Kisah ini mengisahkan tentang seorang gadis lugu dan seorang pilot playboy yang saling jatuh cinta. Pertemuan pertama mereka terjadi di dalam pesawat, ketika sang pilot memenuhi permintaan sepupunya untuk mengajak seorang gadis lugu, ke kokpit pesawat dan menunjukkan betapa indahnya dunia dari ketinggian, serta meyakinkannya untuk tidak merasa cemas. Tanpa diduga, pertemuan ini justru menjadi awal dari kisah mereka yang dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RUDW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesal
Terhitung telah dua minggu berlalu Clarissa menjadi karyawan di Logistik Corp sebagai Staff departemen digital marketing.
Banyak hal yang di pelajari dan tidak sedikit juga teman-teman, baik pria dan wanita yang mulai dekat dengannya.
Tidak terkecuali, ada pria yang terang-terangan menyukai paras cantik dan kepintaran Clarissa. Pria itu bernama Kross. Dia selalu memberi perhatian lebih dan berbeda saat mengajari Clarissa sesuatu hal yang berkaitan dengan pekerjaan.
Seperti saat ini, Kross mengajari Clarissa tentang bahan presentasi departemen mereka kepada petinggi perusahaan esok hari. Sebagai pegawai baru, diberi kepercayaan seperti itu, dia meragukan kemampuan diri. Apalagi ini berkaitan dengan strategi perusahan untuk penjualan produk dan distribusi logistik.
Clarissa sempat menolak, tetapi Kross terus mendorong dan memberi semangat. Clarissa pun setuju karena ini juga kesempatan bagi dia untuk belajar dan mengembangkan potensi.
"Bagus Clarissa, skill komunikasi kamu luar biasa. Kamu cepat belajar. Good" ucap Kross dengan tangan kini mengelus rambut hitam Clarissa. Begitu selesai mempelajari bahan presentasi. Gadis itu, sedikit kurang nyaman. Dia mengelak kaku dan kross menyadari sikapnya.
"owh.. sorry"
"Ya. Terima kasih karena anda membantu mengajari saya Mr. Kross. Kalau begitu saya permisi" pamit Clarissa tanpa menunggu jawaban Kross
Di belakang sana, Kross menatap tajam punggung Clarissa yang menghilang di balik pintu.
"Dia lugu. Saya suka" gumam Kross seorang diri.
Sesampai di bilik kerja, Clarissa menghela napas. Berada satu ruangan dengan Kross membuat dia banyak menahan napas. Cara pria itu bersikap memberikan Physical touch yang berani. Seperti, memegang tangan, pundak, kepala bahkan lengan Clarissa.
"Huft, akhirnya, aku bisa bernapas lega. Hampir saja kehabisan napas" dia menarik napas sebanyak mungkin dan menghembus perlahan dengan mata terpejam
"Kenapa bisa?"
Tiba-tiba, suara Mirabella membuat Clarissa terkejut.
"Ya ampun, Mira. Kamu membuat ku kaget!"
"Hehehe.. Sorry darling. Kamu belum jawab pertanyaan ku tadi" Gadis di depan sana hanya cengengesan tanpa rasa bersalah
"Ah..lupakan saja. Kenapa kamu ke sini. kalau di lihat orang bisa ada gosip" tanya Clarissa sambil melirik kesana kemari takut ada karyawan yang melihat keberadaan Mirabella di sana.
"Hei, memang kenapa kalau aku di sini. Hal yang wajar kalau kita berteman. Tidak ada aturan anak pemilik perusahaan dilarang berteman dengan karyawan. Kalau ada yang menggunjing, biar aku beri dia pelajaran " ucap Mirabella berapi-api. Tentu saja hal itu membuat perhatian karyawan di sekitar sana menoleh ke arah tempat Clarissa.
"Tu kan, apa aku bilang" Clarissa tersenyum kaku melihat tatapan heran dari rekan satu divisi.
"Jangan hiraukan. Ayo kita makan. Sekarang jam makan siang " Tanpa peduli tatapan orang, Mirabella menarik lengan Clarissa menuju kantin perusahaan. Banyak karyawan yang memandang penuh keheranan. Sudah menjadi rahasia umum kalau gadis berambut piring sebahu tersebut adalah salah satu pewaris Logistik Corp.
"*Kenapa nona Mirabella menarik tangan Clarissa* "
"*Apakah mereka saling kenal* "
"*Tidakkah ini menunjukkan bahwa mereka sudah dekat sebelumnya dan pertanda ada keterlibatan nona Mirabella dalam kelolosan Clarissa di perusahaan ini*"
"*Wah ternyata jalur orang dalam deras juga ya*"
Kurang lebih seperti itu bisikan para karyawan yang mereka lewati. Mirabella mana peduli. Sementara Clarissa yang selalu melihat penilaian orang tentu merasa sedikit kurang nyaman. Tetapi, bukan berarti dia tidak suka berteman dengan Mirabella saat ini. Hanya saja, dia tidak nyaman dengan bisikan-bisikan rekan kerja.
"Jangan hiraukan. Cukup fokus bekerja. Jangan lupa makan dan minum yang cukup biar tidak sakit. Kamu harus tahu, kalau di lingkungan kerja kadang bullyng dan gunjingan seringkali ada. Tapi tenang saja, perusahaan punya aturan tegas untuk kasus semacam itu. Jangan khawatir darling" jelas Mirabella begitu duduk di bangku kantin
"Ya, aku paham Mira. Terima kasih masukan dan penjelasan kamu" Clarissa menjawab lembut.
Mereka pun segera ikut mengantri mengambil makan. Clarissa mengikuti masukan sang sahabat. Dia tidak lagi mempedulikan omongan sekitar. Walau susah tapi dia akan belajar.
Selesai makan siang, Clarissa kembali ke ruangan. Dia mulai memeriksa pekerjaan yang belum sempat selesai. Tatapan serius tidak lepas dari komputer di depan sana. Sampai-sampai, dia tidak menyadari kehadiran seorang rekan kerja.
tok
tok
tok
Bunyi ketukan di pinggir meja kerja. Clarissa menatap kaget orang tersebut.
"Oh, maaf Ms. Berta saya tidak menyadari kehadiran anda. Ada yang bisa saya bantu?" ucap Clarissa tenang
"Tidak masalah Clarissa. Tolong bawa laporan ini ke sekertaris Direktur" Ucap wanita dewasa tersebut.
Clarissa memandang map laporan tersebut untuk memastikan.
"Baik, Ms. Berta" jawab Clarissa patuh.
"Terima kasih ya. Jangan lupa ruangan ada di lantai dua puluh dua. Jangan sampai nyasar " ucap Ms. Berta penuh canda.
Clarissa tertawa pelan dan mengangguk paham. "Sama-sama Ms. Berta. Saya ke atas"
Clarissa mengambil laporan tersebut dan segera melangkah menuju lift berada.
Dia masih menunggu, karena lift yang perlu dia akses masih berada lantai dasar.
Sementara itu, di parkiran kantor, sebuah mobil Sport, baru saja masuk dan terpakir rapih di sana. Tidak lama seorang pria tampan turun lengkap dengan kaca mata hitam bertengger di hidung mancungnya.
"Selamat siang Tuan Xander" sapa dua orang resepsionis begitu menyadari siapa yang datang. Salah satu keturunan Wilson. Tampan, pujaan semua wanita, tinggi, atletis. Hot apalagi. Mereka hampir saja meneteskan liur menghirup wangi parfum Xander saat pria itu lewat begitu saja.
Xander yang mendengar sapaan tersebut, hanya mengangguk. Dia terus melangkah menuju lift. Saat hendak menekankan tombol lift khusus petinggi perusahaan, dia berdecak ternyata terpasang pemberitahuan lift dalam masa perbaikan.
"Ck, sejak kapan perusahaan ini miskin hanya untuk memperbaiki lift. Lambat sekali" decaknya kesal. Karena setahu Xander, beberapa hari lalu Jonathan sudah pernah memberi tahu lift VIP sedang rusak. Masa berhari-hari belum juga benar.
Mau tidak mau dia naik lift karyawan. Di dalam sana, dia bersiul dan bersenandung kecil sambil menunggu lift sampai di tempat tujuan. Tetapi, di lantai enam belas lift berhenti bertanda ada yang masuk.
Deg
Mata Xander menyorot sosok di depan sana yang beberapa hari belakangan membuat dia selalu terbayang. Dalam hati, dia sempat bertanya ada apa gerangan gadis itu berada di perusahaan Wilson. Tapi tidak lama dia menyadari gadis itu memakai pakaian kantoran.
Ehem
Xander berdehem menetralkan degub jantung dan perasaan yang tiba-tiba tidak karuan.
Sama halnya dengan Clarissa. Dia sempat kaget melihat siapa orang di dalam lift. Dia tetap masuk dan tersenyum singkat pada Xander. Dia berdiri di depan dan agak jauh dari pria itu. Tetapi, kok tiba-tiba bulu kuduk Clarissa merinding. Dia merasa seperti tengah di perhatikan. Namun, tidak berani menoleh ke belakang.
"Kenapa mengabaikan pesanku?" Suasana yang tadinya hening mencekam, tiba-tiba di isi suara Xander. Karena merasa pertanyaan itu bukan untuknya, Clarissa diam saja.
"Hei, kamu dengar, tidak? Kenapa mengabaikan pesanku?" intonasi suara Xander mulai melengking. Bukan hanya itu, dia juga menyentuh tangan Clarissa membuat gadis itu tersentak.
"Eh, kakak bertanya padaku?" tanya Clarissa bingung.
"Ck tentu saja. Sama siapa lagi. Hanya kita berdua di sini. Kalau pun ada yang lain, berarti itu hantu " jawab Xander kesal.
Clarissa menatap Xander heran. Dalam hati dia bertanya, kenapa pria itu tiba-tiba marah. Aneh sekali.
"Kenapa malah bengong, di jawab pertanyaan ku?" desaknya lagi.
"Pertanyaan yang mana kak?" Tanya Clarissa sungguh tidak tahu
Xander menghela napas dan menatap gemas gadis di hadapannya.
"Kenapa tidak membalas pesanku dan malah memblokir nomor ponselku?" Xander kembali bertanya dan nampak kebingungan di wajah Clarissa.
Ting
Belum sempat merespon, Lift terbuka dan ternyata tujuan mereka di lantai yang sama. Karena punya tujuan yang sangat penting, Clarissa bermaksud meninggalkan Xander.
"Eits.. mau kemana? Jawab dulu pertanyaan ku!" Xander menahan tangan Clarissa.
"Pesan yang mana kak? Perasaan kakak tidak pernah mengirim pesan. Kalau tidak percaya biar saya buka daftar pesan masuk beberapa waktu terakhir deh" jawab Clarissa tidak merasa mengabaikan pesan pria di hadapannya.
"Yakin? Terus nomor yang kamu blok, punya siapa?"
"Nomor? blok?" Clarissa bergumam dan mencoba mengingat. Seketika dia teringat rasa kesalnya beberapa hari lalu karena merasa di teror oleh kontak dengan nama pengguna pria tampan.
Clarissa mendongak menatap tubuh tinggi menjulang Xander. Wajahnya curiga akan sesuatu.
"Jangan bilang, kontak dengan nama pria tampan itu adalah kakak?"
Di tatap seperti itu, Xander tiba-tiba gugup. Sungguh bukan situasi yang dia inginkan. "*Sial kok aku jadi gugup begini*" batinnya sebal
Dia mencoba melihat ke arah lain lalu berdehem dan kembali membalas tatapan Clarissa.
"Iya, itu saya. Kenapa kamu jual mahal sekali mengabaikan pesan dari saya. Nomor saya di blok juga"
Dibilang seperti itu tentu Clarissa tidak terima. Lagian siapa juga yang menaruh nama kontak aneh seperti itu. Dia kan tidak tahu siapa pemilik sebenarnya.
"Kenapa kakak malah marah sama saya. Kan saya tidak tahu siapa pemilik nomor tersebut. Lagian siapa juga yang menaruh nama kontak seperti itu. Tadinya saya kira yang kirim pesan adalah penganggu atau orang gila yang sengaja mengganggu saya. Jadi demi keamanan saya blok saja nomor tersebut " jelas Clarissa tegas lengkap dengan wajah cemberut
Jangan tanya Xander yang kini melotot tidak percaya mendengar jawaban gadis itu. Apa tadi katanya, pengganggu? orang gila?
what
Ini pertama kali ada perempuan yang mengatakan hal seperti ini di hadapan Xander. Walau sebenarnya, Clarissa tidak bersalah karena dia benar-benar tidak tahu. Tapi, entah kenapa Xander tetap tidak terima.
"Hei, mau kemana kamu. Kita belum selesai bicara?" Xander berteriak menyadari Clarissa berlalu meninggalkan dia seorang diri.
Gadis itu tidak menghiraukan. Justru melangkah cepat menuju meja sekertaris Bety. Wanita itu sedari tadi memperhatikan dengan heran dan penuh tanya perdebatan Clarissa dan Xander. Tapi, Clarissa tidak peduli tatapan aneh wanita tersebut.
Di tempatnya berdiri, Xander bermaksud mengejar Clarissa tetapi urung karena dari arah belakang, sebuah tepukan keras di pundak membuatnya mengaduh kesakitan. Ternyata, itu adalah Jonathan yang baru tiba dari luar menemui klien.
"Sialan, sakit tahu nggak!"
"Ya elah. Gitu doang sakit. Lembek banget" ledek Jonathan tetapi masih bisa menangkap wajah kesal Xander saat menatap Clarissa yang kini berjalan mendekat setelah memberikan laporan tadi.
"Selamat siang Tuan Jonathan " Dengan sopan Clarissa menyapa
"Siang Clarissa. Ada apa naik ke atas?" tanya Jonathan heran
"Saya hanya membawa laporan dari departemen pemasaran ke sekertaris anda Tuan" jelas Clarissa dan Jonathan mengangguk paham.
"Saya pamit turun ke ruangan saya" Gadis itu langsung pamit. Karena dia menyadari tatapan penuh kekesalan Xander padanya.
Dia ingin kabur dari sana. "Bocah itu, benar-benar ya" gemas Xander melihat Clarissa buru-buru masuk lift bahkan tidak mau melihat ke arahnya.