NovelToon NovelToon
Pewaris Terhebat

Pewaris Terhebat

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Menantu Pria/matrilokal / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: BRAXX

Datang sebagai menantu tanpa kekayaan dan kedudukan, Xander hanya dianggap sampah di keluarga istrinya. Hinaan dan perlakuan tidak menyenangkan senantiasa ia dapatkan sepanjang waktu. Selama tiga tahun lamanya ia bertahan di tengah status menantu tidak berguna yang diberikan padanya. Semua itu dilakukan karena Xander sangat mencintai istrinya, Evelyn. Namun, saat Evelyn meminta mengakhiri hubungan pernikahan mereka, ia tidak lagi memiliki alasan untuk tetap tinggal di keluarga Voss. Sebagai seorang pria yang tidak kaya dan juga tidak berkuasa dia terpaksa menuruti perkataan istrinya itu.

Xander dipandang rendah oleh semua orang... Siapa sangka, dia sebenarnya adalah miliarder terselubung...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25 Menemukan

Xander melangkah masuk ke dalam jet pribadinya bersama Govin. Tak lama setelah pintu tertutup rapat, mesin jet mulai menderu, membawa mereka terbang ke langit Skyline.

"Govin, bagaimana keadaan Mason saat ini?" tanya Xander.

"Akan segera aku tampilkan, Tuan." Govin memegang remote kecil, memijat beberapa tombol. Layar besar di depan mereka menyala, menampilkan rekaman langsung dari kamera pengawas.

Di layar itu terlihat Mason sedang berkutat dengan alat kebersihan dan kardus-kardus bekas. Raut wajahnya penuh kekesalan, sesekali terdengar ia menggerutu sambil menendang kardus yang tidak sengaja terjatuh. Wajahnya tertekuk sebal dan benar-benar tampak penat.

Xander tersenyum tipis, matanya mengamati adegan itu dengan dingin. "Aku harap dia bisa belajar dari kesalahannya, meski aku tidak yakin dengan hal itu."

Govin menekan tombol lain pada remote, mengganti layar menjadi tayangan Dalton dan Ruby yang masih berada di kediaman Sebastian. Mereka berjalan melewati lorong panjang yang diapit taman dengan air mancur dan bunga-bunga yang bermekaran.

"Sampai saat ini, semuanya masih dalam kendali, Tuan," lapor Govin. Ia menekan tombol lagi hingga layar terbagi menjadi dua, memperlihatkan Mason di satu sisi dan Dalton serta Ruby di sisi lainnya.

Xander mengangguk kecil, kembali menyaksikan runtuaian acara keluarga yang tinggal sepuluh hari lagi digelar. Saat membaca acara jamuan, ia tiba-tiba teringat dengan jamuan terakhir yang dirinya ikuti. Peristiwa malam itu benar-benar membawa luka sekaligus bahagia yang tak terkira. Pada akhirnya, perpisahan yang ia rasakan justru menjadi awal dari pertemuan

"Govin, bagaimana dengan kamera pengintai yang aku perintahkan?" tanyanya kemudian.

"Aku sudah memasang kamera di tas Nona Evelyn seperti yang Anda minta, Tuan," jawab Govin tanpa ragu. "Selain itu, pengawal juga sudah disiapkan untuk menjaga Nona Evelyn dari jarak jauh."

Govin menekan tombol lagi, dan layar berubah menampilkan keluarga Voss yang sedang berkumpul di sebuah ruangan. Percakapan mereka terdengar jelas, menyebut nama Xander dan Govin beberapa kali, diikuti cibiran tajam yang tertuju pada Evelyn.

"Mereka sudah sangat keterlaluan karena berani menyudutkan Evelyn dengan menyebutnya sebagai pembohong," ujar Xander dengan nada geram. Rahangnya mengeras, matanya menyala penuh kemarahan. "Govin, segera hubungi Sophia dan minta dia untuk menghubungi Evelyn di depan semua keluarga Voss. Perintahkan dia untuk menjelaskan tentang Ethan yang pernah menolong ayahku. Lalu, katakan pada Sophia untuk mengatur makan malam bersama keluarga Voss."

"Baik, Tuan." Govin segera mengirim pesan kepada Sophia, memastikan perintah Xander terlaksana tanpa cela.

Di ruangan kerjanya, Sophia baru saja akan duduk ketika ponselnya bergetar. Alisnya seketika menukik ketika membaca pesan dari Govin. Ketika akan membalas, pria itu terlebih dahulu menghubunginya.

Sophia buru-buru memperbaiki penampilannya meski tahu bahwa Govin maupun Xander tidak akan melihatnya. "Tuan Govin, aku akan—"

"Lakukan tugasmu dengan baik, Sophia. Aku dan Tuan Xander akan mengawasimu dari layar," Govin segera menutup panggilan telepon, lalu mengirim nomor ponsel Evelyn.

Sophia buru-buru menutup bibirnya, menatap ponselnya dengan mengetik yang masih mengejutkan. Tidak lama setelahnya, muncul sebuah pesan berisi nomor Evelyn.

Sophia berdiri dari kursi, berjalan menuju balkon. Wajahnya sedikit tertekuk mengingat bila yang akan dihubungi adalah Evelyn, wanita dari sosok pria yang disukainya. "Kau benar-benar beruntung karena bisa dicintai Tuan Xander, Evelyn," gumamnya pelan, perasaan iri terpancar di matanya. "Aku benar-benar iri."

Di dalam jet pribadi, Xander duduk bersandar dengan ekspresi dingin, matanya terpaku pada layar besar yang menampilkan anggota keluarga Voss. Mereka masih terus mencibir Evelyn, membuat suasana semakin memanas.

"Govin, mereka benar-benar melewati batas," gumam Xander dengan nada penuh kemarahan.

"Setuju, Tuan. Namun, Nona Sophia sedang dalam posisi siap untuk bertindak," balas Govin.

Ketika mereka hendak beranjak dari kursinya, suara berdering dari layar menarik perhatian Xander.

Evelyn dengan hati yang perih karena berbohong mengangkat panggilan dengan gerakan malas. Ia terkejut ketika mendengar suara di seberang telepon yang mengatakan bahwa peneleponnya adalah Sophia Kane, Direktur Utama Phoenix Vanguard.

"Ini benar-benar Anda, Nona Sophia?" tanyanya setengah berteriak, sulit mempercayai apa yang baru saja ia dengar. Seketika suara Evelyn menarik perhatian semua keluarga Voss yang baru saja keluar dari ruangan.

Avery, ibunya, segera mendekat dengan ekspresi khawatir. "Evelyn, siapa yang meneleponmu?"

Evelyn menurunkan telepon dari telinganya, mencoba menjawab dengan tenang meski suaranya gemetar. "No-nona Sophia Kane... Direktur Utama Phoenix Vanguard."

"Evelyn, benarkah?” Avery setengah berteriak, menutup mulut karena terkejut. "Tapi bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Kau... kita... tidak... ini pasti...."

Evelyn mengangguk, kembali mendekatkan ponsel ke daun telinga. la bisa melihat anggota keluarga Voss mulai memasuki ruangan dan duduk kembali di tempat semula.

"Evelyn, apa kau bercanda?" tanya Raven sinis. "Tidak mungkin Direktur Utama Phoenix Vanguard menghubungimu."

"Kau hanya akan mempermalukan dirimu sendiri jika terus berbohong. Kau benar-benar banyak berubah setelah bertemu dengan si sampah Xander," sambung Victor.

"Jangan main-main denganku, Evelyn. Bagaimana mungkin Nona Sophia yang menghubungimu adalah Direktur Utama Vanguard," tegur Declan dengan wajah kesal. Ia pernah berada dalam satu acara yang sama dengan wanita itu, tetapi ia sama sekali tidak pernah mendapat kesempatan untuk berbicara atau berada di dekatnya.

"Evelyn, apa kau tidak salah dengar?” Avery menghembus napas panjang. la sudah cukup pening karena mendengar olok-olok dari anggota keluarga Voss pada Evelyn.

"Evelyn berhentilah menipu kami, kecuali kau bisa membuktikannya, " ujar Selene dengan tatapan sinis, "jika orang yang menghubungimu benar-benar Direktur Utama Phoenix Vanguard seperti yang kau katakan, kau tentu tidak keberatan untuk melakukan panggilan video dengannya agar kami semua bisa melihatnya. Kita bisa membuktikannya dengan hal itu. Ayahku sudah pernah melihatnya dalam sebuah acara. Jadi, dia bisa tahu apakah itu Nona Sophia Kane yang asli atau palsu."

"Kau benar, Selene." Declan tersenyum lebar.

"Aku akan membantu untuk menyambungkan panggilan video pada televisi sehingga kita semua bisa melihatnya," sambung Raven yang kemudian berjalan ke arah lemari TV.

Di dalam pesawat, Xander segera meminta Govin memberitahu Sophia untuk melakukan panggilan video. “Lakukan sekarang, Govin. Aku tidak ingin melihat Evelyn dipermalukan oleh keluarganya sendiri lebih dari ini."

"Baik, Tuan." Govin mengirim pesan pada Sophia.

Evelyn menggenggam tangan erat ketika mendengar permintaan keluarganya. Ia tentu tahu dirinya berada di mana saat ini. Tidak mungkin dia meminta untuk melakukan panggilan Video pada orang yang posisinya jauh di atas.

"Nona Evelyn, aku ingin melakukan panggilan video dengan Anda. Aku harap ada beberapa anggota keluarga Voss di dekat Anda. Kebetulan sekali aku ingin berbicara dengan mereka," ujar Sophia di seberang telepon.

"Ba-baiklah, Nona." Evelyn merasa lega setelah mendengarnya. Wanita itu memberi tanda pada Raven untuk menyambung panggilan ke televisi. Dengan agak panik, ia tampil pada saat itu.

"Evelyn, apa ini akan baik-baik saja?" tanya Avery ragu.

Evelyn diam sejenak, lalu mengangguk. Tentu saja dia ragu pada awalnya. Akan tetapi, setelah mengingat pertemuannya dengan Xander dan ucapan pria itu yang akan tetap menjaganya sesuai dengan janjinya pada kakeknya, Ethan, entah mengapa ia seperti didorong untuk percaya. "Xander," gumamnya.

Panggilan video tersambung, dan sosok Sophia Kane langsung memenuhi layar besar televisi. Sophia tampak anggun dengan rambut hitam yang rapi dan pakaian formal yang memancarkan wibawa. Evelyn menahan napas melihat betapa berkelas dan menawan wanita itu. Hal serupa terjadi pada Declan dan anggota keluarga Voss lainnya, yang sebelumnya hanya melihatnya melalui layar kaca atau mendengar reputasinya.

"Itu benar-benar Direktur Utama Phoenix Vanguard." Saking terkejutnya, Declan seketika berdiri dari duduknya. Aksinya seketika menjadi pusat perhatian. Mulutnya terbuka lebar selama beberapa waktu seiring dengan matanya yang melebar.

"Ini tidak mungkin..." Saking terkejut Raven menjatuhkan ponselnya.

"Ini benar-benar mustahil."

"Bagaimana ini bisa terjadi?"

"Ayah apa itu benar?" Selene, seketika mendekati Declan, meminta penjelasan. "Ayah, katakan bahwa ini bukan nyata..."

Namun, sebelum Declan bisa menjawab, suara Sophia memecah keheningan. "Nona Evelyn Voss, senang bertemu dengan Anda," ucap Sophia dengan senyum ramah.

Evelyn tercekat, tidak percaya bahwa sosok sekelas Sophia menyapa dirinya dengan nama lengkap. "Aku... aku juga senang bertemu dengan Anda, Nona Sophia," jawabnya gugup.

Sophia melanjutkan, "Aku minta maaf karena belum sempat bertemu langsung dengan Anda saat kunjungan ke kantor kami. Kesibukan membuatku hanya bisa mengutus asistenku, Grace, untuk menyambut Anda. Saya harap pengalaman Anda di sana menyenangkan."

Seluruh ruangan seketika hening. Anggota keluarga Voss masih sangat terkejut dengan peristiwa ini hingga beberapa saat mereka hanya diam di tempat.

"Saya Harap sambutan kami tidak mengecewakan Anda. Anda adalah salah satu tamu terhormat Phoenix Vanguard. Kami akan dengan senang hati menyambut Anda kembali."

"Evelyn, bukankah itu luar biasa?" Avery berbisik, menarik tangan Evelyn dengan penuh antusias.

Sebagian masih menatap tak percaya, sedang sisanya melihat Evelyn dengan mengulangi penuh iri dan kekesalan, terutama Selene.

Sophia menambahkan, "Seperti yang telah dijelaskan oleh Tuan Govin, kakek Anda, Ethan, adalah sosok yang sangat berjasa bagi kehidupan pemilik Phoenix Vanguard. Kami ingin memastikan bahwa keluarga Anda memahami penghormatan kami."

Semua anggota keluarga Voss bisa percaya dengan kata-kata Evelyn saat ini.

Di dalam pesawat yang tengah melaju kencang, Xander tersenyum tipis, puas melihat wajah-wajah keluarga Voss yang penuh keterkejutan. "Akhirnya mereka tahu siapa yang mereka hadapi," gumamnya.

"Ma-maafkan kelancanganku, Nona. Se-sebenarnya siapa Tuan Govin?" Evelyn sangat penasaran setelah Sophia memanggil pria itu dengan sebutan Tuan.

Sophia menjawab dengan tenang, "Tuan Govin adalah kaki tangan kepercayaan pemilik Phoenix Vanguard, sekaligus atasanku. Anda telah bertemu dengannya saat perjalanan pulang menggunakan pesawat jet kami."

Penjelasan Sophia membuat keluarga Voss semakin terpana. Semua tuduhan mereka terhadap Evelyn runtuh begitu saja.

"Itu berarti Xander..." Evelyn dengan cepat menutup mulutnya ketika tidak sengaja mengatakan hal tersebut. “Maafkan aku, Nona.”

Sophia, tanpa kehilangan ketenangannya, menambahkan, "Xander adalah salah satu pengawal pribadi Tuan Govin. Dia baru saja direkrut beberapa hari lalu, dan saya sendiri sudah bertemu dengannya dan melihat langsung kemampuannya. Pilihan Tuan Govin tidak pernah salah."

Untuk kesekian dalam keluarga Voss kembali dibuat terkejut. Wajah mereka tiba-tiba masam ketika nama Xander disebut dan dipuji.

Xander memuji sandiwara yang memerankan Sophia. “Aktingnya benar-benar luar biasa. "

"Nona Sophia, saya Declan, kepala keluarga Voss. Suatu kehormatan bertemu dengan Anda." Declan membungkuk hormat, tersenyum seramah mungkin.

Sophia tersenyum. "Tuan Declan, saya ingin mengajukan permintaan. Jika tidak merepotkan, saya ingin berkunjung ke rumah keluarga Voss sebagai perwakilan dari pemilik Phoenix Vanguard saat makan malam besok. untuk makan malam besok. Ini adalah bentuk penghormatan dan ucapan terima kasih."

"Makan malam?" Declan benar-benar terkejut ketika mendengarnya. Ini sungguh momen yang sangat langka. Jika perusahaan keluarganya bisa bekerja sama dengan Phoenix Vanguard, tentu hal itu akan mendatangkan keuntungan yang sangat besar. "Tentu saja, Nona. Kami akan menyambut Anda dengan sebaik mungkin."

Semua keluarga Voss menjadi bahagia meski di saat yang sama masih dipenuhi kedamaian.

"Bagus. Saya menantikan malam esok," Sophia menoleh ke arah Evelyn sebelum panggilan berakhir. "Nona Evelyn, sampai bertemu di acara makan malam."

Panggilan seketika terputus.

"Aku sama sekali tidak berbohong. Tuduhan kalian sudah terpatahkan dengan ucapan Nona Sophia," ujar Evelyn sambil menatap satu anggota keluarga di pertunangan, terutama Selene.

“Evelyn, kau benar-benar luar biasa.” Avery melompat kegirangan. “Kau melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan keluarga kita sebelumnya."

Xander bisa merasa lega saat ini. Untuk itu, ia menyandarkan punggung ke kursi, memejamkan mata untuk mengistirahatkan tubuh.

"Tuan Xander, kita baru saja menerima laporan tentang keluarga Nona Lydia dari tim pencari kita."

Xander membuka matanya, langsung duduk tegak. "Cepat katakan, Govin!"

1
Was pray
keluarga voss keluarga yg terlalu menuhankan harta, sehingga rela menjadi anjing asal dpt harta
Was pray
cinta buta xander pd evelyn akan merendahkan martabat keluarga besarnya,bagaimana mau dpt cinta sejati dan tulus jika penampilan xander saja masih menunjukan dia anak orang kaya, dan sikap balas dendam dg cara menunjukan prestasi lebih elegan dan terhormat dimata org yg pernah merendahkannya,cari wanita yg lebih segalanya dari evelyn itu lebih bermartabat daripada balikan sama evelyn yg telah mencampakkanya
Was pray
xander terlalu ceroboh dlm bertindak, mau menyembunyikan identitas tapi ceroboh dlm bertindak
Was pray
xander terlalu PD, dua arti PD percaya diri dan pekok Dewe( bodoh sekali)
Anton Lutfiprayoga
up
Anton Lutfiprayoga
up...👌👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!