Niat Savana memberikan kejutan untuk tunangannya, malah membuat dirinya yang dikejutkan saat mendapatkan fakta kekasihnya berselingkuh dengan wanita lain. Kecewa, patah hati, Savana melampiaskannya dengan pergi ke club malam.
Entah apa yang terjadi, keesokan harinya ia mendapati dirinya berada diatas ranjang yang sama dengan seorang pria tampan. Pria yang mampu memikatnya dengan sejuta pesona, meski berusia jauh lebih tua darinya. Lambat laun Savana jatuh cinta padanya.
Javier Sanderix namanya dan ternyata ia adalah ayah dari sahabat karibnya Elena Sanderix. Tak peduli hubungan diantara mereka, Savana bertekad akan mendapatkan Xavier dan kekonyolannya pun dimulai, perbedaan usia tak jadi masalah!
Akankah Savana berhasil menjerat si om yang sudah membuatnya terpesona? Ataukah hanya patah hati yang akan ia rasakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma Kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Pameran seni
...🍁🍁🍁...
Keesokan harinya, Savana dibangunkan oleh Elena dan Alexa. Dini hari tadi Savana sempat demam dan kedua sahabatnya itu merawat Savana.
"Kau tidak usah pergi ke pameran, lebih baik kau istirahat saja Van." kata Elena cemas.
"Tidak apa-apa, demamku sudah turun dan aku tidak pusing lagi. Kalian tenang saja." Savana tersebut seraya menenangkan kedua sahabatnya. Meski sebenarnya kepalanya pening kala itu.
Namun hari ini adalah pameran seni pertamanya dan dia tidak boleh sampai tidak hadir disana. Citranya sebagai seorang seniman baru harus dia jaga dan disana ia akan bertemu banyak kolega bisnis seninya.
"Ya sudah baiklah, ayo kita sarapan dulu." ajak Alexa pada Elena dan Savana.
Ketiga gadis cantik itu pun turun dari lantai dua, menuju ke lantai bawah setelah mereka selesai mandi dan berpakaian. Alexa dan Elena hari ini akan mendedikasikan hari mereka untuk Savana. Mereka juga cemas dengan keadaan Savana yang kurang enak badan, takutnya terjadi apa-apa.
Di ruang makan, tidak ada Javier dan hanya ada Hilda juga dua maid yang sedang beres-beres di sekitar sana.
Terlihat juga banyak makanan tersaji diatas meja, makanan bergizi dan sehat. Bahkan ada semangkuk bubur di sediakan oleh Hilda untuk Savana.
"Nona...ini bubur untuk nona dan segelas susu hangat juga." ucap Hilda pada Savana sambil menyodorkan semangkuk bubur dan segelas susu pada gadis itu.
Savana, Elena dan Alexa terheran-heran kenapa menu Savana berbeda dengan mereka yang makan roti dan minum susu saja.
"Eh? Kenapa menu untukku berbeda bik?" tanya Savana heran.
"Tuan berpesan pada saya untuk menyiapkan bubur untuk nona. Beliau bilang nona Savana kurang sehat dan harus makan makanan yang ringan." jelas Hilda sambil tersenyum. Sontak saja Elena dan Alexa mengerutkan kening, mereka bingung karena Javier begitu perhatian pada Savana. "Dan, tuan sendiri yang membuatkan buburnya, saya hanya memanaskannya saja." sambung Hilda.
'Jarang sekali tuan besar turun ke dapur dan memasak kalau bukan untuk nona Elena. Tapi tadi pagi tuan besar memasak untuk nona Savana. Itu artinya tuan besar juga menyayangi nona Savana, sama seperti tuan menyayangi nona Elena' Pikir Hilda dalam hatinya.
Sementara Savana terlihat bahagia sebab Javier benar-benar menunjukkan perhatian dan keseriusannya. Sedangkan disisi lain,tatapan tajam dan bingung tertuju pada Savana dari kedua sahabatnya.
"Haha...om Javier baik sekali ya? Bahkan dia menganggapku sama seperti Elena!" Savana tertawa canggung.
Kenapa mereka melihatku begitu? Mereka tidak curiga bukan? Ah...aku harus bicara pada Elena nanti, apakah dia mau punya ibu sambung yang usianya sepantaran dengannya? Ya...aku harus bicara nanti ketika ada waktu.
Gelisah, itulah yang dirasakan oleh Savana saat ini ketika melihat tatapan mata Elena dan Alexa padanya.
"Syukurlah! Akhirnya aku bisa minta pada Daddy untuk menjadikanmu saudaraku! Ternyata Daddy juga sayang padamu Savana," gadis bernama Elena itu tersenyum lebar dan membuat perasaan Savana sedikit lega.
Elena memeluk sahabatnya itu dengan erat dan penuh kasih sayang.
'Ah? Jadi saudaramu? Tidak Elena, aku maunya jadi ibumu!' kata Savana dalam hatinya.
"Daddymu baik juga El, aku juga mau jadi anaknya." ucap Alexa dengan bibir yang mencebik dan gaya manjanya.
"Tidak! Kau sudah punya ayah dan ibu yang lengkap, kau tidak butuh Daddy ku sama seperti aku dan Savana...hehe." kekeh Elena yang masih setia memeluk Savana.
"Huh!! Dasar si kembar cantik!" cetus Alexa sebal, ia mengatakan julukan Savana dan Elena saat berada di sekolah menengah atas yaitu di kembar cantik. Alexa sendiri baru bertemu dengan Elena dan Savana ketika di sekolah menengah, tidak seperti mereka berdua yang sudah mengenal dari TK.
Setelah selesai sarapan dan minum obat, Savana menjadi lebih baik. Apalagi kata Hilda tadi, Javier sendiri yang membuatkan bubur untuknya. Savana jadi semakin kagum pada ayah sahabatnya itu. Dia jadi semakin semangat menjalani harinya.
Mereka bertiga pun masuk ke dalam mobil Elena menuju ke galeri pameran seni Savana. Hari itu Savana terlihat cantik dengan dress diatas lutut berwarna biru Dongker dengan rambut coklatnya yang digerai panjang. Rambutnya agak di curly dibagian bawah dan menambah kecantikan Savana. Alasan Savana berdandan hari ini, ya itu karena hari ini ia adalah ratu di acara pameran seni pertamanya itu. Dimana ia akan mengenalkan semua lukisan karyanya disana dengan banyak seniman yang hadir untuk melihatnya.
Di dalam perjalanan, Savana kembali tersenyum sendiri saat melihat ponselnya. Entah dia berkirim pesan dengan siapa. Beruntunglah Elena dan Alexa duduk didepan, jadi mereka tidak bisa melihat siapa yang bertukar pesan dengan Savana.
J : Kau sudah bangun? Apa kau minum sudah makan bubur dan minum obatmu?
Savana tersenyum kemudian mengetikkan pesan balasan untuk Javier dengan perasaan bahagia dan setengah tidak percaya karena Javier yang dingin bisa sangat perhatian seperti ini. Ia yakin Javier akan berbeda dengan Justin. Dan semoga saja perhatian Javier tidak hanya di awal saja.
S : Sudah om, om sudah sarapan kan?
J : Sudah. Kau jaga dirimu baik-baik ya, aku mungkin agak sedikit terlambat, sebab aku ada rapat.
S: Baiklah om, aku akan menunggumu. Kau kan sudah janji, jadi kau pasti datang.
J : Iya.
Elena dan Alexa yang duduk di kursi depan, terheran-heran melihat Savana yang senyum-senyum sendiri sambil melihat ponselnya.
"Aku rasa dia sedang chat dengan Justin," gumam Elena dengan tangan yang sibuk memegang setir kemudi.
"Justin? Siapa itu?"tanya Alexa penasaran.
"Dia... adalah orang yang sedang melakukan pendekatan pada Savana!" bisik Elena pada Alexa.
"Apa... jangan-jangan dia adalah model terkenal itu?" tanya Alexa menebak dan Elena hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban. "Tapi aku dengar bahwa pria itu lebih tua," gumam Alexa pelan sambil berpikir dalam tentang semalam.
Tak lama kemudian, Savana dan kedua sahabatnya bak charlie's Angel itu menjadi sorotan semua orang disana. Elena terkenal dengan kemolekan tubuhnya yang seksi, Alexa yang memiliki kesan cantik yang glamour dan Savana terkenal cantik sederhana, identik dengan kesan anggun. Walau padahal sebenarnya Savana ini bar-bar.
"Nona Savana, anda sudah datang." sapa Tere, salah seorang pegawai di pameran seni Savana yang juga wakil dari Savana.
"Iya Tere. Kenapa tamunya sudah pada datang? Ini kan baru jam setengah 8 pagi?" tanya Savana sambil melihat-lihat di depan gedung pamerannya, banyak tamu yang sudah datang.
"Nona... mereka sangat berantusias ingin segera melihat pameran."
Savana dan kedua sahabatnya terlihat sangat senang karena acara galeri Savana sepertinya akan sukses dan tentunya gadis itu akan sibuk berada di sana seharian.
****
Di kantornya, Javier tengah bersiap untuk rapat pagi itu. Ia sengaja memajukan jadwal rapat yang menjadi pagi sebab ia ingin pergi ke pameran seni Savana.
"Semua orang sudah menunggu pak," ujar Leo pada Javier yang tadinya masih sibuk chat dengan Savana.
"Baiklah," ucap Javier sambil menyimpan ponselnya ke dalam saku jas. Kemudian dia beranjak dari tempat duduknya.
"Apa kau sudah mengirim bunganya ke gedung pameran seni itu?" tanya Javier yang mendapatkan jawaban anggukan dan kata ya dari sekretarisnya itu.
Setelah rapat ini, aku akan kembali ke
Ketika kedua pria itu akan keluar dari ruangan presdir, tiba-tiba saja seorang wanita masuk ke dalam ruangan itu bersama dengan dua petugas keamanan.
"Maaf nyonya! Anda tidak boleh masuk," ujar seorang petugas itu sambil memegang tangan si wanita.
"Lepaskan tangan kotormu dariku! Dasar pegawai rendahan!" bentak wanita itu kasar.
Wanita itu menatap Javier dengan tajam, lalu ia pun tersenyum dan memeluknya. Javier langsung mendorong wanita itu. Kehadirannya membuat Javier tidak senang.
"Elisa? Mau apa kau kemari?" tanyanya dingin dan sinis. "DAN--BERANINYA KAU MEMELUKKU!" bentak Javier marah.
"Javier... beginikah sambutanmu pada ibu yang sudah melahirkan putrimu?" Elisa tersenyum menyeringai. Entah apa yang membuat wanita itu kembali setelah 17 tahun pergi ke luar negeri.
...****...