NovelToon NovelToon
Kembalinya Sang Agen Rahasia

Kembalinya Sang Agen Rahasia

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Identitas Tersembunyi
Popularitas:63.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Zyan, seorang agen yang sering mengemban misi rahasia negara. Namun misi terakhirnya gagal, dan menyebabkan kematian anggota timnya. Kegagalan misi membuat status dirinya dan sisa anggota timnya di non-aktifkan. Bukan hanya itu, mereka juga diburu dan dimusnahkan demi menutupi kebenaran.

Sebagai satu-satunya penyintas, Zyan diungsikan ke luar pulau, jauh dari Ibu Kota. Namun peristiwa naas kembali terjadi dan memaksa dirinya kembali terjun ke lapangan. Statusnya sebagai agen rahasia kembali diaktifkan. Bersama anggota baru, dia berusaha menguak misteri yang selama ini belum terpecahkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Fitnah

"TOLOOONG!!! TOLOOONG!!!"

Dengan tubuh terbalut selimut Revina keluar dari rumah Amma. Wanita itu sengaja menuju masjid di mana para santri hendak menunaikan ibadah shalat malam. Teriakan Revina tentu saja menarik perhatian banyak orang. Hafiz yang sedang mengawasi anak santri segera mendekati Revina. Pria itu terkejut melihat penampilan Revina yang acak-acakan. Kepalanya juga tidak tertutup hijab. Di belakang Revina, Amma datang menyusul.

"Tolong saya ustadz, tolong."

"Ada apa Vina?" tanya Hafiz bingung.

"Vina, sebenarnya ada apa?" tanya Amma yang sudah sampai ke dekatnya.

"Jangan mendekat! Dasar laki-laki mesum! Munafik!!" teriak Revina sambil menunjuk pada Amma.

"Vina, Amma yakin kalau ini hanya kesalahpahaman. Ayo kita bicara baik-baik. Hafiz, apa Ummi belum pulang?"

"Belum, Amma. Kondisi Siti cukup serius, jadi Ummi tidak bisa pulang. Ustadz Husein juga masih di rumah sakit. Sebenarnya ada apa ini, Amma?"

"Vina, ayo kita bicarakan baik-baik."

"Tidak! Aku mau pulang! Aku mau pulang!!"

Melihat Revina yang kehilangan kendali, Hafiz meminta salah satu santri memanggilkan Samsul, asisten Revina. Tak lama kemudian Samsul datang. Dia terkejut melihat penampilan Revina yang acak-acakan. Pria gemulai itu segera mendekati Revina.

"Vina, kamu kenapa?"

"Samsul, aku mau pulang. Aku ngga mau di sini. Dia itu laki-laki cabul! Dia sudah melecehkanku!"

"Astaghfirullah, itu tidak benar, Vina. Ayo kita bicarakan dulu baik-baik masalah ini."

"Amma benar, ayo kita bicarakan dulu. Pasti ada kesalahpahaman di sini," sambung Hafiz.

Samsul berusaha membujuk Revina. Akhirnya wanita itu mau juga dibawa kembali ke kediaman Amma. Hafiz meneruskan tugasnya, menemani para santri melakukan shalat malam. Revina kembali ke rumah Amma ditemani oleh Taslima dan Fatimah. Sesampainya di rumah, semua duduk di ruang tamu. Amma nampak termenung, dia masih belum mengerti kenapa tiba-tiba Revina ada di kamarnya.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Fatimah hati-hati. Wanita itu adalah menantu Amma, istri dari Husein.

"Amma sudah melecehkanku," jawab Revina sambil menangis.

"Melecehkan bagaimana?"

Sambil menghapus airmatanya, Revina menceritakan kejadian yang menimpanya. Lewat tengah malam, Amma datang ke kamar asramanya. Dia meminta Revina ikut dengannya ke rumah. Ketidak keberadaan Ummi dimanfaatkan pria itu untuk menggoda Revina. Sejak awal melihat Revina, Amma memang sudah tertarik pada artis wanita itu.

Awalnya Revina menolak, tapi Amma mengancamnya. Kalau wanita itu tidak mau memenuhi keinginannya, maka dia akan memberikan laporan buruk selama Revina berada di pondok. Dan Amma juga mengancam akan membuat karir wanita itu hancur. Dengan berat hati Revina menuruti keinginan Amma. Sesampainya di rumah, Amma mengajak Revina ke dalam kamar. Dan pria itu menggauli Revina secara paksa.

"Astaghfirullah."

Amma menggelengkan kepalanya seraya mengucapkan istighfar beberapa kali. Semua yang dikatakan Revina adakah kebohongan semata. Wanita itu pasti punya tujuan lain atas fitnah keji yang dilontarkannya. Fatimah melihat pada Ayah mertuanya usai mendengarkan cerita dari Revina. Wanita itu sama sekali tidak percaya dengan cerita Revina. Dia sudah mengenal Amma sejak kecil dan tahu seperti apa sifat pria bersahaja itu. Amma bukanlah orang yang mudah jatuh dalam n*fsu birahi.

"Baiklah, kami sudah mendengar ceritamu. Ijinkan kami juga mendengar dari pihak Amma," lanjut Fatimah.

"Amma tidak keberatan menceritakan apa yang terjadi?" tanya sang menantu hati-hati.

"Tidak. Semua yang dikatakan Revina itu hanyalah kebohongan. Amma sedang tidak enak badan malam ini. Sebelum pergi, Ummi sudah menyiapkan obat untuk Amma. Setelah meminum obat, Amma langsung istirahat dan terbangun saat mendengar teriakan Vina. Kenapa kamu melakukan ini Vina? Apa kesalahan Amma padamu?"

"Dasar laki-laki munafik! Kamu masih belum mau mengakui perbuatanmu?!" berang Revina.

"Sebelumnya saya minta maaf, tapi saya lebih percaya dengan ucapan Amma. Saya tahu seperti Amma. Amma tidak mungkin melakukan hal seperti itu."

"Saya juga," sambung Taslima.

"Tentu saja kalian akan membela Amma, karena kalian tinggal bersamanya. Lalu apa menurutmu aku berbohong? Untuk apa aku berbohong yang bisa membuat kehormatanku tercoreng? Dia memang lelaki mesum! Berpura-pura alim padahal kelakuannya seperti iblis!"

"Astaghfirullah. Tolong jangan seperti ini Vina."

"Kenapa kalian memojokkan Vina? Dia sudah cukup tertekan dengan apa yang terjadi. Saya menyesal membawanya ke sini," sengit Samsul.

"Apa ada bukti yang menguatkan tuduhanmu pada Amma?"

"Aku memang tidak punya bukti. Tapi aku punya kesaksian beberapa santri. Apa kamu tidak tahu kalau Amma sering melecehkan santriwati? Dia sering melampiaskan n*fsunya pada santriwati! Dia itu seorang penjahat kel*min!"

"Vina!!"

Fatimah tidak dapat menahan emosinya lagi mendengar tuduhan keji Revina pada ayah mertuanya. Amma langsung menenangkan Fatimah. Pria itu masih ingin menyelesaikan persoalan secara baik-baik. Taslima yang melihat situasi sudah tidak kondusif, segera menghubungi Ummi. Namun panggilannya hanya terhubung pada kotak suara. Wanita itu akhirnya menghubungi Nisa dan mengatakan apa yang baru saja terjadi.

Pembicaraan antara Revina dan Amma disaksikan Fatimah, Taslima dan Samsul berjalan alot. Hafiz yang sudah selesai melakukan shalat malam segera ikut bergabung. Pria itu juga terkejut mendengar pengakuan Revina. Sama seperti halnya Fatimah dan Taslima, pria itu tidak percaya kalau Amma melakukan perbuatan bejat itu.

Di tengah pembicaraan, Ummi dan Husein sampai di rumah. Perasaan Ummi mendadak tidak enak dan mengajak anaknya pulang. Siti diserahkan dalam pengawasan Hafshah. Sesampainya di rumah, mereka dikejutkan melihat Amma dan yang lain tengah berbincang serius. Ummi langsung duduk di samping suaminya. Kedatangan Ummi bersamaan dengan Nisa. Mendengar apa yang menimpa pada ayahnya, wanita itu segera menuju pondok diantar suaminya. Melihat kedatangan Ummi dan Nisa, Revina kembali menceritakan apa yang dialaminya.

Refleks Ummi melihat pada suaminya. Kepala Amma menggeleng pelan. Pria itu memegang tangan sang istri. Ummi balas menggenggam tangan suaminya. Tentu saja dia tidak percaya dengan apa yang diceritakan oleh Revina. Barly nampak terkejut mendengar cerita Revina, pria itu menatap tak percaya pada ayah mertuanya. Sementara Nisa melihat pada Revina dengan tatapan tajamnya.

"Kenapa kamu memfitnah Amma seperti itu? Apa kesalahan yang Amma perbuat sampai kamu tega memfitnahnya?!" berang Nisa.

"Tentu saja kamu membelanya karena kamu anaknya. Tapi apa yang aku bilang adalah kenyataan. Ayahmu sudah melecehkanku!!"

"Diam!!? Kamu pikir aku percaya?"

"Percaya atau tidak, tapi itu kenyataannya!"

"Apa kamu punya bukti?" kali ini Barly yang bertanya.

"Sudah kubilang, aku memang tidak punya bukti. Tapi aku punya saksi. Ada saksi lain yang mengalami perlakuan serupa sepertiku!"

"Siapa? Bawa ke sini santrinya," tantang Nisa.

"Baik. Ustadzah, apa bisa panggilkan Dina, Weni, Dahlia dan Asma?" Revina melihat pada Taslima.

"Asma?" tanya Nisa bingung.

Asma adalah santriwati di sini. Asma sudah berada di pondok sejak lulus SD. Orang tua Asma termasuk orang tidak mampu. Mereka menitipkan Asma ke pondok. Amma pun membebaskan biaya syar'iyah untuk santriwati tersebut. Sekarang Asma sudah berusia 17 tahun. Terhitung dia sudah berada di pondok ini selama lima tahun. Sementara Dina, Weni dan Dahlia adalah santri baru di sini. Mereka baru masuk sekitar enam bulan lalu. Dan ketiganya bukan orang asli Tanjung Harapan.

Taslima segera pergi untuk memanggil keempat santriwati yang disebutkan Revina. Sepuluh menit berselang dia kembali dengan membawa empat santriwati yang dimaksud. Keempat santriwati itu hanya menundukkan kepalanya saja, tidak berani melihat pada orang-orang yang ada di dalam ruangan.

"Vina bilang kalau kalian mendapatkan perlakukan tidak senonoh dari Amma, apa benar?" tanya Nisa sambil memandangi keempat santriwati tersebut.

Masih belum ada jawaban dari keempatnya. Revina melihat pada empat orang tersebut. Bagaimana pun caranya dia harus membuat empat orang itu berbicara.

"Kenapa kalian diam? Katakan saja apa yang kalian pernah bilang padaku. Jangan takut, keadilan akan tetap ditegakkan. Aku akan bersama dengan kalian. Benar kan kalau Amma pernah melecehkan kalian?"

Pelan-pelan semuanya mengangkat kepala, kecuali Asma. Santriwati tersebut masih menundukkan kepalanya. Kompak Weni, Dina dan Dahlia menganggukkan kepalanya. Membenarkan apa yang dikatakan oleh Revina. Nisa menatap ketiga santriwati itu dengan tajam. Jelas kalau dia tidak percaya dengan pengakuan mereka.

"Kapan Amma melakukan itu pada kalian dan di mana?"

"Se.. sejak dua bulan lalu. Amma mengajak kami ke kamar kosong yang ada di dekat dapur," jawab Weni takut-takut.

"Kenapa kamu tidak mengatakan pada Ummi?" kali ini Ummi yang bertanya. Dia masih berpegang teguh kalau suaminya tidak mungkin melakukan itu.

"Saya takut, Ummi. Amma mengancam saya."

"Apa yang sudah Amma lakukan pada kalian?" tanya Nisa lagi.

"Amma.. me... Meminta aku melayaninya. Begitu juga dengan Dahlia dan Dina," lanjut Weni.

Kepala Amma hanya menggeleng pelan. Kali ini dia tengah mendapat fitnah keji dari anak didiknya sendiri. Pria itu tetap berusaha tenang menghadapi tuduhan serius yang ditujukan padanya. Tangannya terus menggulir tasbih di tangannya, meminta pertolongan hanya kepala Allah SWT.

"Kalian baru enam bulan berada di sini. Apa kamu pikir saya percaya dengan kebohongan kalian?"

"Memangnya ada aturan harus tinggal berapa lama baru kamu mau mempercayai kami? Kami ini korban! Kalau kamu tidak percaya pada kami, bagaimana dengan Asma? Bukankah dia sudah lama tinggal di sini."

Nisa langsung melihat pada Asma. Sejak datang gadis itu tidak berani mengangkat kepalanya. Nisa mendekat lalu berjongkok di dekat santriwati tersebut. Dengan lembut Nisa memegang pundak gadis itu hingga akhirnya dia berani mengangkat kepalanya.

"Asma, bilang padaku. Apa benar yang dikatakan Vina? Apa benar Amma sudah melecehkanmu?"

Asma tidak langsung menjawab. Gadis itu melihat pada Revina dengan tatapan ragu. Revina melihat tajam pada Asma. Gadis itu kemudian mengarahkan pandangannya pada Barly. Sama seperti halnya Revina, pria itu juga melihat padanya dengan tatapan penuh intimidasi. Akhirnya kepala Asma mengangguk pelan. Nisa terhenyak melihat anggukan kepala Asma.

"Kamu bohong kan? Amma tidak mungkin melakukan itu. Amma sudah menganggapmu seperti anak sendiri."

"Ma.. maaf Kak Nisa. Maaf.. Am.. Amma memang melakukan itu padaku."

Ketika mengatakan itu, Asma tidak berani melihat pada Nisa maupun Amma. Gadis itu menangis tersedu. Tangisannya terdengar begitu pilu. Nisa melihat pada Asma dengan tatapan kosong. Dia terpukul mendengar pengakuan Asma. Dia kecewa kenapa santriwati yang sangat disayangi ikut berbohong menuduh ayahnya.

"Kalian dengar? Bukan hanya aku korbannya di sini. Tapi aku bukan mereka yang hanya akan diam mendapatkan perlakuan seperti ini. Aku akan melaporkannya ke polisi! Laki-laki cabul itu harus mendapat hukuman setimpal!"

"DIAM!!!"

Revina terlonjak ketika mendengar teriakan kencang Nisa. Wanita itu tercekat melihat Nisa yang menatapnya dengan tajam. Nisa kemudian berdiri dan mendekati Amma. Dia berdiri di belakang sang ayah.

"Sedikit pun aku tidak percaya dengan apa yang kalian katakan. Kalian sudah memfitnah Amma dan aku akan buktikan itu!"

"Terserah. Tapi aku akan melaporkannya ke polisi. Samsul, ayo kita pergi ke polisi."

"Jangan ada yang keluar dari pondok ini sebelum ada kejelasan tentang kasus ini!"

Husein yang sedari tadi diam, akhirnya membuka mulutnya. Dia segera memerintahkan Hafiz untuk mengunci pintu pagar dan melarang siapa pun keluar dari Pondok. Revina tentu saja berang mendengar keputusan sepihak Husein. Wanita itu terus mengatakan hal yang memojokkan Amma. Dan bersikeras untuk pergi. Namun akhirnya dia diam saat melihat gelengan kepala Barly. Tanpa pria itu sadari, Amma mengawasi gerak-geriknya.

"Sekarang sudah waktunya shalat shubuh. Setelah shalat, kita akan bahas lagi masalah ini," putus Husein.

Taslima segera membawa empat santriwati kembali ke asrama. Begitu pula dengan Revina yang ditemani Samsul. Amma bersiap ke masjid untuk menunaikan shalat shubuh. Nisa yang melihat Husein hendak pergi, segera mendekati sang Kakak.

"Lebih baik Abang hubungi Bang Zyan. Sejak awal dia sudah curiga pada Vina dan berulang kali mengingatkanku tentangnya. Jangan sampai Amma dibawa ke kantor polisi. Tunggu sampai Bang Zyan datang."

"Iya, Abang juga berencana seperti itu."

"Kenapa harus menunggu Zyan? Memangnya siapa dia? Aku akan membantu Amma," seru Barly.

Pria itu terlihat kesal karena Nisa sangat mempercayai Zyan. Barly memang tidak menyukai Zyan. Sebagai sesama lelaki, dia tahu kalau Zyan memendam perasaan pada Nisa. Dan setelah Nisa menjadi istrinya, pria itu masih belum menghilangkan perasaannya pada sang istri.

"Bukan begitu, Bang. Tapi Amma sangat mempercayai Bang Zyan. Sebelumnya Bang Zyan juga sudah mengingatkan tentang Revina."

"Apa yang dia tahu soal Revina? Jangan-jangan dia bekerja sama dengan perempuan itu untuk membuat kekacauan di sini."

"Kamu jangan asal menuduh tanpa bukti. Jatuhnya jadi fitnah," lerai Husien.

"Sudahlah, sekarang lebih baik kita shalat shubuh dulu," lanjut Husein. Dia segera mengajak Barly menuju masjid.

***

Tak mau menyerah, selepas shubuh, Revina meminta Samsul menghubungi kantor polisi. Jika mereka tidak bisa pergi ke sana, maka biar petugas itu yang datang. Lima belas menit kemudian terdengar suara sirine mobil polisi. Hafiz terpaksa membukakan pintu pagar. Namun siapa sangka, di belakang mobil polisi, sudah banyak warga yang datang. Kabar pelecahan yang dilakukan Amma sudah menyebar di kalangan warga.

"Ada apa kalian ke sini?" tanya Hafiz bingung.

"Kami dengar Amma sudah melakukan pelecehan seksual pada santriwati di sini. Kami tidak terima! Dia harus dihukum!" jawab salah satu pria.

"Iya, benar. Hukum saja. Dasar munafik!" timpal yang lain.

***

Kok bisa nyebar secepat itu kabarnya🤔

1
Safitri Agus
sama-sama Thor 😍🙏
Safitri Agus
sangat mengecewakan sekali sia sia hasil kerja keras dan penyelidikan selama ini,jadi sedih🥹
Safitri Agus
SAFE sentinel ya 🤭
Adi Andong
bagus banget Armin, jangan kasih kendor si tukang fitnah 💪💪💪
Raffasya@aimaria1203
Smga secepat’y slse ya nisa hama2 sprti itu hrus sgra di tuntaskn
Minal aidin walfaidzin jg mak mohon maaf lahir dan batin 🙏🥰
Nabila hasir
jadi gemes ma orang yg fitnah amma.
keburu lebaran ketupat belum di tangkap. hehehe
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Sama" ka 🙏🏻
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Aamiin 🤲
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ
Astaghfirullah bener2 licik ya si Barly, berbahagialah kamu sekarang kelak boom waktu akan menghancurkanmu.
Goodlah Zyan dan Armin, setelah ini tinggal pantau aja kegiatan Marwan melalui cctv dan penyadapan.
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
orang itu pasti suruhan barly, benerkan
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
semoga persidangan kali ini berjalan lancar ... wlpun agak ragu sama buktinya barly pasti bisa ngeles lagi
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
wlpun tau zyan sudah ahli dlm pengintaian tetep aja waswas takut ketauan
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
dan yang jadi petugas pasti zyan kan..
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
iya bener si barly itu super duper licik
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
lambat laut juga nisa pasti tau yg sebenarnya jadi katakan aja langsung kebenarannya seperti apa
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
armin perhatian bgt sampe paham zyan melihat nisa seperti apa🤭
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
urusan ini seperti nya udah hal biasa buat zyan makanya dia mau melakukan nya sendiri
dewi rofiqoh
Melawan orang-orang berpengaruh memang agak sulit, karena mereka menggunakan kekuasaan dan uang untuk memenuhi ego mereka. Tetap semangat nisa, dan selalu memohon pertolongan kepada Allah
Endang 💖
hadeh sidangnya semakin alot
🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛
memuluskan segala cara
tunggulah akan ada masa naya kau kena karma barli
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!