedikitpun marah tapi setelah bertemu Gabriel sifat posesifnya muncul.
"Om sekarang aman karena ada bunda disini, awas saja kalau mereka masih memandangi om aku akan pukul mereka."kata Elya saat sudah berada disebelah Gabriel membuat pria itu tersenyum.
"El, gak boleh kayak gitu nanti kalau mereka balas kamu bagaimana?"kata Naya.
"Aku gak takut, aku 'kan punya ilmu bela diri ngapain aku takut."kata Elya percaya diri membuat Naya menghera nafasnya.
"Sayangm dengerin bunda punya ilmu bela diri itu bukan untuk menyakiti orang lain tapi untuk melindungi orang jadi gak boleh sembarangan mengunakan bela diri itu."kata Naya.
"Benar apa kata bunda sayang, kalau kamu gunakan ketrampilanmu untuk menindas orang itu akan membuatmu sia-sia saja belajar tapi kalau kamu gunakan bela dirimu untuk melindungi orang yang lemah itu pasti akan berguna."kata Gabriel sambil mesejajarkan tubuhnya agar sejajar dengan Elya.
"Tapi aku gak suka jika om El diliatin mereka, aku gak mau kehilangan om. Aku mau om jadi ayahku."kata Elya membuat Naya tertegun dengan perkataan putrinya itu.
"Elya tanya sama bunda, apa bunda mau menikah dengan om? Kalau bunda mau berarti om akan menjadi ayahnya Elya."kata Gabriel.
Elya yang mendengar perkataan Gabriel langsung saja memandang ke bundanya tapi sebelum bundanya menjawab nama Elya dipanggil untuk mengikuti final. Dia langsung berlari menuju tempat pertandingan sedangkan Naya langsung duduk disamping Gabriel.
"Apa aku boleh tau dimana ayah kandung Elya, Nay?"kata Gabriel membuat Naya terkejut.
"Untuk apa kamu mau tau siapa ayah kandungnya Elya?"kata Naya gugup takut jika Gabriel curiga.
"Apa aku gak boleh tanya? Lagian kalau kamu jadi istriku aku harus minta izin dulu sama ayahnya Elya."kata Gabriel.
"Siapa yang mau jadi istrimu?"kata Naya gugup.
"Mau gak mau kalau Elya sudah berkata ingin menjadikan aku ayahnya aku yakin jika kamu gak bisa menolak. Aku juga akan mencari tau sendiri siapa ayah Elya kalau kamu tak mau memberitauku."kata Gabriel.
"Terserahmu."kata Naya yang berharap agar Gabriel tak menemukan bukti kalau Elya adalah putrinya.
"No, kamu tau apa yang harus kamu lakukan."kata Gabriel.
"Baik tuan saya akan segera mendapatkan informasi yang ingin anda ketahui."kata Nuno membuat Naya langsung terdiam.
Setelah berkata begitu mereka fokus dengan pertandingan Elya. Naya bangga dengan Elya karena putrinya itu selalu mendapatkan juara 1 dalam ilmu bela diri. Dia juga pintar, mungkin kepintarannya menurun dari Gabriel karena dirinya walaupun pintar tak masih kalah jika dibanding Gabriel.
Elya setelah mendapatkan pialanya langsung saja berlari menghampiri bunda dan om El. Ketiga perempuan yang berada disana sangat iri karena sejak ada Gabriel mereka dilupakan. Mereka bertiga langsung saja menghampiri Gabriel dan Naya.
"Aku hebatkan om, ini piala buat om."kata Elya memberikan pada Gabriel.
"Kamu yakin mau memberikan piala ini pada om?"kata Gabriel.
"Iya, tapi om harus mengabulkan permintaanku."kata Elya.
"Memangnya putri kecilnya om ini mau apa?"kata Gabriel yang penasaran dengan permintaan Elya.
"Aku mau om tinggal sama aku sama bunda."kata Elya membuat semua orang yang ada disana langsung terkejut dengan permintaan Elya. Berbeda dengan Reyna yang tersenyum karena keponakannya itu pintar padahal baru tadi pagi dia berkata ternyata tak butuh waktu lama anak itu tau apa yang harus dia lakukan.
"Sayang dengerin om, om gak akan bisa tinggal sama bunda dan Elya kalau kami berdua tidak menikah."kata Gabriel.
"Maka kalian harus menikah biar bisa tinggal bersama."kata Elya dengan polosnya.
"Sayang menikah itu bukan perkara mudah, kami harus minta izin sama keluarga om Gabriel dulu."kata Naya berusaha untuk membujuk putrinya.
"Aku gak mau tau pokoknya om El harus tinggal sama kita, kalau bunda gak mau menikah aku mau ikut om El saja."kata Elya.
"Gak sayang kamu gak bisa tinggal sama om El, apa kamu tega meninggalkan bunda sendirian?"kata Naya.
"Kalau bunda gak mau sendirian bunda harus ikut tinggal sama om El."kata Elya.
"Sayang dengerin om, nanti pasti kita akan tinggal bersama tapi untuk sekarang kita gak bisa tapi om janji saat pulang kerja om akan mampir kerumah Elya dulu."kata Gabriel.
"Om janji, om gak boleh berbohong sama Elya kalau om bohong aku gak mau bertemu dengan om lagi."kata Elya.
"Iya sayang om janji, oh ya kamu mau gak dengan hadiah yang om bawa?"kata Gabriel mengalihkan pembicaraan agar Elya gak berbicara tentang tinggal bersamanya lagi.
"Mau mana hadiahnya?"kata Elya membuat Naya tersenyum karena Gabriel berhasil mengalihkan keinginan Elya. Ya walau Naya tau pengalihan itu mungkin hanya sesaat saja tapi setidaknya bisa membuat dia tenang.
"No, mana paperbag ang kita bawa tadi?"kata Gabriel.
"Ini tuan."kata Nuno memberikan paperbag yang dia bawa.
"Nih hadiah buat kamu."kata Gabriel langsung memberikan hadiah itu pada Elya.
"Boleh aku buka om?"kata Elya.
"Boleh sayang, setelah ini bagaimana kalau kita makan bersama untuk merayakan kemenangan Elya?"kata Gabriel bertanya pada semuanya.
"Tapi tuan Gabriel memangnya saya gak papa ikut kalian?"kata Roni takut jika nanti para karyawan membicarakannya apalagi sekarang keadaan perusahaan tak kondusif.
"Gak papa kamu kalau tidak mau ikut kami bisa pulang ke perusahaan sendiri atau mau diantar oleh Nuno?"kata Gabriel yang tau maksut dari perkataan Roni.
"Saya kembali ke perusahaan dengan taksi saja tuan, nanti malah merepotkan pak Nuno."kata Roni.
"Ya sudah kalau gitu kamu hati-hati. El kamu ikut sama om atau sama bunda?"kata Gabriel.
"Aku ikut sama om, bunda juga ikut sama om juga."kata Elya.
"Lalu mobil bunda bagaimana?"kata Naya.
"Mobil kamu biar ditinggal disini saja, nanti biar aku suruh orang buat mengantarkan ke apartemenmu."kata Gabriel.
"Reyna bagaimana tadi dia ikut kami?"kata Naya.
"Ya sudah gini saja mobilmu biar aku saja yang bawa Nay."kata Reyna.
"Gak, aku gak akan izinin kamu bawa mobil sendiri. Aku gak mau kejadian yang dulu terjadi lagi."kata Naya yang ingat jika Reyna pernah kecelakaan saat mengendarai mobil sendirian.
"Ayolah biar aku bawa sendiri please."kata Reyna memohon karena sepupu dan papanya gak pernah lagi mengizinkan dirinya naik mobil sendiri.
"Kalau begitu bagaimana kalau tuan sama nona bawa mobil tuan saya akan bawa mobil nona Naya?"kata Nuno memberikan saran pada mereka.
"Baiklah kalau begitu, bagaimana Nay apa Nuno boleh membawa mobilmu atau kita saja yang bawa mobilmu dan Nuno bisa satu mobil sama Reyna?"kata Gabriel.
"Aku sama Nuno bawa mobilmu saja Nay."kata Reyna membuat Naya langsung saja menghera nafasnya.
"Kami diajak gak nih sejak tadi dikacangin?"kata Tami.
"Ayo kalau kalian mau ikut, sekalian kalian tunjukin dimana tempat makan yang enak?"kata Gabriel.
"Serius mau makan ditempat kami biasanya kami makan?"kata Tami.
"Iya memangnya kenapa?"kata Gabriel.
"Kami takut kalau tempat kami tak sesuai dengan selera kamu tuan."kata Tami berkata jujur.
"Aku makan apa saja asal makanan itu enak."kata Gabriel.
"Ayo kita jadi merayakan kemanangan Elya gak, aku gak ada banyak waktu setelah ini aku harus berangkat kerja."kata Reyna.
"Iya aku lupa jika malam ini kamu ada kerjaan, ya sudah kalau kayak gitu ayo kita berangkat."kata Naya.
"Ya sudah ayo, kalian berdua duluan saja tunjukan dimana tempat makannya."kata Gabriel.
Mereka semua berjalan menuju mobil setelah itu berangkat ke tempat makan yang akan mereka tuju. Sampai sana mereka langsung memesan makanan hanya Elya yang sekarang sedang memilih makanan.
"Sayang kamu mau makan apa?"kata Gabriel.
"Aku bingung om mau makan apa semua makanan ini enak semua."kata Elya membuat semua orang tertawa.
"Aku pikir kamu bingung karena makanannya tak sesuai dengan seleramu ternyata malah bingung karena makanannya enak semua."kata Gabriel sambil mengacak rambut gadis kecil itu.
"Om punya saran gak?"kata Elya.
"Bagaimana kalau kamu pesan sama kayak makanan yang om pesan?"kata Gabriel.
"Itu pedas gak om, aku gak bisa makan pedas?"kata Elya.
"Apa makanan yang saya pesan bisa dimasak tidak pedas?"kata Gabriel bertanya pada pelayan itu.
"Bisa tuan."kata pelayan itu.
"Baiklah kalau begitu aku pesan itu satu lagi tapi tidak pedas ya."kata Gabriel.
"Baik, apa ada lagi yang mau dipesan?"kata pelayan itu.
"Aku sudah itu saja bagaimana dengan kalian?"kata Gabriel bertanya pada yang lain.
"Kami sudah."kata Naya yang dianggukin yang lainnya.
"Om aku mau es krim coklat dan Vanila."kata Elya.
"Baiklah es krim coklat dan Vanila sebagai tambahannya."kata Gabriel.
"Baik tuan kalau begitu silahkan tunggu kami akan segera menyiapkan pesanan kalian."kata pelayan itu.