Istri Rahasia Pak Dosen Lean

Selepas Irene keluar dari ruangan, Andra dan Zanita masih termenung. Mereka sibuk dengan pikirannya sendiri-sendiri, namun masih dengan satu pemikiran yang sama.

Fyuuuh

Andra membuang nafasnya kasar. Dan itu sangat terdengar karena ruangan tersebut begitu sunyi. Baik Andra maupun Zanita merasa pikiran mereka bedua kini sangat kalut. Mereka ingat bagaimana cara mereka menikah dulu yang diam-diam dan baru diketahui beberapa saat kemudian.

" Bang, aku jadi mikir kesana Bang," ucap Zanita memecah kesunyian.

" Sama sayang, apa jangan-jangan Lean juga nikah diam-diam kaya kita dulu. Meskipun aku ngarep bahwa itu salah, tapi kok yo tetep mikirnya ke sana ya. Aku jadi inget pas Lean beberapa hari nggak pulang ke rumah itu."

Degh

Zanita baru ingat akan hal tersebut, dan sungguh itu menjadikan ia semakin cemas. Tapi Zanita tidak ingin terburu-buru untuk bertanya kepada Jea. Karena hal ini hanyalah Lean yang bisa menjelaskannya. Dan sekali lagi, Zanita berharap bahwa semua dugaan dan kecemasannya ini adalah salah.

" Sekarang kita berhenti buat menduga-duga Bang. Kita tunggu sampU Lean kembali ke luar kota. Ah iya, aku akan minta Yara untuk nggak lagi ngungkit soal semacam itu terhadap gadis tersebut. Melihat drai track record gadis yang bernama Jeanica, dia adalah gadis yang baik dan berprestasi. Tak jarang dia mendapat pujian dari dosen yang sudah mengajarnya di kelas. Jadi aku berkesimpulan bahwa Jeanica adalah gadis yang baik."

" Haah ya aku juga mikirnya gitu. Berarti ini yang salah apakah anak kita? Huh rasanya aku beneran nggak sabar buat ketemu Lean."

Andra dan Zanita menyudahi pembicaraan mereka. Dan kembali melakukan pekerjaan masing-masing. Memang percuma agaknya membicarakan sesuatu dimana orangnya tidak ada di sana. Semacam omongan yang hilang bersamaan dengan udara.

Di sisi lain saat ini Jea tampak menikmati kegiatannya sebagai tukang ojek online. Dia memiliki beberapa teman satu 'tongkrongan' yang malah membuatnya nyaman ketimbang teman-temannya di kampus.

Ya bersama dengan sesama driver ojek online, Jea mendapatkan banyak teman yang memiliki usia beragam. Dari muali seusianya hingga ada yang usianya seperti almarhum ayahnya.

" Kami turut berduka cita ya Jea, kami jadi kagak enak nih soalnya kagak bisa ngelayat ke sono."

" Iya Jea, maaf ya soalnya beneran nggak ada yang tahu dan nggak ada yang ngasih kabar kalau kamu nggak bilang."

" Ho'oh, pantesan kok lama kali kau tak kelihatan. Aku sempat khawatir kau yang kenapa-kenapa."

Jea tersenyum, perhatian kecil seperti itu membuatnya cukup terhibur dan dia juga merasa memiliki keluarga di kota besar ini. Di dalam tongkrongan Jea, dia bukanlah satu-satunya driver wanita sehingga dia pun merasa nyaman berada di sekitaran para driver pria.

" Makasih ya Bang, Mbak dan semuanya. Nggak masalah, yang penting doanya aja buat almarhum bapak saya."

Obrolan mereka berlanjut. Mereka membicarakan banyak hal yang membaut Jea sejenak lupa akan kesedihannya terhadap kepergian Reswoyo. Hujan yang kembali datang membuat orderan untuk membawa penumpang sedikit sepi. Tapi tidak lama kemudian beberapa notifikasi dari mereka berbunyi.

Tring

Tring

Tring

Kebanyakan adalah orderan makanan. Dan kebetulan memang sudah jam makan sian. Beberapa orang enggan keluar saat hari ujan begini, dan memesan makanan melalui ojek online merupakan alternatif pilihan yang tepat.

" Je duluan ya."

* Aku juga nih, aku duluan."

Satu persatu teman sesama driver Jea pergi untuk mengambil orderan. Dan Jea masih menunggu di sana karena dirinya belum juga mendapatkannya.

Merasa yakin bahwa tidak akan ada orderan lagi, Jea mematikan aplikasinya dan memilih untuk pulang ke apartemen. Dia merasa lapar dan sebaiknya makan di rumah karena tadi pagi juga sudah memasak sebelum pergi.

Drtzzz

Ponselnya bergetar, tapi karena masih dia atas motor Jea memutuskan untuk tidak membukanya. Terlebih hujan semakin deras, dia enggan untuk buka tutup jas hujan di jalan.

" Fyuuuh, hujannya belum reda-reda juga," gumam Jea lirih. Dia memarkirkan motornya lalu bergegas masuk ke dalam apartemen.

Triiing

Kali ini ponsel Jea berdering dan Jea pun segera melihatnya. Rupanya itu adalah panggilan dari Lean. Dan Jea yakin bahwa tadi juga merupakan pesan dari Lean juga.

" Assalamu'alaikum Jea, kamu lagi dimana kok dari tadi nggak bales pesan aku."

" Wa'alikumsalam Bang, maaf tadi aku lagi di jalan. Di Jakarta lagi ujan deres banget jadi aku nggak bisa angkat."

Terdengar nada kekhawatiran dari ucapan Lean dan Jea tahu betul itu. Jea lalu meyakinkan sekali lagi bahwa dirinya baik-baik saja. Ia kemudian memutar topik, yakni bertanya tentang apa yang sedang Lean kerjakan. Apakah sudah selesai, lalu kapan suaminya itu akan kembali.

Sebenarnya Jea sedikit bingung, pasalnya Lean sama sekali tidak menceritakan dengan jelas kemana dia akan pergi dan apa yang sedang dilakukannya. Meskipun begitu, Jea tidak berani untuk bertanya lebih lanjut. Jea tahu bahwa suaminya adalah pria yang begitu sibuk, jadi dia merasa wajar jika tiba-tiba Lean pergi ke luar kota. Hanya saja Jea menjadi sedikit merasa kosong.

" InsyaAllah kalau semua udah beres, lusa lah balik. Kalau nggak ya 3 hari lagi."

" Ya udah kalau gitu, hati-hati Bang. Semoga cepet kelar semua urusannya."

Mereka mengakhiri pembicaraan melalui telephon yang lumayan sedikit lama itu. Jea membuang nafasnya kasar. Kesehariannya bersama Lean sudah menjadi hal yang biasa. Kenyamanan yang dia rasakan pun benar adanya. Dan itu membuat Jea menjadi termenung untuk sejenak.

" Apa aku bisa jika harus kehilangan dia?"

Tiba-tiba kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutnya. Agaknya Jea sudah mulai menyadari perasaannya terhadap Lean. Muncul rasa serakah dalam dirinya dan takut akan sebuah kehilangan.

Perlakuan Lean yang lembut, baik, penuh perhatian dan juga pengertian, menggoyahkan hati Jea. Dia yang awalnya mencoba untuk membentengi hatinya karena bertekad jika Lean memiliki wanita yang dicintai maka dirinya akan memilih mundur dan melepaskan, agaknya kini dia tidak ingin melakukan itu.

" Apa aku boleh serakah kayak gini? Apa aku boleh berharap bahwa pernikahan ini akan jadi satu dan selamanya? Lalu, gimana tanggapan keluarganya nanti. Terlebih keluarga besarnya yang notabene bukan orang-orang biasa. Haaah Jea Jea, kamu beneran terjebak. Sayang, aku udah beneran terlanjur sayang sama dia."

Kluk

Jea memeluk kakinya dan menjatuhkan kepalanya di atas lutut. Suasana yang sepi dan sunyi begitu terasa. Ditambah guyuran hujan yang tak kunjung berhenti membuat suasana semakin pas dengan kondisi hati gadis itu saat ini.

" Aku ... Aku beneran udah sayang sama dia."

TBC