NovelToon NovelToon
Terjebak Di Dunia Siluman Burung Garuda Emas

Terjebak Di Dunia Siluman Burung Garuda Emas

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Mengubah Takdir / Romansa / Masuk ke dalam novel / Penyeberangan Dunia Lain / Fantasi Wanita
Popularitas:489
Nilai: 5
Nama Author: Wardha

Aurora terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya berada di dunia asing yang begitu indah, penuh dengan keajaiban dan dikelilingi oleh pria-pria tampan yang bukan manusia biasa. Saat berjalan menelusuri tempat itu, ia menemukan sehelai bulu yang begitu indah dan berkilauan.

Keinginannya untuk menemukan pemilik bulu tersebut membawanya pada seorang siluman burung tampan yang penuh misteri. Namun, pertemuan itu bukan sekadar kebetulan—bulu tersebut ternyata adalah kunci dari takdir yang akan mengubah kehidupan Aurora di dunia siluman, membuatnya terlibat dalam rahasia besar yang menghubungkan dirinya dengan dunia yang baru saja ia masuki.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wardha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perjalanan ke Perpustakaan Bintang

Keesokan harinya, Aurora dan Raviel bersiap untuk meninggalkan Kerajaan Aetheroin. Mereka berdiri di atas balkon istana, menatap hamparan langit luas yang akan menjadi jalur perjalanan mereka.

"Apa kau yakin ingin melakukan ini?" tanya Raviel, menatap Aurora dengan penuh perhatian.

Aurora mengangguk mantap. "Aku harus tahu siapa sebenarnya para Penghancur Takdir dan apa tujuan mereka. Jika Perpustakaan Bintang bisa memberi jawaban, aku akan ke sana, tak peduli bahaya apa pun yang menghadang."

Tanpa ragu, Aurora mengepakkan sayap emasnya, sementara Raviel menggunakan kekuatan anginnya untuk melayang di sampingnya.

Mereka melesat ke langit, meninggalkan kerajaan di balik awan.

---

Gerbang Bintang

Setelah berjam-jam terbang, mereka tiba di ujung dunia langit—sebuah tempat misterius di mana angin berhenti bertiup, dan langit dipenuhi cahaya bintang meski hari masih siang.

Di hadapan mereka, berdiri Gerbang Bintang—sebuah pintu raksasa bercahaya yang mengambang di udara, dihiasi ukiran kuno dan simbol-simbol yang tampak hidup.

"Ini dia," bisik Aurora. "Perpustakaan Bintang ada di balik gerbang ini."

Namun, saat ia melangkah maju, udara di sekitar mereka berubah. Cahaya gerbang mulai bergetar, dan tiba-tiba, dari dalam kegelapan, muncul dua sosok berjubah hitam dengan mata bersinar keperakan.

Raviel langsung menghunus pedangnya. "Siapa kalian?"

Salah satu dari mereka berbicara dengan suara bergema.

"Kami adalah Penjaga Waktu. Tak seorang pun bisa memasuki Perpustakaan Bintang tanpa melalui ujian kami."

Aurora maju selangkah. "Ujian apa yang harus kami lewati?"

Penjaga kedua mengangkat tangannya, dan tiba-tiba, bintang-bintang di langit mulai berputar, menciptakan pusaran cahaya di sekitar mereka.

"Ujian ini akan menguji hatimu, jiwamu, dan tekadmu. Jika kau gagal ... kau akan terjebak di dalam kegelapan selamanya."

Raviel menoleh ke Aurora. "Apa kau siap untuk ini?"

Aurora menggenggam tangannya erat, merasakan kekuatan Garuda Emas bergetar dalam dirinya.

"Aku tidak punya pilihan lain."

"Aku percaya padamu, Aurora."

Cahaya menyelimuti mereka, dan ujian pun dimulai.

Saat cahaya menyelimuti mereka, Aurora dan Raviel merasa tubuh mereka melayang. Dunia di sekitar mereka berubah—langit dipenuhi bintang yang bergerak, membentuk lorong cahaya yang berputar tanpa ujung.

Tiba-tiba, mereka terpisah. Aurora berdiri sendirian di tengah hamparan langit yang luas, tanpa Raviel di sisinya.

"Ini ujian pertamamu, Sang Garuda Emas."

Suara itu terdengar dari segala arah.

Aurora menoleh ke sekeliling. "Apa yang harus kulakukan?"

Di hadapannya, sebuah cermin raksasa muncul, memantulkan bayangan dirinya. Namun, saat ia mendekat, pantulannya mulai berubah—wajahnya perlahan menggelap, sayap emasnya memudar menjadi hitam pekat.

"Siapakah dirimu yang sebenarnya?"

Suara itu menggema dalam pikirannya, membuatnya terhenti.

Tiba-tiba, dari dalam cermin, muncul sosok dirinya yang lain—bayangan Aurora dengan mata merah menyala dan sayap gelap berkobar.

"Bagaimana jika kau bukan penyelamat?" suara bayangan itu berbisik. "Bagaimana jika kau adalah ancaman?"

Aurora terkejut. "Apa maksudmu?"

Sosok itu tersenyum dingin. "Kau memiliki darah Garuda Emas, makhluk yang konon membawa cahaya. Tapi pernahkah kau berpikir ... bahwa cahaya yang terlalu terang bisa membutakan?"

Tiba-tiba, bayangan itu melesat ke arahnya dengan kecepatan luar biasa, menyerang dengan cakar hitam berkilauan. Aurora nyaris tidak sempat menghindar.

"Ini bukan hanya pertarungan melawan musuh luar, Aurora. Ini adalah pertarungan melawan dirimu sendiri."

Aurora mengepalkan tangannya. Jika ini adalah bagian dari ujian, maka ia harus menang.

Ia mengepakkan sayapnya, membalas serangan dengan panah cahaya Garuda. Panah itu menembus udara, tetapi bayangannya menghindar dengan mudah.

"Kau tidak bisa mengalahkanku," ejek bayangan itu. "Karena aku adalah bagian dari dirimu."

Aurora terdiam.

Bagian dari dirinya?

Saat itu, ia menyadari sesuatu—ketakutannya sendiri.

Ketakutan bahwa ia tidak cukup kuat. Bahwa ia bukanlah penyelamat yang diharapkan semua orang.

Namun, ia bukanlah hanya ketakutannya.

Aurora menarik napas dalam, lalu menatap bayangannya dengan mantap.

"Aku menerima keberadaanmu," katanya dengan suara mantap.

Bayangan itu terhenti. "Apa?"

"Aku menerima semua bagian dalam diriku—ketakutan, kelemahan, dan keraguan. Tapi itu tidak akan mengendalikan siapa aku."

Aurora mengangkat tangannya, dan cahaya keemasan menyelimuti tubuhnya.

"Karena aku adalah Aurora, Sang Garuda Emas, dan aku yang menentukan takdirku sendiri!"

Cahaya itu semakin terang, menelan bayangannya sepenuhnya.

Saat cahaya meredup, Aurora kembali berdiri sendiri di tengah lorong bintang. Cermin di depannya menghilang.

"Ujian pertama telah selesai."

Aurora tersenyum kecil. Ia telah menang—melawan dirinya sendiri.

Namun, di sisi lain ruang dimensi ini, Raviel kini menghadapi ujiannya sendiri…

Ujian Bintang: Bayangan Masa Lalu

Raviel berdiri di tengah kegelapan. Tidak ada cahaya bintang, tidak ada Aurora—hanya dirinya dan keheningan yang mencekam.

Tiba-tiba, langkah kaki bergema. Dari kegelapan, muncul sosok yang sangat familiar baginya.

Seorang pria berambut hitam dengan jubah biru gelap, mata tajam seperti elang, dan ekspresi penuh kebencian.

"Kau telah melupakanku, adikku."

Raviel membeku. Jantungnya berdetak cepat. "Tidak ... Tidak mungkin!"

Sosok itu tersenyum sinis. "Kenapa? Kau pikir aku sudah mati?"

Raviel menggertakkan giginya. "Kau memang sudah mati, Kael."

Kael—kakak laki-lakinya yang seharusnya sudah tiada. Seorang pejuang hebat yang dahulu memimpin pasukan kerajaan mereka, sebelum dikhianati dan jatuh dalam perang bertahun-tahun lalu.

Kael melangkah mendekat. "Dan siapa yang membiarkan itu terjadi? Siapa yang tidak cukup kuat untuk menyelamatkanku?"

Raviel terdiam, sejenak berpikir apakah ini ada hubungannya dengan pangeran kegelapan? Luka lama itu kembali terbuka.

Dulu, saat perang melanda dunia mereka, Kael bertarung sendirian untuk melindungi kota mereka. Raviel—yang saat itu masih muda—ingin membantunya, tapi Kael memerintahkannya untuk pergi.

Dan Raviel pergi.

Saat ia kembali, yang tersisa hanyalah reruntuhan dan mayat Kael yang telah membeku di bawah langit malam.

"Berapa kali kau berpikir, jika saja kau lebih kuat ... aku tidak akan mati?" suara Kael menjadi dingin. "Tapi lihat dirimu sekarang. Kau melayani Garuda Emas, bertarung di sisinya ... tapi apakah kau cukup kuat untuk melindunginya?"

Raviel mengepalkan tangan. "Aku tidak akan membiarkan Aurora terluka. Kami ditakdirkan bersama. Aurora jantungku, dan aku sayap emasnya!"

Kael tertawa dingin. "Begitukah? Kau juga mengatakan hal yang sama kepadaku, dulu. Dan aku tetap mati."

Raviel merasakan beban di dadanya semakin berat.

"Diam," bisiknya.

Kael melangkah lebih dekat. "Aku bertanya sekali lagi, Raviel—jika hari itu tiba, jika Aurora berada dalam bahaya ... apakah kau benar-benar cukup kuat untuk melindunginya?"

"DIAM!"

Dalam sekejap, angin badai meledak di sekitar Raviel. Kekuatannya meledak tak terkendali, menghempaskan bayangan Kael ke belakang.

Namun, Kael hanya tersenyum.

"Sekarang aku mengerti ... Kau belum memaafkan dirimu sendiri, bukan?"

Raviel terengah-engah. Kata-kata Kael benar.

Ia belum pernah benar-benar memaafkan dirinya sendiri atas kematian kakaknya.

Ia selalu menyalahkan dirinya.

Selalu merasa tidak cukup kuat.

Selalu takut bahwa suatu hari nanti, ia akan gagal melindungi orang yang ia cintai—lagi.

Tapi ....

Aurora telah menghadapi bayangannya sendiri. Dan sekarang, ia juga harus melawan miliknya.

Raviel menarik napas dalam. Ia menatap Kael—bukan dengan kemarahan, tetapi dengan ketenangan.

"Kau benar, Kael," katanya pelan. "Aku memang tidak cukup kuat waktu itu."

Kael terdiam.

"Tapi aku telah belajar. Aku tidak akan membiarkan ketakutanku menghancurkanku lagi." Raviel menatap lurus ke arah kakaknya. "Aku akan terus bertarung, bukan karena aku ingin membuktikan sesuatu, tetapi karena aku tidak akan membiarkan penyesalan lain menghantuiku."

Perlahan, tubuh Kael mulai memudar.

Senyumnya berubah, bukan lagi penuh kebencian, tetapi ... damai.

"Akhirnya kau mengerti, adikku."

Dalam sekejap, kegelapan di sekitar Raviel menghilang.

Dan saat ia membuka matanya, ia kembali ke lorong bintang.

Di hadapannya, berdiri Aurora—baru saja menyelesaikan ujiannya sendiri.

Keduanya saling berpandangan.

Mereka tidak perlu berkata-kata.

Mereka berhasil.

Di kejauhan, Gerbang Bintang mulai terbuka.

Mereka telah melewati ujian pertama.

Namun, perjalanan menuju Perpustakaan Bintang baru saja dimulai.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!