"Syukurlah kau sudah bangun,"
"K-ka-kamu siapa? Ini… di mana?"
"Tenang dulu, oke? Aku nggak akan menyakitimu.”
Ellisa memeluk erat jas yang tadi diselimuti ke tubuhnya, menarik kain itu lebih rapat untuk menutupi tubuhnya yang menggigil.
"Ha-- Hachiiih!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sam melirik
Sam duduk di kepala meja panjang, menatap semua kepala divisi yang sudah berkumpul. Wajahnya tegas, menunjukkan betapa seriusnya situasi ini.
Delisa berdiri di sebelahnya dengan tablet di tangan, siap mencatat semua keputusan.
Sam meliriknya sebentar dan berbisik, "Thanks, Delisa. Elo udah bikin kemeja gue kembali bersih." Sam menunjuk bagian dada bekas dari cetakan lipstik dari Bunga.
Delisa tersipu malu tapi kembali bersikap profesional.
“Baik, saya ingin laporan langsung dari setiap divisi,” ujar Sam membuka rapat. “Kita semua tahu ada kebocoran data terkait proyek IT Tower. Saya mau langkah konkret untuk mencegah ini terjadi lagi.”
Kepala IT, Dimas, langsung memulai. “Kami sudah memeriksa log aktivitas sistem. Ada beberapa akses tidak sah yang terdeteksi pada jam-jam di luar jam kerja. Akses itu menggunakan akun seorang karyawan di bagian pengelolaan dokumen, tetapi setelah kami periksa lebih jauh, karyawan itu mengaku tidak pernah melakukan login pada waktu tersebut.”
Sam mengernyit. “Jadi ada yang menggunakan kredensialnya?”
“Betul, Bos. Kami menduga ada penyusupan internal. Entah lewat phishing atau akses fisik ke perangkat karyawan tersebut.”
Esa, yang duduk santai di sudut ruangan, menyelipkan komentar. “Atau mungkin tikusnya bukan cuma nyolong akun, tapi juga duduk di ruangan ini.”
Semua orang langsung saling pandang dengan wajah tegang. Sam menatap tajam ke arah Esa. “Jelaskan, Esa. Elo punya bukti atau ini cuma spekulasi?”
Esa tersenyum tipis. “Belum bukti, sih. Tapi gue baru aja dapet laporan dari orang gue. Ada transaksi mencurigakan yang terhubung ke salah satu vendor kecil kita. Dan anehnya, vendor itu baru gabung beberapa bulan terakhir, tepat setelah proyek IT Tower dimulai.”
Sam mengetuk meja dengan jarinya. “Lanjutkan investigasinya. Gue mau nama, bukti, dan keterkaitannya dengan kebocoran data ini. Kalau mereka memang bersalah, gue nggak segan membawa ini ke jalur hukum.”
Setelah rapat selesai, Sam mendekati Esa yang sedang berjalan santai keluar ruangan.
“Gue nggak nyangka lo bakal serius ngebantu dalam kasus ini,” ujar Sam dengan nada bercanda.
Esa tertawa kecil. “Gue mungkin playboy, tapi gue nggak main-main soal kerjaan, Sam. Ini nama perusahaan kita yang dipertaruhkan.”
Sam menepuk pundaknya. “Gue hargai itu. Tapi hati-hati, Esa. Kalau memang ini ulah orang dalam, bisa jadi lo juga jadi target.”
“Target?” Esa tersenyum penuh percaya diri. “Sam, gue ini orang yang terlalu ganteng buat jadi korban.”
Sam hanya menggeleng sambil tertawa kecil sebelum berjalan kembali ke ruangannya.
Sam tidur di kantor. Dia tidak bisa membiarkan perusahaannya memiliki masalah kalau belum bisa terselesaikan.
Paginya, Esa masuk ke ruangannya dengan wajah serius, jauh berbeda dari gaya santainya sehari-hari.
“Sam, gue dapet nama dari vendor itu,” ujar Esa sambil menyerahkan sebuah dokumen.
Sam membaca cepat dokumen tersebut. Nama perusahaan kecil itu adalah Aksara Techno. Pemiliknya tercatat bernama Reno Arista, dan beberapa transaksi mencurigakan yang terhubung ke kebocoran data menunjukkan pola sistematis.
“Reno Arista?” Sam memiringkan kepalanya. Nama itu terasa tidak asing.
Esa mengangguk. “Gue sempat cari info lebih jauh. Orang ini punya koneksi sama salah satu mantan karyawan kita yang resign tahun lalu, Indra Wibowo.”
Sam langsung tersentak. “Indra? Itu kan dia yang gue pecat gara-gara nyuri ide proyek kita waktu itu.”
“Exactly,” jawab Esa. “Kayaknya dia dendam, Sam. Ini semua masuk akal kalau dia kerja sama sama si Reno buat sabotase perusahaan kita.”
Sam menatap Esa dengan penuh rasa frustrasi. “Ini nggak bisa dibiarkan. Kita harus selidiki lebih jauh, dan kalau memang dia pelakunya, gue nggak akan segan bawa dia ke meja hijau.”
Sam memanggil tim keamanan siber untuk menelusuri lebih dalam aktivitas Aksara Techno.
Dalam waktu singkat, mereka menemukan bukti bahwa Reno dan Indra sering berkomunikasi melalui email dan pesan instan, membahas detail-detail proyek IT Tower yang bocor.
“Ini jelas sabotase,” kata Dimas, kepala IT. “Mereka bahkan sempat mencoba menyusup ke server utama kita seminggu yang lalu, tapi gagal. Itu mungkin kenapa mereka ngambil data lewat akun karyawan biasa.”
Sam mengangguk. “Bagus, terus lacak mereka. Gue mau semua bukti ini dikumpulkan. Kita harus langkah hati-hati supaya nggak ada lagi kebocoran.”
Di Tempat Lain
Di sebuah ruangan gelap dengan pencahayaan minim, Reno Arista duduk di depan komputer, memantau aktivitas perusahaan Sam. Di belakangnya, Indra Wibowo berdiri sambil tersenyum sinis.
“Gue udah bilang, Sam nggak akan tahu apa yang bakal terjadi selanjutnya,” ujar Indra.
Reno tertawa kecil. “Lo bener. Ini baru permulaan. Kalau proyek IT Tower itu gagal, gue pengen lihat gimana wajah bos besar itu hancur.”
Indra mengangguk. “Kita tunggu momen yang pas. Waktu di pihak kita.”
Mereka berdua tertawa licik, tanpa tahu bahwa Sam dan timnya sudah mulai melangkah untuk melawan mereka.
Reno Arista memandang kosong layar monitornya, pikiran terlempar ke masa lalu.
Di kampus, dia, Sam, dan Esa pernah menjadi trio yang tak terpisahkan, penuh mimpi besar untuk menciptakan teknologi yang dapat mengubah dunia.
Mereka berbagi malam tanpa tidur, diskusi hangat, dan pertengkaran kecil di sela-sela kerja keras mereka.
Namun, ketegangan mulai muncul ketika ide-ide Reno dianggap terlalu ambisius oleh Sam. Reno merasa setiap gagasannya diabaikan, setiap argumennya disepelekan.
Hingga puncaknya, ketika proyek besar pertama mereka, Sistem Modular Teknologi Interaktif, berada di tahap akhir. Sam memilih untuk mengubah arah proyek tanpa mempertimbangkan usulan Reno.
"Apa lo gila, Sam? Ide gue itu yang bakal bikin proyek ini sukses besar!" bentak Reno kala itu.
"Reno, lo nggak lihat kenyataan. Ide lo terlalu rumit buat dijalankan sekarang. Kita butuh sesuatu yang lebih realistis," jawab Sam dengan tegas.
Reno yang merasa direndahkan memutuskan keluar dari proyek dengan kalimat tajam yang masih terngiang hingga kini, "Proyek kalian pasti gagal tanpa gue!"
Namun, bertahun-tahun kemudian, Sam dan Esa membuktikan sebaliknya.
E SAMS Multimedia kini menjadi salah satu perusahaan teknologi terkemuka. Setiap penghargaan, setiap berita tentang kesuksesan Sam, seperti duri yang terus menusuk hati Reno.
"Dia sukses, sedangkan gue harus mulai dari nol," gumam Reno sambil mengepalkan tangan.
Meski kini dia memiliki Aksara Techno, sebuah perusahaan kecil yang ia bangun dari bawah, keberhasilannya tak pernah terasa cukup. Bukan karena dia gagal, tapi karena Sam terlalu berhasil.
Indra Wibowo, yang juga menyimpan dendam pribadi terhadap Sam, menjadi sekutu yang sempurna.
Mereka berbagi luka masa lalu yang sama, dan bersama, mereka merancang rencana untuk menjatuhkan E SAMS Multimedia.
Reno berbalik ke arah Indra, yang berdiri di dekat jendela dengan pandangan licik. "Indra, gimana progress infiltrasi data mereka?" tanya Reno sambil menyilangkan tangan di dada.
"Sudah berjalan sesuai rencana. Data IT Tower mereka bakal kita buat kacau balau. Proyek itu bakal gagal besar, Reno. Sam nggak akan tahu apa yang menimpanya," jawab Indra dengan senyum penuh keyakinan.
"Bagus," ucap Reno, matanya bersinar penuh kebencian. "Gue nggak peduli seberapa besar gue harus mengorbankan perusahaan gue. Yang penting gue bisa lihat Sam jatuh."
BTW gantian ke cerita ku ya Thor. Poppen. Like dn komen kalo bs. /Grin/