Ketika hidayah datang menyentuh hati, namun masalalu yang kelam terus menghalangi kaki untuk melangkah kembali ke jalan suci.
Kisah Zee, seorang pelacur kota yang ingin Hijrah namun menemui banyak rintangan dan tantangan. Apakah hidayah Allah mampu membawanya kembali? Atau dia akan menyerah pada keadaan?
Baca kisah lengkapnya di sini😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan_Neen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Memperhatikan dari jauh
Beberapa saat lalu, Irsyad yang mengajak Azizah ke masjid, sengaja meninggalkan wanita itu sendiri di depan pintu, sementara dia pergi mengambil air wudlu untuk segera menunaikan sholat.
Irsyad sengaja melakukannya untuk melihat seberapa seriusnya Azizah ingin berubah.
Setelah selesai sholat, dia berniat menemui Azizah dan melihat siapa tau wanita itu butuh bantuan. Dia tau bahwa ini pasti pertama kalinya Azizah pergi ke tempat seperti itu.
Namun, saat Irsyad baru keluar dari pintu samping dan hendak berjalan ke teras depan, dari kejauhan dia melihat Azizah yang baru keluar dari tempat wudu.
Seketika, senyum tipis mengembang dari bibir pria tersebut.
Dia terus memperhatikan wanita itu. Setiap gerak geriknya tak luput dari pengamatan Irsyad.
Bagaimana Azizah mencoba memilih mukena, bagaimana dia kebingungan memakainya, bagaimana dia menirukan gerakan sholat perempuan disampingnya, hingga bagaimana wanita itu dengan sabar menunggu yang lain selesai berdzikir dan berdoa.
Semua tak luput dari pandangan Irsyad.
Alhamdulillah, semoga ini menjadi awal jalan surgamu, batin Irsyad.
Setelah melihat Azizah bangun dari duduknya, Irsyad memutuskan untuk turun dan menunggunya di bawah.
“Eeh, kayaknya enak tuh,” gumamnya saat melihat pedagang sempolan berhenti tak jauh dari gerbang masjid.
Pria itu pun menghampiri pedagang tersebut dan membeli beberapa tusuk. Dia menikmatinya sembari menunggu Azizah selesai.
Baru satu tusuk dimakan, tiba-tiba sebuah pukulan kecil mendarat di kepalanya, hingga membuatnya mengaduh pelan.
“Aduh.” Irsyad mengusap kepalanya.
Dia menoleh dan mendapati Azizah sudah berdiri di belakang dengan wajah bersungut-sungut.
“Kebangetan lu ye. Gue ditinggal sendirian sholat, eh lu nya malah enak-enakan makan sempolan di mari,” gerutu Azizah.
“Eh, Mbak. Udah selesai. Mau nggak? Enak lho,” tawar Irsyad tanpa rasa bersalah.
Azizah duduk disamping pria itu, “Minta.”
Irsyad pun membagi camilannya dengan Azizah.
“Gimana, Mbak? Bisa kan?” tanya Irsyad.
“Kebangetan lu ninggalin gue. Bukannya ngajarin dulu,” gerutu Azizah sembari menyumpal mulutnya dengan satu tusuk sempolan.
“Tapi tadi saya lihat, mbaknya bisa kok,” sahut Irsyad.
“Au ah. Minta lagi.” Azizah kembali mengambil setusuk sempolan dari dalam plastik yang dipegang Irsyad.
Pria itu hanya tersenyum sambil menahan tawanya, kala mengingat betapa keras perjuangan Azizah sampai bisa selesai sholat untuk pertama kalinya.
Keduanya cukup lama di sana, sampai adzan isya kembali berkumandang.
Lagi-lagi, Irsyad mengajak Azizah sholat, meski setelahnya wanita itu kembali harus belajar sendiri mengamati orang disekitarnya.
Jumlah rakaat antara maghrib dan isya yang berbeda, membuatnya sempat melakukan kesalahan kecil.
Sujud ketiga yang harusnya kembali berdiri, dia justru duduk karena saat maghrib tadi orang-orang juga duduk.
Alhasil, dia pun kembali berdiri karena semua orang berdiri lagi.
Kali ini, dia tak membutuhkan waku sampai hampir satu jam untuk sholat, karena langsung ikut sholat jamah yang pertama.
Setelah selesai, Irsyad mengajak Azizah untuk berjalan kembali menuju jalan raya.
“Gue bingung deh. Kenapa tadi gerakannya beda?” tanya Azizah.
Dia kembali teringat kesalahannya saat rakaat ke tiga.
“Maksudnya gimana, Mbak?” tanya Irsyad.
“Tadi yang pertama keknya habis berdiri ke tiga kali tuh duduk, trus nengok kanan kiri. Tapi yang barusan kok lain,” tutur Azizah.
“Oh... itu karena rakaat sholat maghrib dan isha beda. Maghrib itu 3 rakaat. Isha 4 rakaat. Kalo maghrib, sujud kedua duduk bentar, sujud ketiga duduk habis tu salam."
“Nah kalo isha, sujud kedua duduk, sujud ke tiga berdiri lagi, baru sujud ke empat duduk terus salam. Gitu,” jelas Irsyad.
“Bingung gue,” keluh Azizah.
“Pelan-pelan aja. Nanti juga paham,” sahut Irsyad.
“Pelan pala lu. Ini kecepatan, Pak supir. Baru juga mulai belajar ikut pengajian, udah disuruh sholat, mana ditinggal sendiri lagi. Minimal kasih tutorial dulu biar nggak bingung,” gerutu Azizah.
Irsyad terkekeh mendengar omelan wanita yang tengah berjalan disampingnya itu. Dia tak bisa lagi menahan tawanya melihat keluguan seorang Azizah saat di masjid tadi.
“Rese lu.” Sementara Azizah masih mengeluh karena merasa dikerjai oleh Irsyad, pria yang baru dikenalnya beberapa waktu itu.
Bersambung ▶️▶️▶️
Jangan lupa like, comment dan rate novel aku ya 😄, kasih dukungan banyak-banyak ke sini 🙏
dah habis ajah nih... pdhl cuma tarik napas ajah dah habis....🤦🏻♀️...
tak kirra² masih ada bab lagi😌😌😌
dah habis ajah nih... pdhl cuma tarik napas ajah dah habis....🤦🏻♀️...
tak kirra² masih ada bab lagi😌😌😌
Semangat yaw/Kiss/
padahal 1 tarikan napas aja langsung habis...🤦🏻♀️...
ini gimana konsep nya...😌😌
teman/ sahabat yang tulus akan menerima apa ada nya....
walaupun cobaan silih berganti..
sebagai teman/sahabat memberi semangat dan mensuport Azizah..
pada saat down malah menjauh bukan memberi semangat untuk menjalani semua cobaan...😞
gak bisa kata²..🤭
biar kuat iman dan mental nya...
pelangi/ punbkebahagian nya masih jauh di gapai...
jadi nikmatin ujian dan cobaan nya yg di berikan othor😂😂😂....
orang lain pada mandang sebelah mata...
gak di sisi positif nya......
istiqomah lebih sulit dari pada jarkoni😂😂😂😂
(iso ngaKAR ora iso nglaKONI)
walau pun itu nyata nya fakta...
walau pun itu nyata nya fakta...
semoga istiqomah...
dan kuat iman nya🤲🤲🤲
dah nyaman malah ending nya kesandung lagi....🧐🧐🧐🧐...
ending nya masa lalu lagi🤦🏻♀️🤦🏻♀️🤦🏻♀️🤦🏻♀️