Warning! Area 21+ yang masih di bawah umur harap tidak membaca novel ini. 🙏😁
Seorang gadis bernama Elisa yang punya segalanya dalam hidup, ia cantik, populer dan kaya raya. Hidupnya begitu sempurna, namun tak banyak yang tahu jika ia mempunyai trauma masa kecil karena penghianatan sang ayah yang menyebabkan ibunya meninggal bunuh diri.
Lima belas tahun berlalu. Sebelum sang ayah meninggal, beliau menulis sebuah surat wasiat yang bertuliskan bahwa seluruh harta kekayaannya akan jatuh ke tangan sang putri tunggalnya. Dengan syarat Elisa harus menikah dan melahirkan keturunan penerus keluarga.
Elisa yang tak percaya dengan adanya cinta sejati mulai mencari cara agar ia mendapatkan warisan tersebut. Dan saat itulah seorang pria sederhana muncul di hadapannya karena meminta Elisa membatalkan penggusuran pemukiman tempat pria itu tinggal.
"Aku akan membatalkan penggusuran itu dengan satu syarat, menikahlah denganku, setelah aku hamil dan melahirkan kamu akan aku bebaskan." Elisa Eduardo.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alya aziz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.26 (Liburan)
Deru ombak yang terdengar jelas dari lepas pantai yang tak jauh dari penginapan, membuat Reynald terbangun dari tidurnya. Ia meraba sisi kanan ranjang namun tidak merasakan kehadiran sang istri.
Saat matanya sudah terbuka lebar, ia mengeryit karena tidak menemukan Elisa di sisinya. "Apa dia ke toilet." Reynald bangkit dari posisi berbaringnya dan langsung melangkah menuju pintu kamar mandi. "El, kamu di dalam?"
Setelah beberapa kali mengetuk namun tak ada jawaban, di bukanya pintu itu dan Elisa tidak ada. Ia kembali berbalik untuk meraih ponselnya yang ada di atas nakas. Betapa terkejutnya ia saat melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul sembilan pagi.
Segera saja ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai Reynald keluar untuk mencari Elisa. Suasana sepanjang lepas pantai sudah lumayan ramai, banyak wisatawan dari mancanegara yang sedang menikmati liburan.
"Rey!"
Reynald menoleh saat mendengar suara yang tak asing baginya. Tiba-tiba matanya membulat dan ia sempat terpana karena seorang wanita yang memakai bi*kini kini melangkah mendekatinya.
"Akhirnya kamu bangun juga, bagaimana penampilan ku seksi kan. Di toko yang ada di ujung sana banyak menjual bikini jadi aku beli saja," ujar Elisa saat berada di depan Reynald.
"Kamu tidak bisa memakai ini, terlalu banyak orang di sini. Kamu lihat mata-mata keranjang buah itu ... mereka melihat kamu seperti buah segar, ayo ganti baju sekarang," ujar Reynald yang saat ini sudah memegang lengan Elisa.
"Oh my God, pakaian begini sudah biasa di pakai, kamu lihat bule-bule cewek di sana mereka juga sama dengan ku ... aku tidak akan menggantinya, aku mau main air," ujar Elisa yang hendak berbalik pergi namun kembali di cegah oleh Reynald.
"Pokoknya harus ganti," ucapnya lalu menggendong tubuh Elisa masuk kembali ke dalam kamar penginapan.
Elisa berteriak minta di lepaskan namun Reynald tak bergeming. Ia terus menggedong istrinya itu. Sesampainya di dalam kamar Reynald menjatuhkan tubuh Elisa ke atas tempat tidur.
Melihat penampilan Elisa sekarang, hasratnya kembali hadir dan minta untuk di tuntaskan. Saat ini ia memposisikan diri di atas tubuh Elisa, mereka saling menatap dengan deru napas yang sama-sama saling memburu.
"Kamu hanya boleh memakai pakaian seperti ini saat berdua dengan ku."
Elisa mendelik. "Terus sekarang apa, kenapa kamu berada di atas ku, na*fsu?"
"Malam tadi kita tidak sempat melakukannya, jadi aku mau sekarang ... salah sendiri karena kamu sudah memancing ku dengan pakaian ini." Suara yang sudah mulai berat membuat keinginan semakin kuat, ia mulai menjelajahi setiap inci tubuh Elisa yang kini terekspos nyata.
"Rey ka-kamu ... hmmpp." saat Elisa ingin mengajukan protes, Reynald segera membungkam mulutnya. Sekujur tubuhnya semakin menegang.
Tangan Reynald mulai menelusup masuk ke kain tipis yang menutupi benda kenyal yang sangat sensitif saat menerima sentuhan. De*sahan mulai terdengar dari mulut Elisa saat sang suami bermain di sana.
Setelah terhanyut dalam permainan yang hanya sebagai pemanasan, akhirnya mereka sampai ke tahap penyatuan. Reynald menghantam dengan gerakan cepat hingga akhirnya "Aaaakkh." teriakan mereka pun akhirnya terlepas tanda sama-sama merasakan kepuasan.
Reynald melepaskan diri dan langsung memeluk Elisa. Napas keduanya terdengar tersengal-sengal setelah olahraga dadakan yang membuat tubuh melemas.
"Kamu tuh selalu saja tiba-tiba, aku kan jadi capek, Rey," ujar Elisa.
"Tapi kamu menikmatinya kan?" tanya Reynald tiba-tiba.
Wajah Elisa tiba-tiba memerah, tidak ia pungkiri semua yang Reynald lakukan padanya membuat ia candu.
"Entahlah aku mau mandi lagi," ucap Elisa lalu bangkit dari tempat tidur.
"Tidak jadi main ke pantai?" tanya Reynald.
"Ya jadilah, tenang saja bukan pakai bi*kini kok," ujar Elisa yang terlihat kesal.
**
Sementara itu di tempat berbeda. Jack menghentikan aktivitasnya saat sebuah mobil berhenti di depan bengkel. Ia menghela napas berat karena ternyata yang datang adalah, Sofia.
Sofia melangkah mendekat sambil tersenyum walau tidak di tanggapi oleh Jack. "Selamat pagi Jack, oh iya Reynald ada kan?"
"Kamu ini lupa atau gimana sih, udah jadi tunangan orang masih aja nyari cowok lain? Reynald nggak ada jadi lebih baik sekarang kamu pulang," ujar Jack dengan malas.
"Aku memang sudah tunangan, tapi aku tetap sahabatnya Rey. Memangnya dia kemana sih nomornya nggak aktif, di temuin juga susah banget sekarang," kata Sofia seraya berpangku tangan.
"Rey pergi liburan, lebih tepatnya bulan madu sama istri tercintanya, Elisa," seloroh Jack lalu menutup mulut bocornya. Dulu Reynald sudah memperingatkan ia untuk tutup mulut tapi secara tidak sengaja dia membeberkannya kepada Sofia.
"Jadi benar, mereka sudah menikah ... semua yang Elisa katakan waktu itu benar. Tapi bagaimana bisa mereka tiba-tiba saja menikah, selama ini Rey cuma dekat dengan ku," ujar Sofia yang masih tak menyangka.
"Ya pokoknya begitulah, kamu jangan mengganggu Rey lagi sekarang dia sudah bisa buktiin bisa bahagia tanpa harus bersama kamu. Sof, pikirin deh sekarang kenapa kamu begini itu pasti kamu nyesal karena nyia-nyiain laki-laki sebaik, Rey," tutur Jack, ia berbalik meninggalkan Sofia yang masih diam mematung di tempatnya.
Sofia masih diam terpaku di tempatnya. Ia mencengkram erat tali tas selempang yang ia pakai. Pada akhirnya ia merasa kehilangan satu sosok yang dulu selalu ada, hubungannya dengan Diki juga tak berjalan baik karena mereka mulai tak sejalan, bertahan juga hanya karena paksaan dari sang Mama.
...**...
Menjelang petang, setelah selesai bermain air di pantai. Elisa dan Reynald berjalan-jalan sambil menikmati pemandangan laut yang membiru sepanjang mata memandang.
Meski melangkah saling berdampingan, mereka masih saja memberi jarak tanpa tangan yang saling bertaut seperti kebanyakan pasangan yang berada di sekeliling mereka.
Saat di atas ranjang mereka bisa saling menyatu tanpa ragu, namun setelah itu mereka kembali menjadi asing satu sama lain, kenapa mereka harus terjebak dalam situasi seperti ini.
Di tengah keheningan mereka. Elisa tiba-tiba saja menghentikan langkahnya karena melihat seorang wanita hamil sedang bermain di lepas pantai bersama pasangannya. Sontak Reynald juga berhenti melangkah.
"Rey, rasanya hamil itu seperti apa ya ... aku tiba-tiba saja membayangkan hal itu karena melihat wanita yang ada di depan kita sekarang. Huftt, dengan perut membuncit seperti itu sepertinya dia masih bahagia," ujar Elisa sambil terus memandangi wanita hamil itu.
Mendengar tiba-tiba saja Elisa membahas hal itu, Reynald kembali penasaran kenapa Elisa menginginkan dari pernikahan mereka. "Kamu benar-benar ingin anak dari ku?"
Elisa menoleh menatap Reynald. "Iya bukannya kamu sudah tau tujuan utama dari pernikahan kita, aku ingin hamil dan melahirkan anak untuk penerus keluarga ku."
Reynald menatap Elisa lekat. Entah kenapa ia merasa akan kehilangan banyak hal setelah semua tujuan pernikahan ini tercapai. Ia takut kehilangan Elisa dan anak yang di lahirannya kelak.
"Baiklah, aku akan bekerja keras mulai sekarang setiap pagi dan malam hari, agar kamu cepat hamil," ujar Reynald pada akhirnya.
Elisa hanya terseyum kepada Reynald. Ia mundur kebelakang dan langsung melompat ke bagian punggung Reynald. "Aku lelah, gendong aku ya."
Meski hatinya bergejolak, tapi pada akhirnya Reynald bisa kembali tersenyum karena tingkah konyol Elisa. "Hey kamu itu berat tau."
"Apa kamu bilang, berat? Aku ini seringan kapas tau, ayo cepat jalan."
"Oke pegangan yang kecang aku mau lari nih, satu, dua, tiga." Reynald berlari seraya mengendong Elisa.
Mereka berdua tertawa bersama, menikmati suasana pantai dan langit sore yang mulai menjingga. Elisa tak pernah sebahagia ini di dalam hidupnya, begitu juga dengan Reynald namun tanpa sebuah kejelasan mungkin kisah mereka akan bertahan selamanya?
Bersambung 💓
Jangan lupa dukungannya readers 🙏😊😍❤️