Memiliki anak tanpa suami membuat nama Cinta tercoret dari hak waris. Saudara tirinya lah yang menggantikan dirinya mengelola perusahaan sang papa. Namun, cinta tidak peduli. Ia beralih menjadi seorang barista demi memenuhi kebutuhan Laura, putri kecilnya.
"Menikahlah denganku. Aku pastikan tidak akan ada lagi yang berani menyebut Laura anak haram." ~ Stev.
Yang tidak diketahui Cinta. Stev adalah seorang Direktur Utama di sebuah perusahaan besar yang menyamar menjadi barista demi mendekatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22~ INI SEMUA BELUM BERAKHIR!
Semua orang yang tengah menikmati makanan yang telah disediakan, serempak mengalihkan perhatian pada Vano yang berjalan cepat sambil menggendong Laura yang sedang menangis. Tak jauh di belakangnya, Cinta berjalan tampak sedikit pincang.
Mama Kinan meletakkan makanannya di atas meja, kemudian berdiri dan menghampiri putranya. "Van, Laura kenapa nangis?" tanyanya seraya mengambil alih menggendong cucunya itu.
Vano tak menjawab, ia berbalik lalu menghampiri calon papa mertuanya. "Pak Haris, aku ingin menikahi Cinta hari ini juga lalu membawanya pergi dari rumah ini!"
Ucapan Vano sontak membuat semua orang terkejut. Papa Azka pun berdiri dari tempat duduknya dan dengan cepat menghampiri putranya itu.
"Van, ada apa ini? Pernikahan kamu dan Cinta sudah ditentukan dua Minggu mendatang, kamu sendiri tadi yang meminta seperti itu. Kenapa sekarang kamu tiba-tiba berubah pikiran dan ingin menikah hari ini juga?"
"Karena aku maupun Pak Haris sendiri tidak akan bisa memastikan keselamatan Cinta dan Laura selama dua Minggu itu. Tadi saja, aku baru beberapa menit di kamar mandi, tapi Indri sudah hampir mencelakai mereka. Lihat!" Ia menunjuk kearah Cinta yang dilihat dari ekspresi wajahnya tampak menahan sakit. "Dia kesakitan karena berusaha melindungi putrinya yang hampir saja terbentur ke lantai dan itu semua karena ulah Indri yang sudah menarik hijabnya hingga dia jatuh!"
"Apa?" Papa Haris langsung menoleh menatap Cinta. Dapat ia lihat putrinya itu berdiri tampak tak seimbang akibat sakit dikedua lututnya. Yang lainya pun turut terkejut mendengar pengakuan Vano. Beberapa diantara kerabat papa Haris dan kerabat mendiang istri pertamanya tampak geram atas perbuatan Indri.
"Pak Haris," Vano mengatupkan kedua tangannya di depan calon papa mertuanya itu. "Aku mohon, tolong restui aku untuk menikahi Cinta hari ini juga. Dan aku akan membawa dia bersamaku setelah itu. Aku gak akan tenang meninggalkan dia di rumah ini. Pak Haris akan bertemu lagi dengannya di hari resepsi dua Minggu mendatang."
Papa Haris menatap calon menantunya tersebut. Kemudian mengangguk dengan berat hati. "Baiklah jika itu menurutmu yang terbaik. Saya merestui kamu untuk menikahi Cinta hari ini juga."
"Terima kasih." Vano kemudian beralih menatap papanya. "Pa, tolong urus semuanya sekarang."
Papa Azka mengangguk. "Baiklah, Nak. Sambil menunggu, lebih baik sekarang kamu obati kakinya Cinta lalu ajak dia makan. Laura biar sama Mama."
"Iya, Pa." Vano pun menghampiri Cinta dan mengajaknya kembali ke kamar, sebelum itu ia meminta salah satu kerabat dari calon istrinya itu untuk membawakan kotak obat dan juga makanan.
Melihat Cinta tampak kesakitan saat menggerakkan kakinya untuk melangkah, Vano pun langsung mengangkat tubuhnya dan menggendongnya menuju kamar. Cinta dengan sigap mengalungkan kedua tangan dilehernya.
Setelah Vano dan Cinta pergi. Bu Eva, yang merupakan kakak sepupu dari mendiang mamanya Cinta itu beranjak menghampiri papa Haris.
Papa Haris terkejut kala merasakan kepalanya dihantam sesuatu. Ia segera berbalik dan mendapati bu Eva menatapnya dengan tajam sambil mengibaskan kipas tangan berbahan plastik yang tadi digunakan memukul kepalanya.
"Cinta memang sudah membuat kita semua kecewa. Tapi bukan berarti, kamu harus diam saja melihat anak kandung kamu sendiri diperlakukan dengan semena-mena oleh Istri dan anak tiri kamu itu. Saya setuju dengan keputusan Vano untuk menikahi Cinta hari ini juga dan membawanya segera pergi dari rumah ini, karena saya sendiri pun tidak yakin kamu bisa melindungi Cinta dan Laura dari mereka!"
Tak ada yang dapat dilakukan papa Haris selain diam. Semua yang dikatakan bu Eva memang benar. Sejak kehadiran Laura, Indri dan mamanya menunjukkan sifat asli mereka sebagai saudara dan ibu tiri pada Cinta. Dan ia hanya diam menyaksikan itu semua.
.
.
.
Lantaran pernikahan dadakan, tak hanya ruangan yang tidak dihias, seluruh keluarga pun masih mengenakan pakaian yang sama sejak pagi.
Namun, mempelai wanitanya tetap terlihat cantik meski hanya berbalut gamis putih lengkap dengan hijabnya.
Mempelai prianya pun juga terlihat gagah dengan mengenakan kemeja putih lengan panjang yang dibalut jas hitam. Walau pernikahannya terlaksana dengan sederhana dan hanya disaksikan oleh keluarga besar saja saja, tapi sangat berkesan bagi Vano.
"Saya terima nikah dan kawinnya Cinta Aurora Hadiwijaya binti Haris Hadiwijaya dengan mas kawin tersebut tunai."
Dengan satu kali tarikan nafas, suara lantang Vano menggema ke seluruh penjuru ruangan. Dan disusul seruan kata 'sah' oleh seluruh keluarga besar mereka.
Vano langsung mengusap wajahnya seraya mengucap hamdalah dalam hati. Lega, tulah yang dirasakannya.
Usai penghulu membacakan doa pernikahan, Cinta mencium punggung tangan pria yang baru saja menghalalkannya dengan takzim dan Vano pun mengusap pucuk kepala wanita yang telah resmi menjadi istrinya itu dengan penuh kelembutan.
Setelah itu giliran Vano yang mencium kening Cinta. Cukup lama, dalam, terasa hangat dan ... begitu terlihat mesra. Cinta memejamkan matanya kala bibir Vano menyentuh keningnya untuk yang pertama kali.
Usai mencium kening istrinya, Vano menarik tubuh Cinta kedalam pelukannya. Memeluk dengan erat sembari mengecup pucuk kepalanya, seakan diruangan itu hanya ada mereka berdua.
Semua yang ada di ruangan itu ikut terharu menyaksikan sepasang suami istri yang telah menyatu dalam ikatan pernikahan yang sakral.
Perlahan Vano pun mengurai pelukannya, dan langsung mengusap cairan bening di sudut mata Cinta. "Aku harap ini adalah air mata bahagia," ucapnya sembari tersenyum.
Cinta hanya menganggukkan kepala dan tersenyum.
"Selamat untuk kalian berdua." Papa Azka dan mama Kinan memeluk sepasang pengantin baru itu bergantian.
Papa Haris merasa tertampar melihat betapa putrinya diperlakukan dengan begitu hangat oleh keluarga Vano. Sementara ia yang sebagai ayah kandung, menutup mata dan telinga atas semua perlakuan Indri dan mamanya terhadap Cinta hanya karena marah pada putrinya itu yang telah melempar aib ke wajahnya.
Semua orang pun memusatkan perhatian pada sepasang pengantin baru tersebut. Semua larut dalam haru.
Tentunya terkecuali seorang wanita yang berdiri di lantai atas dan menatap penuh kecemburuan dan benci. Ia tidak dapat melakukan apa-apa sebab mendekati tempat akad pun tidak bisa. Vano sudah memberinya peringatan keras agar tidak menampakkan wajah di depannya.
"Tenang, minum es doger dulu sana biar adem," ucap salah satu sepupu Cinta yang naik ke atas hendak mengambil sesuatu di kamar Cinta, melihat Indri berdiri menatap ke bawah dengan tampak marah.
"Eh, Ndri, sebaiknya mulai sekarang kamu harus stok masker banyak-banyak, biar gak ada yang mengenali kalau kamu sedang keluar rumah. Tahu gak, aku baru lima menit mengunggah akad nikah Cinta dan Vano tapi langsung ramai yang komentar. Kamu tahu mereka bilang apa?" Sepupu Cinta tersebut berjalan mendekati Indri. "Duh, kasihan banget si Indri udah koar-koar bilang mau dilamar sama Vano. Tapi malah Cinta yang dilamar plus langsung ijab kabul pula," ujarnya menirukan ucapan netizen lalu segera pergi melihat Indri yang semakin kesal.
"Jangan pikir aku sudah kalah. Ini semua belum berakhir! Lihat saja nanti, apa yang akan aku lakukan!" Indri mengepalkan tangannya dengan kuat. Sudut bibirnya tertarik membentuk seringai tipis. Sorot matanya begitu tajam tertuju pada Cinta dan Vano.
tp semoga ceritanya lain dari yg lain..semoga prediksi ku meleset soalnya sudah banyak cerita novel tg seperti itu.....lanjuuut semangat thor..
awas kl kena jebakan ular 🐍🐍🐍🐍indri
dan sudah ketahuan sama mbok Darmi biar Vani terselamatkan dari rencana licik getuk lindri