Cinta memang tak memandang logika. Cinta tak memandang status. Suami yang ku cintai selama ini, tega menikah dengan wanita lain di belakang ku.
"Maafkan aku Ris! Tapi aku mencintainya. Dan sebenarnya, selama ini aku tak pernah mencintai kamu!"
"Jika memang kamu mencintai dia, maka aku akan ikhlas, Mas. Aku berharap, jika suatu saat hatimu sudah bisa mencintaiku. Maka aku harap, waktu itu tidak terlambat."
Risma harus menerima kenyataan pahit dalam rumah tangganya, saat mengetahui jika suaminya mencintai wanita lain, dan ternyata dia tak pernah ada di hati Pandu, Suaminya.
Akankah Pandu bisa mencintai Risma?
Dan apakah saat cinta itu tumbuh, Risma akan bisa menerima Pandu kembali? Dan hal besar apa yang selama ini Risma sembunyikan dari semua orang, termasuk Pandu?
Simak yuk kisahnya hanya di Novel ini.
JANGAN LUPA TEKAN FAV, LIKE, KOMEN DAN VOTENYA... KARENA ITU SANGAT BERHARGA BUAT AUTHOR🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lagi lagi Pandu cemburu
"Lalu bagaimana dengan istri muda kamu, Mas?
Bukankah kamu sangat mencintai dia?
Bukankah kalian sama sama memiliki perasaan yang sama, Lalu rasa cemburu yang seperti apa yang kamu katakan tadi padaku?
Apakah kata kata itu juga boleh aku gunakan untuk menolak hubungan kamu dengan perempuan itu?"
Risma kembali mengeluarkan suaranya, dengan senyuman tipis dan mata tak lepas dari menyorot Pandu yang langsung terlihat salah tingkah.
Pandu diam, memilih bungkam karena tidak ingin salah menjawab, hatinya benar benar kacau.
"Kamu diam kan, Mas?
Karena aku tau, apa yang ada dipikiran kamu itu, kamu menginginkan aku, tapi kamu juga tidak bisa melepaskan cinta pertama kamu itu." Risma kembali menyambung ucapan dengan tatapan kesal pada sosok pria yang kini terlihat memucat.
"Sudah! Kita bahas lagi nanti, setelah kamu pulang dari rumah sakit, sekarang fokus saja pada kesehatan kamu." sahut Pandu mencari alasan agar Risma tidak lagi membicarakan soal Clara. Karena itu membuat Pandu benar. enak berada di pinggir jurang.
Risma terdiam, tak ingin lagi menyahuti ucapan suaminya, memilih kembali memejamkan matanya, melafazkan kalimat dzikir untuk menenangkan hati dan pikiran agar tetap bisa berpikir jernih.
Pandu menghembuskan nafasnya kasar.
Situasi yang benar benar membuatnya sulit.
"Aku akan pulang dulu, sebentar saja!
Mau ambil baju ganti buat kamu dan melihat keadaan anak anak dirumah."
Pandu menatap Risma yang terpejam dengan senyuman tipis.
Pandu tau, jika Risma belum tidur, sehingga dia meminta a ijin untuk pulang kerumah sebentar saja.
Risma kembali membuka matanya berlahan, lalu diarahkan pandanganya pada suaminya yang terlihat juga tengah menatapnya dengan senyuman.
"Iya, Mas. Terimakasih dan hati hati dijalan.
salam sama anak anak." Sahut Risma lemah dan milih tidak ingin tau apa yang akan suaminya lakukan.
Pandu melangkahkan kakinya keluar kamar, namun sebelum pergi meninggalkan kamar rawat istrinya. Mata Pandu menangkap kehadiran dokter Abas beserta dua perawat menuju arahnya.
"Pasti dokter itu, akan masuk menemui Risma. Lebih baik aku kembali ke dalam dulu saja.
Menemani Risma diperiksa, karena aku yakin, kalau dokter muda itu akan mencari kesempatan untuk mendekati Risma." Pandu menatap tak suka ke arah dokter Abas yang bahkan nampak terlihat tenang.
Pandu kembali memutar langkahnya masuk kedalam ruangan dan membuat Risma menatap heran pada suaminya.
"Gak jadi pulang, Mas?" tanya Risma menatap Pandu heran.
"Jadi, tapi nanti dulu." sahut Pandu dengan wajah masam nya.
Risma menggelengkan kepalanya dan tak ingin banyak bicara, tetap menjaga sikap agar tidak disalah artikan oleh Pandu.
Tak lama setelah itu, nampak pintu dibuka dan terlihat dokter Abas tersenyum dengan sangat manis, dan di balas oleh Risma.
Melihat pemandangan seperti itu, semakin membuat Pandu kesal dan merasakan cemburu.
Pandu berdiri tak jauh dari ranjang Risma dengan kedua tangan bersedekap dada, tatapannya tak lepas dari dokter Abas yang mulai memeriksa keadaan Risma dengan lembut.
"Bagaimana, Ris. Sudah enakan?
pusing atau ada mual?" dokter Abas bertanya pada Risma dan dijawab dengan gelengan kepala oleh Risma. Membuat dokter Abas tersenyum.
"Kita lihat sampai nanti sore ya, kalau keadaan kamu tetap stabil dan sudah gak lemes lagi, kamu boleh pulang. Tapi ingat, harus istirahat cukup dan jangan banyak pikiran, kamu harus bisa membuat hati dan pikiran kamu nyaman dan bahagia. Lupakan sesuatu yang membuat hatimu terluka, kamu kuat Ris, dan saya yakin kamu akan sembuh dan hidup bahagia setelah ini.
Saya permisi dulu ya, nanti tiap satu jam sekali saya akan kesini untuk mengecek keadaan kamu."
Sambung dokter Abas tanpa memperdulikan keberadaan Pandu yang sedari tadi menatap tak suka ke arahnya.
"Iya dok, terimakasih!" Sahut Risma singkat dengan senyuman manis ditujukan pada dokter tampan yang ada dihadapannya.
"Baiklah, saya permisi dulu. Baik baik ya!
Asalamualaikum." balas dokter Abas dan melangkah keluar kamar di iringi dua perawat yang menemaninya.
"Apakah harus semanis itu kamu memperlihatkan senyummu untuk dokter itu? Kenapa?"
tiba tiba Pandu mengeluarkan suaranya dan membuat Risma membuang nafas kasar.
"Kenapa Mas?
Apa ada yang salah dengan sikapku barusan?" Sahut Risma tenang dan menatap dalam ke arah suaminya yang terlihat wajahnya sudah memerah karena marah.
"Iya!
Jangan suka senyum seperti itu sama laki laki lain di depanku, aku tidak suka!" sahut Pandu dengan tatapan tajam ke arah istrinya yang terlihat tersenyum sinis.
"Aku bukan istri simpanan kamu, Mas!
Jadi kamu tidak perlu sekhawatir itu. Aku masih bisa menjaga marwah ku sebagai seorang istri!
Dan tidak akan menggoda laki laki dengan cara menjijikkan atas nama cinta!
Aku tersenyum, karena aku juga selalu tersenyum sama siapapun yang bersikap baik padaku. Jadi tidak usah terlalu berlebihan dalam mencari cari kesalahan ku!"
Risma menekankan setiap kalimatnya dan menatap kecewa pada Pandu yang terlihat menahan kekesalan.
"Aku pulang dulu, hanya sebentar untuk ganti pakaian dan membawakan keperluan kamu.
Asalamualaikum."
Pandu memilih tidak membalas ucapan Risma, dan langsung melangkah keluar dengan perasaan tak menentu.
Wanita yang dulu dikenalnya begitu lembut, kini seolah tidak lagi Pandu kenali. Risma lebih banyak membantah dan menyindirnya dengan kalimat kalimat pedas yang membuat dirinya jadi serba salah.
Risma menatap punggung suaminya yang berjalan menjauh dengan pandangan nanar.
Cinta itu masih utuh, cinta itu tetap ada dan bahkan semakin besar, namun karena luka kecewa lebih besar, membuat Risma berusaha mengubur rasa cinta pada suaminya. Memilih untuk menjadi perempuan kuat, yang mampu bersikap tegas dan berpikir logis. Agar tak ada lagi hati yang menderita karena luka atas penghianatan dan pengabaian.
"Maafkan aku, Mas!
Aku sudah berhenti, benar benar berhenti.
Aku tidak ingin lagi bersikap bodoh karena terlalu memujamu dengan cintaku. Semua sudah berakhir dan sudah tidak lagi sama. Aku hanya Risma istrimu, itu saja. Bukan Risma wanita yang mencintai kamu, itu sudah hilang dan berganti Risma dengan semua pembalasan nya."
Batin Risma terus berbicara dan berusaha untuk menguatkan dirinya sendiri, agar tidak lagi terjatuh dalam perasaan yang salah untuk kedua kalinya.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Sedangkan Pandu, baru saja keluar dari taksi di depan rumahnya. Terlihat Cinta dan Galang sudah duduk manis di kursi teras depan rumahnya, sengaja untuk menunggu kedatangannya.
Karena saat dalam perjalanan pulang, Pandu sudah menelpon anak perempuannya.
"Asalamualaikum." Sapa Pandu dengan salam dan langsung memeluk kedua anaknya yang berlari menghampiri dirinya.
"Waalaikumsallm, Papa!" sahut keduanya dan berlari berhambur memeluk Pandu dengan penuh rindu.