Pernikahan Kontrak Dengan Mafia Kejam

"Pernikahan ini akan menjadi pernikahan terbesar dan paling megah di seluruh negeri. "

Terdengar gumam gumam setuju. Charles merasa terkekang berada di sana. Ia ingin pergi dan keluar dari semua omong kosong soal pernikahan yang dibicarakan kakeknya dan keluarga Davidson.

"Kurasa aku ingin mencari udara segar. " Charles langsung berdiri.

Ia bahkan tidak menunjukkan senyum pura pura ke calon ayah dan ibu mertuanya. Lalu pergi dari sana. Rosye mengikuti, gadis itu berdiri, keluar dari lingkaran meja untuk mengekori Charles ke taman belakang. Tempat dimana udara segar menerpa mereka.

"Apa yang kau lakukan disini.? " Charles berkata ketus pada Rosye. Gadis itu berjalan ke samping Charles.

"Kenapa kau kelihatan marah Charles.? Apakah aku ada melakukan sesuatu yang membuatmu kesal.? " Tanya Rosye. Charles diam saja.

Lebih baik lidahnya dipotong daripada memberitahu Rosye bahwa ia sedang marah karena tak kunjung menemukan Arabella.

Bagaimana bisa seorang Charles, yang seorang mafia tidak dapat menemukan gadis biasa dan lemah seperti Arabella. Itu memalukan bagi Charles.

Rosye menatap Charles dengan ekspresi cemas.

"Aku hanya ingin membantu. " Rosye berkata dengan suara lembut, mencoba mencairkan suasana. Charles mendengkus.

"Kalau kau benar benar ingin membantu, tinggalkan aku sendiri. ! "

Kata kata itu menusuk Rosye, tetapi ia menolak menyerah. Ia berdiri di sana, mengamati Charles yang kini menyandarkan tubuhnya ke sebuah pohon besar. Matanya menatap jauh ke taman yang gelap, tapi pikirannya jelas tidak ada disana.

"Aku tidak akan pergi. Katakan padaku, apakah kau berubah pikiran? Apakah kau ingin membatalkan pernikahan ini.? "

Charles menoleh, sorot matanya tajam.

"Menjauhlah dariku Rosye. Aku tidak ingin melihatmu. Hanya itu. ". Karena satu satunya yang ingin Charles lihat hanyalah Arabella.

Sementara itu di rumah sakit.

Arabella menunggu dengan gelisah di lorong panjang yang dipenuhi bau antiseptik. Vincent berdiri di dekat Arabella. Tangannya di masukkannya ke dalam saku jasnya. Sementara matanya diam diam mengamati Arabella dengan minat yang tampak tenang.

"Ya Tuhan! Semoga Nana akan baik baik saja.! " Gumam Arabella berdoa.

"Rupanya kau benar benar peduli padanya ya.? " Vincent menanyakan hal yang sudah jelas jawabannya.

Arabella menatap tajam ke arah pria itu, yang hampir setengah jam lamanya tidak mengatakan apa apa. Rupanya Vincent penasaran juga dengan hubungan Arabella dan Nana.

"Dia seperti keluarga bagiku. Tentu saja aku peduli. "

Vincent mengangguk, meskipun banyak diam, Vincent kelihatan lebih lembut dan manusiawi dari Charles.

"Aku mengerti. Tetapi aku harus memperingatkanmu Arabella. Jangan mencoba melarikan diri. Jika kau setuju bekerja untuknya, kau harus siap dengan konsekuensinya. "

"Aku tidak peduli. Jika itu berarti bisa menyelamatkan Nana, aku akan melakukannya. " Arabella membalas tegas.

Vincent tersenyum tipis, ada sedikit rasa kagum di matanya. Rasa kagum yang jarang dia perlihatkan apalagi untuk seorang perempuan.

"Kau melarikan diri dari Charles, dan memutuskan kembali ke jalur yang sama dengannya. Kau lebih berani dari yang ku kira . "

Sebelum Arabella bisa membalas, seorang perawat keluar dari ruang ICU. Wajahnya serius, membuat jantung Arabella mencelos.

"Bagaimana keadaannya.? " Tanya Arabella cepat, suaranya nyaris putus.

"Stabil untuk saat ini. Operasinya akan segera dilakukan secepatnya. "

Arabella mengangguk, menggenggam erat tas kecilnya. Ia menoleh ke arah Vincent.

"Kapan aku mulai bekerja..? Bisakah aku tinggal sampai operasi Nana selesai.? "

Vincent menatap datar.

"Besok pagi mau tidak mau kau harus pergi ke Queens bersamaku. Akan kutinggalkan satu orangku untuk menjaga wanita itu. "

Itu jelas fasilitas yang sangat mewah bagi orang biasa seperti Arabella. Tetapi disisi lain, Arabella tau ia tidak bisa menolak.

"Apakah tuan besarmu akan melindungi dari cucunya.? "

"Kau miliknya sekarang. Kurasa tuan besar akan menjagamu. "

Keesokan paginya, Arabella berdiri di depan cermin kecil di rumah Nana. Seragam pramusaji bewarna hitam putih yang diberikan Vincent tampak sedikit longgar di tubuhnya. Tetapi ia tidak peduli. Pikirannya terus melayang pada Nana yang terbaring lemah di rumah sakit.

Vincent datang tepat waktu, mengendarai mobil hitam mewah yang sama. Ia membawa Arabella ke Queens dengan pesawat. Lalu mereka berkendara ke sebuah gedung hotel besar di pusat kota, yang tampak lebih seperti istana daripada tempat kerja.

Lampu lampu kristal menggantung di langit langit. Dindingnya dilapisi marmer mengkilap. Dan segala sesuatu tampak begitu megah hingga Arabella merasa asing.

"Kau akan memulai pekerjaan hari pertamamu disini, Arabella. Anggap saja sebagai latihan sampai hari besar itu tiba, karena tuan besar tidak suka kesalahan di acara utama nanti. " Kata Vincent membuka pintu mobil.

"Kau akan bertemu supervisor di dalam. Ikuti intruksinya, dan semuanya akan baik baik saja. "

Arabella mengangguk, mencoba menyembunyikan rasa gugupnya. Ia melangkah masuk, dan langsung seorang wanita paruh baya dengan wajah dingin menyambutnya.

"Kau Arabella, bukan.? " Tanya wanita itu tanpa basa basi.

"Ya, Ma'am. "

"Ikuti aku.! "

Wanita itu membawanya ke sebuah aula besar, tempat puluhan orang lain yang mengenakan seragam serupa sedang bersiap siap. Arabella di beri tugas mengatur meja meja di ruang utama, memastikan setiap piring, gelas, dan alat makan diletakkan dengan sempurna.

"Aku tidak ingin ada kesalahan. " Kata wanita itu tajam.

"Acara ini mungkin bukan acara besar, tapi semuanya harus sempurna. Jika kau membuat masalah, kau akan langsung di keluarkan. "

Arabella hanya mengangguk, berusaha keras menyerap setiap instruksi. Namun, di tengah kesibukannya, pikirannya terus melayang pada Nana. Ia takut terjadi sesuatu pada Nana disaat ia tidak ada disana.

"Fokus Arabella. Kau harus fokus.! "

Tadinya Arabell berpikir ia akan segera di bawa ke kediaman utama keluarga Aldridge. Tempat tuan besar berada. Tetapi dugaan Arabella salah, ia akan berada di tempat itu. Bahkan setelah beberapa jam perjalanan ia tidak diberi waktu istirahat.

Arabella berpikir keras. Karena ia tahu, karena saat ini ia telah mengambil keputusan yang sangat berbahaya.

Apa sebenarnya rencana tuan besar Aldridge. Jelas, kedatangan Vincent bukan semata mata karena kebetulan. Sepertinya tuan besar mengetahui obsesi cucunya. Dan pria itu ingin memastikan Charles tidak berbuat di liar batas dengan memberikan Arabella perlindungan.

Karena ya, Charles sangat mengerikan. Dan dugaan Arabella, hanya kakeknya yang dapat menangani pria itu.

Di sisi lain.

Charles berdiri di balkon belakang mansion keluarga Aldridge. Matanya menatap ke arah jalan panjang yang mengarah ke gerbang depan.

Vincent baru saja kembali. Namun, di tengah segala kesibukan persiapan pertunangannya, kemana Vincent pergi.? Kakeknya jelas tidak akan mengirim Vincent untuk urusan remeh. Dan itu cukup membuat Charles bertanya tanya.

Apa yang sedang di rencanakan Kakeknya.?

"Charles.? "

HAPPY READING♥

Jangan Lupa Like, Komen, Subscribe Sayangku♥