Anandita putri Yasmin tidak menyangka akan mengalami kejadian yang tak terduga malam itu.
Karena sebuah kesalah pahaman dengan pemuda bernama Gavin putra Bagaskara mereka berdua harus menanggung konsekuensi dinikahkan malam itu juga oleh penduduk kampung karena dikira melakukan perbuatan asusila.
Anandita baru tahu setelah mereka menikah bahwa Gavin adalah murid disekolah tempat dia mengajar.
Bagaimanakah kisah perjalanan cinta mereka,akankah hubungan yang dimulai oleh sebuah salah paham bisa menjadi langgeng.
Silahkan dibaca reader tercinta semoga karya autor yang ini bisa menjadi teman kehaluan kalian.
Jangan lupa untuk meninggalkan like dan komen agar autor semangat untuk updatenya nanti.
Happy Reading reader semua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bundew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35.Pegawai Baru di Orange Kafe.
Sepanjang perjalanan menuju orange Kafe Anandita memilih untuk diam,dia masih merasa malu kalau mengingat apa yang dilakukan Gavin di Food Court tadi.
Sedangkan Gavin setelah melakukan itu didepan umum Gavin bisa dengan santainya menganggap seperti tidak ada yang terjadi.
"Sudah sampai kau mau turun?"tanya Gavin karena melihat Anandita masih diam.
"Ya"Jawab Anandita singkat.
Saat mereka sampai suasana Kafe masih sangat sunyi,karena Kafe memang baru akan buka,Beni dan beberapa orang pegawai lainnya belum ada yang terlihat.
Setelah turun Anandita langsung berjalan kekantor Gavin yang terletak dibagian belakang Kafe sebelum dapur.
Sampai disana Anandita terkejut suasana ruangan itu tampak berubah.
Saat pertama kali Anandita kesitu hanya ada sebuah meja lemari kabinet serta bed sofa seadanya.
Tapi sekarang ruangan itu lebih mirip kamar kost dengan ranjang single sebuah lemari kecil serta meja kerja lengkap dengan sepasang kursi.
"Kau merubah ruangan ini Vin?"tanya Anandita.
"Hemmm"jawab Gavin tanpa menatap kearah Anandita.
"Kenapa?"
"Hanya supaya lebih nyaman saja saat ingin beristirahat".
"ini memang lebih baik dari yang dulu jadi aku bisa rebahan disini tanpa sakit pinggang".
"Kau berencana hanya rebahan saja semalaman menungguku diKafe?"
"Lalu aku harus melakukan apa?"
"Pakai ini,"ucap Gavin sambil memberikan seragam Orange Kafe pada Anandita.
"Ini untuk apa?"
"Kau bisa membantu Beni melayani pelanggan didepan supaya nggak bosan!"
"Hah!!,maksudmu aku harus ikut jadi pelayan diKafemu ini?"tanya Anandita dengan nada sewot.
"Kafe kita"ucap Gavin sambil mengelus kepala Anandita.
"Hah!!"
"Cepatlah ganti bajumu,daripada kau hanya diam rebahan disini semalaman kau pasti akan bosan.
"Siap Bos!!"jawab Anandita lalu pergi kekamar mandi untuk ganti baju.
"Sudah"tanya Gavin karena melihat Anandita sudah berganti baju dengan seragam Orange Kafe.
"Hemm"Anandita hanya menggumam menjawab pertannyaan Gavin.
Gavin mendekat kearah Anandita karena melihat wajah sang istri masih cemberut marah.
"Mau apa kau,Vin!!"tanya Anandita sambil memundurkan tubuhnya kebelakang.
"Diam sebentar"ucap Gavin"Hadap kebelakang biar kuikatkan rambutmu!"perintah Gavin.
Anandita hanya diam menuruti perintah Gavin.
Gavin mengambil ikat rambut yang ada disaku bajunya, lalu mulai mengikat tinggi rambut Anandita membentuk cepol.
"Sudah"ucap Gavin lalu memutar tubuh Anandita kembali menghadap kearahnya.
"Jangan cemberut lagi"ucap Gavin sambil mencubit pipi Anandita dengan gemas.
"Issh,kebiasaan deh"Ucap Anandita sambil menyingkirkan tangan Gavin dari pipinya.
"Temui Beni,aku akan kebelakang"ucap Gavin lalu keluar dari ruangan itu.
"Hemmm"
"Oh iya satu lagi"ucap Gavin kembali memasukkan kepalanya dipintu ruang kerja.
"Apa lagi sih!!"jawab Anandita dengan sebal.
"Jaga pandangannya ya!"ucap Gavin lalu keluar dari ruang kerjanya.
Anandita membelalakkan matanya mendengar pesan Gavin padanya.
'Ada ada aja'gumam Anandita lalu berjalan keluar dari ruang kantor Gavin.
Didepan Anandita melihat Beni sedang bersih bersih meja sebelum Kafe benar benar buka.
Melihat Anandita datang menghampirinya Beni segera menunduk dengan hormat pada Anandita.
"Sore Bu"Sapa Beni dengan sopan.
"Kemarikan lapnya kubantu" Anandita meminta lap meja pada Beni,yang membuat Beni bingung.
"Nggak usah Bu biar saya saja yang ngerjakan semua ,ibu bos silahkan duduk manis dikursi"
Mendengar Beni menyebut dirinya ibu Bos,Anandita langsung menempelkan tangannya kemulut.
"Sttt,jangan panggil begitu panggil Dita,nanti orang orang bisa dengar dan salah paham".
"Maksud ibu eh Dita apa?"
"Mulai sekarang aku juga karyawan di Orange Kafe sama sepertimu"
"Hah!!!.bukannya kamu itu istri..."
"Sttt,jangan beritau siapapun tentang statusku".
"Kenapa?"tanya Beni bingung.
"Perintah Bos seperti itu".
"Serius,Bos bilang seperti itu!"
"Hemm,dua rius jadi kemarikan lapnya dan panggil aku Dita aja nggak perlu embel embel bu Bos segala,aku bukan Bos,yang Bos disini Gavin".Ucap Anandita lalu meniggalkan Beni yang masih bingung dengan jalan pikiran mereka berdua itu.
Setelah semua selesai dibersihkan Kafe baru benar benar dibuka,dan saat itu para karyawan yang lain juga sudah datang.
Ada sekitar lima orang karyawan dibagian depan yang bertugas melayani tamu,termasuk Beni sebagai penanggung jawab dan Anandita yang minta dikenalkan sebagai karyawan baru oleh Beni kepada semua karyawan yang bekerja di Kafe itu.
"Wah..akhirnya ada wajah baru yang bikin seger"ucap Alvin sambil mengulurkan tangannya pada Anandita untuk berkenalan.
"Jangan macam macam"tegur Beni sambil menarik tangan Alvin agar melepaskan jabatan tangannya pada Anandita.
"Cie..ada yang mulai tebar pesona ni.."goda Alvin.
"Apaan cepat kerja sana jangan cari masalah seperti kemaren kemaren kalau sampai bos tau kali ini aku nggak bisa menolong lagi".Ucap Beni sambil menyuruh Alvin untuk pergi.
"Apaan sih Ben!, aku cuma mau kenalan sama Dita,syukur syukur kalau bisa jadi cowoknya".
"Nggak bisa!,Dia sudah ada yang punya".ucap Alvin.
"Jangan bilang lo,karena nggak mungkin dia naksir elo".
"Emang kenapa sama gue,muka gue juga nggak lempeng lempeng amat".
"Tanya Dita biar dia yang menilai"ucap Alvin.
"Aku nggak tertarik meladeni omongan kalian aku mau kerja!"ucap Anandita sambil meninggalkan mereka berdua.
"Biarkan aja Dit,Alvin memang orang nya seperti itu".Ucap Ayu salah satu pelayan wanita diKafe Gavin.
Anandita hanya menganggapi ucapan Ayu dengan tersenyum tanpa bermaksud menjawabnya.
Sepanjang malam Anandita membantu melayani diKafe,tapi sekali pun Anandita tidak melihat Gavin keluar dari dalam Dapur,karena Kafe cukup rame dari sore sampai malam jadi Anandita tidak sempat lagi untuk bertanya pada mereka dimana Gavin.
Pukul sepuluh malam Kafe sudah mulai sunyi baru Anandita bisa duduk untuk beristirahat.
"Ini"Beni memberikan es teh kepada Anandita karena melihatnya sedang duduk istirahat.
"Makasih Ben"Anandita langsung
meminumnya karena dia memang sangat haus.
"Dari Bos bukan dari aku".
Anandita langsung menatap kearah Beni.
"Kok dia bisa tau aku haus".
"Ya tau lah, kan dari tadi pesanan kebelakang nggak pernah berhenti".
"Dia juga pasti capek"ucap Anandita tiba tiba.
"Bos sudah biasa melakukannya,sudah dari dulu bos memang suka memasak".
"Kamu sudah lama kerja disini?".
"Iya sebelum Ibu Bos meninggal".
"Kapan itu?"
"Kalau nggak salah setahun yang lalu,emang bos nggak cerita?"tanya Beni dengan bingung.
"Belum",jawab Anandita.
"Hah maksudnya?"
"Udah aku mau kerja lagi!"ucap Anandita lalu bangkit dari kursi dan kembali menemani Ayu untuk menanyakan pesanan kepelanggan yang baru datang.
Pukul 12 malam baru Kafe benar benar tutup setelah pelanggan benar benar habis.
Setelah membersihkan Kafe para pagawai baru pulang.
Setelah semua pulang,Anandita masuk kedalam ruang istirahat Gavin,tapi ternyata
Gavin belum ada disana.
seandai di balik, gavin yang marah tidak jelas karena omongan orang lain, dan minta cerai pada anadita, dia terus marah, membentak apakah kau akan anggap juga itu masalah biasa apakah kau juga akan adil jika membuat malah mengemis cinta seandai diperlakukan gitu oleh gavin
stop selalu menganggap kesalahan pemeran utama wanita (sudut pandangmu) adalah hal biasa dan tidak perlu dibesarkan
karena fakta nya yang dilakukan anadita adalah kesalahan serius dan fatal
*karena orang lain suami yang kena imbasnya
*minta cerai, fatal dan laknat
*marah, membentak, kurang ajar, dan durhaka,
*mau pergi dari rumah
ini semua sudah kesalahan serius,
begitu aja thor jika kau diperlakukan kayak gitu oleh suamimu, hanya karena omongan orang lain suami marah2, membentak, dan minta cerai dan mau pergi dari rumah apakah kau Terima begitu saja
thor jadi wanita jangan selalu hanya melihat sudut padang istri saja karena itu membuat kau sangat egois, lihat juga sudut pandang pria (suami)
sampai disini pahamkan
Gimana klo tengah malem cello kebangun 😁