( Zona Cinta Manis )
Midea Lestari harus menelan pil pahit ketika difitnah sudah menabrak seorang wanita yang tengah hamil besar hingga tewas. untuk menebus kesalahan yang bukan karena perbuatannya, ia harus mendekam di balik jeruji besi dan merelakan masa depannya.
Satu bulan mendekam dipenjara, akhirnya Dea dibebaskan karena keluarga korban membayar jaminan untuknya. sebagai gantinya Dea terpaksa menikah dengan Shady Hutama, duda tampan yang istrinya tewas dalam kecelakaan itu. Dea menjadi ibu pengganti untuk putri Shady yang bernama Naura.
Bagaimana lika liku kehidupan rumah tangga Shady dan Dea? Apakah Dea bisa meruntuhkan kerasnya hati Shady yang selalu menaruh dendam padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pinkanmiliar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33 - Sambutan Kejutan
Dea dan Shady membawa Nana dan Naura serta untuk kembali ke rumah keluarga Hutama. Sejak pagi, Nilam dibantu Clara menyiapkan pesta kejutan kecil untuk mereka berempat.
Hingga akhirnya mereka tiba di sore hari. Dea turun dari mobil terlebih dahulu diikuti Nana dan Naura.
"Astaga, Mbak! Jadi selama ini Mbak tinggal di rumah sebesar ini?" Nana tampak terkejut melihat rumah besar keluarga Hutama.
"Ternyata Mas Shady sangat kaya ya, Mbak. Mbak Dea sangat beruntung bisa jadi istri mas Shady," bisik Nana. Dea mencubit pinggang adik perempuannya itu.
"Ayo kita masuk!" ajak Shady dengan menggendong Naura.
Begitu tiba di depan pintu, tiba-tiba suara riuh Clara dan beberapa pelayan memenuhi halaman depan rumah.
"Selamat datang!" seru Clara gembira.
Dea nampak tersenyum sekaligus terkejut. Pasalnya ada Rasya juga disana. Rasya yang adalah dosennya saat di kampus dulu.
"Kakak ipar, selamat datang!" Clara memeluk Dea erat.
Dea tersenyum canggung. "Sepertinya Pak Rasya sudah tahu mengenai hubunganku dengan Mas Shady," batin Dea.
"Dea, ibu bahagia akhirnya kamu kembali kemari juga." Nilam memeluk Dea.
"Iya, Bu. Terima kasih karena masih menerimaku di rumah ini."
"Ini adikmu, Dea?" Nilam beralih menatap Nana.
"Iya, Bu. Ini Nana, adikku. Dia akan kuliah disini."
"Ibu sudah dengar ceritanya dari Shady. Kalau begitu ayo masuk! Kalian pasti lelah kan?"
Shady mengajak Dea kembali ke kamar mereka. Rasanya sangat aneh ketika harus kembali ke rumah yang dulu membuat Dea merasakan pahit manis kehidupannya.
Shady menggenggam tangan Dea dengan lembut. "Ayo kita masuk ke kamar kita."
Dea hanya menjawab dengan sebuah anggukan. Sedangkan Nana diantar oleh Rosi untuk menuju kamarnya. Sebelumnya Shady memang sudah menghubungi Nilam agar menyiapkan satu kamar yang akan digunakan oleh adik Dea.
Waktu makan malam pun tiba. Seluruh anggota keluarga berkumpul di meja makan.
Dea duduk disamping Nilam dan Naura. Berhadapan dengan pasangan Rasya dan Clara. Dea memperhatikan interaksi antara Clara dan Rasya yang nampak begitu mesra.
Sebenarnya Dea tidak merasa heran. Karena sejak dulu, Clara memang tertarik dengan Rasya. Kini, entah kenapa Dea merasa ada yang aneh dengan sikap Rasya. Apakah ini hanya perasaannya saja atau memang ada sesuatu yang disembunyikan oleh Rasya.
"Ibu senang akhirnya keluarga kita kembali utuh dan berkumpul bersama. Dea, jika Shady melakukan hal buruk padamu, langsung beritahu Ibu. Biar ibu yang memberinya pelajaran!" ucap Nilam.
"Benar, kakak ipar. Jika abangku macam-macam, katakan saja padaku! Aku akan memberikan hukuman padanya," timpal Clara.
Dea hanya mengulas senyumnya.
"Ibu! Clara! Kalian jangan bicara sembarangan! Aku tidak akan pernah menyakiti Dea. Aku mencintainya!" ucap Shady sambil tatapannya terus tertuju pada Dea.
Rasya mengepalkan tangan mendengar pengakuan blak-blakan Shady di depan semua orang.
"Ciyeee si abang! Abang sudah jadi budak cinta ya?" goda Clara.
Dan perdebatan-perdebatan kecil antara Clara dan Shady mewarnai makan malam mereka yang hangat. Dea hanya bisa menggeleng pelan dengan tingkah suaminya yang tak mau mengalah dengan sang adik.
Usai makan malam, Clara dan Rasya berpamitan untuk kembali ke apartemen mereka. Clara sengaja mempercepat waktu bulan madunya karena ingin menyambut kedatangan sang kakak ipar.
Di perjalanan menuju ke apartemen Rasya, baik Clara maupun Rasya hanya diam seribu bahasa. Clara yang tak ingin menjelaskan apapun, dan Rasya yang enggan bertanya.
Hingga akhirnya lima belas menit berlalu dan Rasya mengalah. Ia mengajak Clara berbincang duluan. Rupanya kemesraan yang mereka tunjukkan di depan semua orang hanya sebuah pencitraan saja.
"Clara..."
"Aku tahu apa yang ingin kakak bicarakan. Aku rasa aku tidak perlu menjelaskannya. Bang Shady menikahi Dea. Itu benar!" ujar Clara.
Rasya mengangguk paham. "Bagaimana bisa?"
"Tentu saja bisa. Dea adalah pengasuh Naura. Dan dia sudah tinggal di rumah kami sejak dua tahun lalu. Benih-benih cinta yang tak terduga muncul diantara mereka. Tidak ada yang aneh bukan?"
Rasya tidak menjawab.
"Yang aneh adalah kamu, Kak. Kamu sudah menghancurkan bulan madu kita!" ucap Clara dengan suara bergetar kala mengingat apa yang terjadi di malam pertamanya bersama Rasya.
"Ra, aku kan sudah minta maaf. Tolong beri aku waktu!"
"Sudahlah, Kak. Tidak perlu dibahas. Aku yang salah karena sudah memaksa kakak menjalani pernikahan ini." Clara memalingkan wajahnya dan menatap suasana malam kota dari balik kaca mobil.
Sementara itu di kamar Shady, Dea bersiap untuk tidur. Ia sudah berganti pakaian dengan piyama andalannya.
Shady memeriksa beberapa pekerjaannya di tablet pintar miliknya.
"Mas..."
"Hmm, jika kamu ingin tidur, tidurlah dulu! Aku harus mengecek beberapa pekerjaan yang kemarin tertunda," ucap Shady yang sudah duduk bersandar di atas tempat tidur.
Dea naik ke atas ranjang dengan harap-harap cemas.
"Ada apa? Kenapa wajahmu takut begitu? Tenang saja, aku tidak akan memaksamu jika kamu belum siap."
Dea menghela napas lega.
"Jadi, sejak tadi kamu takut jika aku..."
"Tidak, Mas. Bu-bukan begitu. Aku ... hanya bertanya-tanya kapan Mbak Clara menikah dengan pak Rasya?" cegat Dea cepat.
"Sebelum aku dan Naura pergi ke rumahmu. Kenapa?"
"Ah tidak apa-apa."
Shady meletakkan tablet pintarnya diatas nakas. Ia menatap Dea dengan tatapan lembut yang membuat hati Dea meleleh.
"Tidurlah! Aku tahu kamu lelah." Shady mengecup kening Dea lama.
"Terima kasih karena sudah bersedia kembali hidup bersamaku."
Dea menarik sudut bibirnya. "Terima kasih karena Mas juga sudah peduli pada keluargaku."
"Itu adalah tugasku sebagai suamimu. Sekarang berbaring dan pejamkan matamu. Jika tidak maka ... bisa saja aku menerkammu malam ini juga."
"Hah?!" Dea segera memposisikan tubuhnya berbaring dan memejamkan matanya.
Shady tertawa kecil melihat tingkah Dea yang seakan takut padanya.
"Sabar, Shady! Masih ada banyak waktu. Biarkan dia merasa nyaman di sisimu dulu," batin Shady.
#
#
#
Siang hari itu, ponsel Rasya terus berdering. Rasya yang sedang sibuk dengan pekerjaannya sama sekali tidak menggubris panggilan itu.
Hingga akhirnya sang asisten, Eksa yang harus menyadarkannya.
"Tuan sedari ponsel Anda berdering. Kenapa tidak mengangkatnya?"
"Biarkan saja dulu. Hari ini banyak sekali jadwalku bukan?"
Eksa tak bertanya lagi. Lalu tiba-tiba ponsel Eksa juga ikut bergetar. Eksa menatap sang tuan meminta persetujuan.
"Jawablah dulu!"
Eksa pamit undur diri dan menjawab panggilan dari nomor yang tidak dikenal.
"Siapa sih?"
Meski tak mengenali nomor yang menghubunginya, Eksa tetap menjawabnya.
"Halo!"
Mata Eksa membulat sempurna mendengar seseorang yang berteriak kepadanya di ujung telepon.
Eksa segera berlari kembali ke ruangan Rasya dengan tergesa.
"Tuan!" pekik Eksa yang membuat Rasya terkejut.
"Ada apa? Kenapa berteriak?"
"Nona Shezi sudah kembali, Tuan!"
"Apa katamu?!" Rasya tak percaya dengan apa yang dikatakan Eksa.
"Nona Shezi sudah kembali. Dan dia ada di bandara sekarang."
dan yg mengirim bunga ke makam nola adalah rasya.
ceritanya bagus